Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Awas, Ada Melissa dan Papa

Serangan virus Melissa membuat para penyedia akses kelengar. Tersangka pembuatnya telah ditangkap FBI. Namun, hati-hati, Melissa bukan serangan terakhir.

12 April 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA cantik, Melissa. Tapi perangainya, ya ampun, buruk betul. Tanpa diundang, ia datang bertamu dengan lagak yang menggoda. Kalau sang tuan rumah akhirnya terpancing untuk "mencoleknya", si Melissa ini tanpa belas kasih langsung menghadirkan malapetaka.

Melissa ini bukanlah perempuan nakal yang mungkin Anda bayangkan, apalagi penyanyi. Ia adalah virus komputer ganas yang dengan aksinya telah membuat kegemparan awal bulan ini. Melissa datang ke komputer pribadi pengguna dengan cara membonceng surat elektronik. Virus ini lihai sekali. Dengan tipu dayanya, Melissa bisa meyakinkan penerima surat bahwa sang pengirim adalah seorang kenalannya.

Suatu surat yang berlampir virus Melissa masuk dengan embel-embel seperti ini: important message from…, yang diikuti nama pengirim. Subyeknya pun meyakinkan: Here is the document you asked for.… Don't show anyone else. Sudah begitu, lampiran (attachment) yang ada berisi daftar alamat kios-kios pornografi. Lengkap sudah godaan si Melissa. Nah, sekali pengguna mengeksekusi surat semacam ini, Melissa akan menggandakan dirinya dan mengirim ulang kepada 50 alamat e-mail yang tersimpan dalam kotak surat pengguna. Begitu pengguna baru yang mendapat kiriman surat terpancing, ia ikut menyebarkannya kepada 50 alamat baru.

Demikianlah, efek berantai yang menjadi kekhasan virus jenis makro seperti Melissa ini pun terjadi berulang-ulang. Penyebutan Melissa sebagai virus makro berangkat dari sasaran yang diserang, yakni fungsi makro di peranti lunak Microsoft Outlook. Peranti lunak ini berfungsi seperti agenda elektronik yang bisa mengirim surat kepada 50 alamat sekaligus.

Bagi komputer pribadi, virus ini tak menimbulkan kerusakan apa pun. Namun, bagi penyedia jasa internet dan surat elektronik (internet service provider), virus ini adalah bencana dahsyat. Untuk mudahnya, bayangkan begini: ada satu jalur yang daya tampungnya maksimal lima mobil berjalan sejajar, tapi tiba-tiba dipadati oleh ratusan mobil. Tentu saja, mampat jadinya. Hal inilah yang terjadi ketika Melissa menyerang. Yang membuat makin parah, sebelum pengguna komputer membuka kotak surat elektroniknya, surat yang jumlahnya ribuan ini mangkal di server penyedia akses (provider). Akibatnya, provider jadi kolaps karena kekenyangan tumpukan surat.

Yang jadi korban bukan hanya penyedia akses internet. Ribuan perusahan bertaraf internasional seperti Microsoft, The New York Times, dan Intel pun ikut terkapar pada "Jumat hitam", 2 April lalu. Tak mengherankan bila banyak pihak jadi geram. FBI, biro penyidik federal di Amerika Serikat, pun tak tanggung-tanggung langsung menggelar investigasi untuk melacak siapa biang bencana ini.

Dengan dibantu penyedia akses raksasa American On Line (AOL), dalam waktu cukup singkat FBI berhasil mencokok tersangka pembuat virus. Calon pesakitan ini bernama David Smith, pemprogram komputer yang berdomisili di Aberdeen, Amerika Serikat. Tudingan awal sebetulnya mampir ke Sky Rocket yang dikelola Scott Steinmetz. Alasannya, kebanyakan virus yang ada di kios porno mendapat pasokan dari Sky Rocket. Tentu saja, Steinmetz yang kejatuhan abu hangat langsung mencak-mencak dan membantah.

Bidikan akhirnya terarah pada Mounmouth Internet karena dari host dan domain inilah surat elektronik yang membawa Melissa pertama kali berasal. Dari sinilah kemudian nama Smith dijaring. Smith sendiri tentu menyangkal. Saat ini, Smith masih boleh menghirup udara bebas setelah membayar uang jaminan. Namun, bila tuduhan pada Smith terbukti, ia diancam hukuman penjara selama 40 tahun dan denda Rp 4 miliar. Bila tuduhan itu terbukti, Smith akan tercatat sebagai pelaku kejahatan cyber yang terbesar dalam sejarah.

Apakah dengan diciduknya Smith gangguan virus berakhir? Masih jauh dari itu. Memang, virus semacam Melissa gampang dijinakkan dengan langsung menghapusnya. Apalagi ciri-cirinya sekarang gampang dikenali: surat datang dari orang asing tak dikenal dengan pesan "penting" tadi, atau datang dari seorang kenalan dalam jumlah banyak dengan subyek yang sama. Namun, jangan lengah, virus-virus lain yang tak kalah ganas siap mengintip.

Menurut pengamat internet R.M. Rpy Suryo, penyebaran virus kini bukan lagi sekadar iseng atau mau pamer—seperti yang pernah dilakukannya 11 tahun silam kepada teman-temannya sendiri. Dosen multimedia di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, itu mencurigai, persaingan bisnislah yang menjadi penyebab kemunculan berbagai virus.

Ia mencontohkan, setelah AOL merajai jasa layanan internet, banyak penyedia akses internet kecil yang tersingkir. Bisa jadi, mereka yang sakit hati itulah yang membikin ulah. Pada kasus Melissa, yang paling terpukul adalah Microsoft karena virus ini hanya berbiak di sistem makro yang dikembangkan perusahaan milik Bill Gates tersebut.

Selain "teori" faktor persaingan ini, ada pula "teori" yang menyebutkan kemungkinan "rekayasa" perusahaan pembuat antivirus di balik penyebaran virus. Dengan dua teori inilah, bisa dimengerti bila virus selalu muncul silih berganti. Misalnya, setelah Melissa, langsung muncul Papa yang merupakan varian barunya. Sebelumnya, ada virus Bandung yang konon asli buatan orang Indonesia, yang juga menyerang fungsi makro. Penularannya unik, dan menjengkelkan pengguna komputer pribadi. Bila tidak terdeteksi, setiap tanggal 19 tiap bulan, pada pukul 10.00, virus ini akan secara cepat melibas habis semua file di drive C. Sudah begitu, Bandung dengan genit meninggalkan pesan yang menonjolkan keramahan khas Indonesia: "Anda rupanya sedang sial". Virus yang mirip dengan Bandung adalah CIH dengan berbagai variannya. CIH ini beraksi pada tanggal 26 tiap bulannya.

Di dunia komputer, virus yang mungkin paling menjengkelkan adalah virus yang dikategorikan worms, seperti Happy99.exe. Bila dieksekusi alias dijalankan (tanpa sepengetahuan korban tentunya), virus ini langsung berbiak dan merusak semua file di hard disk.

Toh keganasan virus sejauh ini masih bisa diatasi oleh antivirus yang legal. Menurut Yayan Sopyan, Redaktur Teknologi Detikcom, antivirus yang legal biasanya memiliki patron virus sehingga pola virus dan penyebarannya bisa segera dikenali. Jadi, sebelum urusan menjadi gawat, komputer pribadi memang harus dilengkapi dengan antivirus—suatu pasar tersendiri bagi perusahaan pembuat antivirus.

Yusi A. Pareanom dan Dwi Arjanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus