Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENYAKIT itu selalu saja datang saat Kota New York menikmati hidup. Ketika orang-orang sedang mandi cahaya sore, res-toran sibuk melayani pengecap makanan sedap, dan butik-butik mendulang dolar, Stephen H. Wildstrom justru sedang tenggelam dalam tumpukan tugas. Dan ketika ia sedang mengetik surat elektronik atau menulis artikel, tiba-tiba saja komputernya berhenti berpikir. Mesin pintar itu be-ngong. Baru beberapa detik atau bahkan menit kemudian komputer kembali bekerja seperti sediakala.
”Selalu saja komputer itu membuat senewen,” ujar pengamat teknologi yang kondang di stasiun televisi CNBC, Fox, dan PBS, di Amerika Serikat ini. Komputer itu, kata Wildstrom, rasa-nya bekerja tiga kali lebih lama dari biasa-nya, “Bahkan ketimbang mengguna-kan komputer kuno, yang biasa saya pakai beberapa tahun lalu.”
Padahal, Wildstrom bukanlah orang yang gaptek (gagap teknologi). Kompu-ter di mejanya masih tergolong kelas wahid dan terbilang baru, merek Dell dengan otak Pentium 4 dengan kecepat-an 2,4 gigahertz. Namun, tetap saja sejumlah aplikasi komputer terbaru membuat komputer jalan bak siput.
Software seperti antivirus, ”dinding api” pelindung dari para hacker (firewall), program anti-iklan (anti-spyware), antisurat sampah (anti-spam) membuat prosesor komputernya ter-engah-engah bekerja. Alhasil, ketika ia menulis surat elektronik, otak komputer pun langsung bengong. Komputer itu akan semakin tampak bloon bila semua aplikasi itu ditambah dengan menjalan-kan software yang berat, seperti mencari naskah, membuka pengolah gambar Adobe Photoshop, me-nonton TV atau DVD.
Agar lebih cepat, perlu diganti dengan komputer yang lebih baru? Wildstrom sudah putus asa dengan solusi itu. Pengalam-annya membuktikan, pro-se-sor baru, yang lebih kencang laju kerjanya, tak pernah membuat perubahan yang dramatis. Keyakinan itu ia tanamkan dalam-dalam di hatinya selama berbulan-bulan. Keyakinannya itu baru goyah Juli lalu. Saat itu dia menjajal komputer Dell baru, tipe Dimension 5100C (harganya sekitar US$ 1.049 atau Rp 10,2 juta), yang diotaki oleh prosesor Pentium D dan komputer Hewlett Packard tipe Pavilion D4100E yang memakai prosesor AMD X2 (harganya US$ 1.439 atau Rp 14,1 juta).
Ia menjajal untuk menjalankan pe-ker-jaan rutin saja—bukan tugas yang teramat berat—seperti menulis artikel, mengecek surat elektronik, berselancar ke Internet, mendengarkan musik dan menonton video, menyalin data ke CD. Perbedaan utama yang ia rasakan adalah, ”Tak terjadi lagi komputer bengong seperti komputer lama saya,” ujarnya.
Dengan komputernya yang dulu, selalu saja komputer agak lambat bekerja saat ia menjalankan program berat mencari naskah. Proses pencarian itu sering macet saat ia membuka aplikasi lain bersamaan. Kema-cetan itu tak ditemuinya saat menggunakan prosesor baru Pentium D keluaran Intel maupun prosesor keluaran rivalnya, Advance Micro Devices (AMD), yakni AMD X2.
Rahasia kedua prosesor itu adalah me-reka mengguna-kan dua otak, yang biasa disebut prosesor dual core. ”De-ngan dua otak,” kata Country Manager Intel Indonesia, Budi Wahyu Jati, ”komputer bisa menjalankan banyak pekerjaan secara bersamaan di waktu yang sama dengan mulus.”
Dia mencontohkan, dengan Pentium D, sebuah komputer bisa digunakan beramai-ramai. Misalnya, sang ibu mengunduh lagu dan video dari Internet. Ayah dan anak lelakinya dengan komputer yang sama sedang memainkan game baku hantam atau pertandingan sepak bola. Adapun Ayesha, anak perempuan semata wayang, bersama teman-teman sekolahnya menonton fo-to-foto camping di televisi yang terhubung dengan komputer itu. Satu kompu-ter dengan empat pekerjaan se-kaligus yang mahaberat.
Teorinya, jika satu otak yang bekerja, bila ada empat pekerjaan sekaligus, keempat tugas itu akan antre sebelum diproses sang otak. Antrean itu mungkin hanya sepersekian detik, tapi bisa juga beberapa menit bila tugasnya berat. Ibarat mobil di jalan tol yang antre keluar pada satu tol. Dengan dua otak, antrean itu dibagi dalam dua pintu tol. Tentu saja antrean akan lebih singkat (lihat infografik).
Kehadiran komputer berotak ga-nda ini akan semakin menobatkan kompu-ter sebagai pusat hiburan, bukan cuma untuk bekerja. Dan tren itu, kata Budi, sudah terjadi di banyak negara. Bahkan komputer mulai menggusur televisi. Survei pada Desember 2004 di Beijing, Guangzhou, dan Shanghai (ke-tiganya di Cina), serta Taiwan dan Korea mencatat lebih dari separuh res-ponden mengatakan hiburan merupa-kan alasan utama mereka mengguna-kan komputer.
Untuk mendukung itu, Intel kini sudah mengeluarkan dua tipe pro-se-sor berotak ganda, yak-ni Pentium D untuk komputer rumah atau kantor, dan Pentium Extreme Edition yang kecepatannya hingga 3,2 gigahertz. Ha-nya tiga hari setelah Intel menge-luarkan dua otak barunya, Advance Micro Devices (AMD) juga mengeluarkan pro-sesor serupa, AMD X2 Opteron, untuk server dan komputer rumah.
Dengan kecepatan yang berlipat-lipat, apakah Anda perlu mengganti otak komputer sekarang? Tak usah terburu-buru. Harga prosesor baru ini bisa membuat Anda berpikir ulang. Sebuah Pentium D harganya US$ 100 sampai US$ 200 (sekitar Rp 980 ribu sampai Rp 1,9 juta), lebih mahal ketimbang Pentium biasa. Sebuah komputer jangkrik—rakitan lokal—dengan Pentium D, di Mal Mangga Dua, dijual seharga Rp 8,3 juta hingga Rp 12 juta.
Komputer dengan ”mesin” AMD le-bih mahal lagi. Harga sekeping otak AMD X2 saja—belum termasuk komputer, layar, papan ketik—sekitar US$ 600 (sekitar Rp 5,89 juta). AMD berencana mengeluarkan model yang lebih murah, demikian juga Intel.
Selain soal harga, kabar ”baik” lainnya, prosesor berotak ganda ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Penyebabnya adalah, banyak software yang dibuat untuk bekerja di sistem prosesor tunggal tak bisa optimal di prosesor ganda.
Saat ini software populer yang sudah mendukung sistem ini adalah pengolah foto Adobe Photoshop. Adapun program-program bikinan Microsoft—seperti pembaca surat Outlook, penjelajah dunia maya Internet Explorer, aplikasi perkantoran Microsoft Word, Excel, Power Point—tak akan terlihat lompatan kinerjanya karena mereka dibuat khusus untuk prosesor tunggal. Perusahaan milik Bill Gates ini baru akan mengeluarkan Windows versi ba-ru yang klop dengan sistem ini pada akhir 2006. Saat Windows baru itu tiba, harga prosesor otak ganda itu akan sudah turun drastis!
Burhan Sholihin (CNET, AFP, Business Week, TomsHardware.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo