Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HANYA kaus oblong, ce-la-na olahraga, dan se-patu lari. Itulah ”teman” James Wood. Ia per-gi tanpa telepon genggam, juga minus dompet. Begitulah ia sering menikmati pagi yang bening di Ohio, Amerika Serikat.
Ketika orang-orang berjalan bergegas menuju kantor, James sibuk meng-isi pagi dengan membakar kalori di ba-lik sepeda statis, thread mill, dan bar-bel. Setelah itu, pria bertubuh atle-tis itu akan berlari sambil mencecap ud-ara segar menuju Cub Foods, toko swalayan favoritnya.
Lagi-lagi, ia pergi tanpa dompet, kartu kredit, atau uang. Dalam hitung-an menit, ia biasanya memenuhi ke-ran-jang belanjanya dengan makanan- ri-ngan, sereal, dan kadang-kadang juga sebotol anggur. Semua belanjaan itu dia bayar hanya dengan sebuah sentuh-an jari telunjuk. Ya, ujung jari! Dan semua beres.
Sang kasir tak pernah repot meminta kartu kredit, kartu debit, atau uang. Bahkan saat dia memboyong sebotol ang-gur, penjaga toko tak pernah memintanya untuk menunjukkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) sebagai bukti dia cukup umur.
”Ini benar-benar cara belanja yang menyenangkan,” tutur James.
Ajaib? Tidak. Inilah geliat kemajuan tek-nologi sidik jari dan sistem kompu-ter. Saat ia menyentuhkan ujung te-lunjuknya, semua data diri: na-ma, umur, juga jumlah saldo kartu kredit, se-mua tertera di mesin kasir. Saat senyum sang kasir belum ha-bis, tran-sak-si belanja James su-dah di-bayar oleh ka-rtu kre-dit -virtual be-ru-pa si-dik jari ta-di.
Semua ke-mudahan itu berkat tekno-logi yang dirancang oleh Pay By Touch.- Per-usahaan asal San Francisco ini mem-buat alat pemindai sidik jari. Lalu mereka merayu para pemegang kar-tu kredit atau debit untuk menja-di pelanggan Pay By Touch. Jadi, setiap kali belanja, sang pemegang kartu kredit cukup menyentuhkan ujung jarinya di mesin pemindai. Dan bebe-rapa detik kemudian, sistem komputer Pay By Touch akan melakukan otorisasi pembayaran itu.
Bayar tanpa gesek kartu ini ternyata manjur menghilangkan antrean di kasir. Rich Farrell, Vice President Piggly Wiggly, menuturkan, saat per-tama kali mereka memasang pe-mindai sidik jari di empat toko, hasilnya mengejutkan: antrean ber-ku-rang dan dalam uji coba tiga bulan, sekitar 15 persen konsumen ber-gabung dengan layanan ini.- Dan ternyata, kunjung-an pembeli ke toko kami mening-kat 12 persen, serta rata-rata pembeli jumlah dana yang dibelanja-kannya meningkat 15 per-sen. ”Orang suka sekali layanan ini,” kata Farrell seperti dikutip News.com. ”Nyaman dan praktis.”
Inilah kabar bagus ba-gi Pay By Touch. Perusaha-an asal San Francisco ini berdiri pada 2002. Kini me-reka telah merangkul dua juta pemilik kartu kredit. Perusahaan ini juga meng-gandeng 2.000 to-ko di Amerika Serikat, di antaranya ja-ring-an toko swalayan Piggly Wiggly Carolina, Cub Foods, dan Albertson’s -Jewel-Osco.
Bagi para pemilik toko, sis-tem sidik jari ini memang menggiurkan. Setiap tran-saksi, menurut John Morris, bos Pay By Touch, perusaha-annya hanya memu-ngut biaya 15 sen (sekitar Rp 1.300). Bandingkan dengan biaya oto-risasi transaksi dengan kartu kredit yang tarifnya 85 sen (sekitar Rp 7.700) atau 30–40 sen (sekitar Rp 2.700 sampai Rp 3.600) untuk kartu debit. Siapa yang tak ngiler dengan penghematan biaya transaksi yang hampir seperlima dari biaya konvensional itu?
Meskipun begitu, tak semua percaya dengan sistem ini. ”Kualitas mesin pemindai sidik jari kadang masih berma-salah,” ujar Rob Enderle, kon-sul-tan tek-nologi di Enderle Group. ”Ke-akurat-annya kadang diragukan. Ka-dang sidik jari benar dianggap salah, sebaliknya sidik jari palsu dianggap benar.”
Soal akurasi ini diakui Farell dari ja-ringan toko Piggly Wiggly, ”Tapi, jum-lahnya hanya lima persen dari seluruh transaksi.” Umumnya, menurut dia, kegagalan ini teratasi saat sang pembeli memindai jarinya untuk yang kedua kalinya.
Dunia teknologi sidik jari memang sedang berderak kencang. Setelah menyebar di Amerika Serikat, teknologi ini melebar ke Inggris. Jaringan toko Co-op di Oxford mulai memasang sis-tem pembayaran dengan sidik jari. Di Jepang, Fujitsu juga menciptakan sistem sidik telapak tangan untuk mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
Sejarah sedang bergerak. Kartu kre-dit, buku cek, uang (yang bisa hilang, atau tertinggal di sembarang tempat) sebentar lagi mungkin akan menjadi kuno dan tergantikan sidik jari.
Burhan Sholihin (BBC, CNN, Fortune)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo