Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Bikin Verboden Tori Black

Asosiasi Warung Internet Indonesia membuat sistem penyaring pornografi dan judi. Masih bersifat sukarela.

19 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI era Internet ini, pornografi sedekat ujung jari. Tinggal sedikit mainkan jari-jari di atas papan ketik dan isi kata kunci di Google, seketika ribuan halaman Internet yang memuat materi porno terhampar di layar monitor. Bukan zamannya lagi sembunyi-sembunyi mengintip buku stensilan dengan gambar-gambar ”jorok” seperti pada 1980-an atau menonton film porno di kaset video VHS seperti era 1990-an.

Begitu mudahnya mencari gambar dan video ”jorok” itu di Internet. Mungkin ada miliaran gambar dan video porno, dari yang kelas amatiran hingga produk-produk industri pornografi, beredar di dunia maya. Dari Maria Ozawa hingga Tori Black. ”Kasus video Ariel itu hanya setitik di tengah samudra pornografi,” kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Supeno pekan lalu. Hadi pantas waswas karena, menurut penelitian Brigham Young University di Amerika Serikat, penikmat barang-barang porno terbesar adalah anak-anak dan remaja berusia 12-17 tahun.

Pornografi pun sudah menjadi industri besar. Nilai bisnisnya di seluruh dunia saat ini berkisar US$ 57 miliar atau Rp 513 triliun, separuh dari anggaran negara Indonesia. Peneliti Brigham Young menaksir seperdelapan laman Internet memuat materi pornografi. Betapa besar pengaruh barang mesum ini di Internet. Ternyata, seperempat dari pencarian di Google, Yahoo, Bing, dan mesin pencari lain setiap hari selalu menuju ke konten porno. Fakta ini bisa membuat bos-bos senewen: seperlima pegawai mengaku mengakses laman porno di kantor.

Di dunia maya negeri ini, konten porno itu masih bebas beredar. Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring memang sudah meminta penyelenggara jasa Internet menyaring konten asusila tersebut. ”Kami hanya mengimbau. Jangan sampai mereka jadi merasa tertekan,” kata Tifatul.

Dalam soal saring-menyaring konten porno di Internet, Indonesia memang terbilang ketinggalan. Sejak 2000, Amerika Serikat menerapkan undang-undang perlindungan Internet bagi anak-anak, yang mewajibkan sekolah dan perpustakaan memasang peranti penyaring materi porno dan berbahaya bagi anak. Penyelenggara jasa Internet di Inggris selalu memasang sistem Cleanfeed atau WebMinder untuk menyaring laman pornografi bagi anak-anak. Lewat Media Development Authority, negeri jiran Singapura menutup akses ke situs-situs porno, seperti ***porn, red****, tube*, dan porn***.

l l l

Warung Internet acap menjadi sasaran tudingan sebagai sumber peredaran gambar dan video porno. Bahkan Kepala Satuan Intelijen Keamanan Kepolisian Wilayah Kota Besar Makassar Andi Karim Samandi mengusulkan pemerintah kota menerbitkan peraturan daerah khusus untuk menangkal akses laman porno lewat warung Internet.

Selalu dijadikan kambing hitam, terang pengusaha warnet tidak nyaman. ”Kami ini malah dirugikan oleh para maniak pornografi itu,” kata M. Yamin, salah satu pemilik warnet di Jakarta. Sebab, pemburu barang porno itu biasanya mengakses sekaligus beberapa situs video porno. Otomatis memakan bandwidth lebih besar ketimbang yang hanya membuka laman berita atau jaringan sosial sehingga membuat koneksi Internet melambat. ”Padahal bayarnya sama saja, Rp 3.000 per jam.”

Capek dijadikan sasaran tudingan, para pengurus Asosiasi Warung Internet Indonesia kemudian merancang sistem untuk memblokir akses ke laman pornografi. Mereka mulai mengerjakan penyaring akses Internet itu tiga tahun lalu. ”Kami buat sendiri tanpa dibayar,” kata M. Irwin Day, Ketua Umum Asosiasi Warung Internet Indonesia, Selasa pekan lalu. Mereka menamai penyaring itu Nawala. Belakangan, lewat program sosialnya, PT Telkom dan Biznet menyumbang dua server Domain Name System (DNS).

Nawala, menurut Irwin, menggunakan metode DNS filtering. DNS ini adalah sekelompok kode yang digunakan untuk menghubungkan laman situs dengan jaringan Internet. Singkatnya, DNS mengubah nama situs ketika kita ketik di peramban, misalnya tempointeraktif.com menjadi sekumpulan angka yang merujuk ke alamat servernya, 202.158.52.210.

Sebenarnya ada banyak teknik penyaring Internet, seperti IP address blocking, proxy-based filtering, atau hybrid BGP-URL filtering. Ada beberapa alasan mengapa Asosiasi Warnet memilih teknik DNS filtering. Pertama, kata Irwin, metode ini tidak berdampak negatif ke jaringan. ”Sama sekali tidak mempengaruhi kecepatan koneksi Internet,” ujar Irwin. Teknik yang acap disebut DNS poisoning ini juga gampang diterapkan dan biayanya relatif murah.

Teknik penyaring DNS memang bukan barang baru. Beberapa negara, di antaranya Belgia, Denmark, Estonia, Italia, dan Norwegia, juga menggunakan metode serupa. Nawala dirakit dari beberapa aplikasi open source yang sudah ada, misalnya untuk manajemen data dan sistem operasi.

Asosiasi Warung Internet menggratiskan Nawala. Penyaring Internet ini bisa digunakan (baca: ”Cara Instalasi Nawala di Microsoft Windows”), baik di komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows, Apple Mac OS, dan Linux maupun di telepon seluler pintar dengan sistem operasi Microsoft Windows Mobile, Symbian, Apple iOS, ataupun Android. Nawala bisa dipasang di komputer atau server.

Cara kerjanya sangat sederhana. Komputer atau jaringan yang sudah dipasangi Nawala, setiap kali mengakses Internet, maka otomatis langsung terhubung ke server Nawala. Sistem Nawala kemudian mengecek apakah alamat yang dituju ada dalam daftar hitam. Jika ada, akses diblokir. Jadi, seandainya Anda membuka playboy.com, di layar monitor akan terpampang pesan, ”Mohon maaf, situs playboy.com tidak dapat ditampilkan.”

Nawala, menurut Irwin, punya lebih dari satu juta alamat situs pornografi, perjudian, dan situs yang menyimpan malware atau biasa dipakai mencuri data pribadi pengakses. ”Tapi sebagian besar situs porno,” kata Irwin. Data itu mereka kumpulkan sejak 2007, baik dari riset lembaga pemantau Internet di luar negeri, dari pencarian awak asosiasi warnet, maupun masukan dari pengguna Nawala, terutama untuk situs-situs lokal.

Setiap masukan mereka cek satu per satu untuk memastikan bahwa situs itu memang menyebarkan materi pornografi atau judi dan layak diblokir. Dari satu juta alamat itu, dia menuturkan, hanya 80 ribuan alamat yang sering diakses pengguna Internet Indonesia. Idealnya, kata Irwin, ada semacam komisi pengkaji yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat untuk menentukan suatu situs layak ditutup aksesnya atau dibiarkan terbuka.

Jika ditelisik, berdasarkan data di Nawala, pengakses situs yang masuk daftar hitam di Nawala ini terus melesat. Sepanjang November 2009 hingga Juni lalu, ada 9,5 juta akses (query) yang diblokir Nawala. Tentu saja sebagian besar merupakan situs ”jorok”. Namun, hanya dalam sebulan, sejak pertengahan Juni lalu, sudah ada 4,5 juta query yang ditolak Nawala.

Tapi Nawala tetap saja punya sejumlah kelemahan. Dia tidak bisa memblokir akses di tingkat konten. Jadi, seandainya ada file video porno di Facebook atau situs pertukaran file rapidshare.com, Nawala tidak bisa menutup akses hanya ke video itu. Jika hendak memblokir koneksi ke video tersebut, Nawala terpaksa harus menutup seluruh akses ke rapidshare dan Facebook. Irwin mengatakan perlu biaya besar untuk memodifikasi Nawala sehingga bisa menutup koneksi di tingkat konten. Padahal, untuk operasional Nawala saja, saat ini mereka harus merogoh kocek pribadi.

Bagi mereka yang cukup lihai menggunakan komputer, sebenarnya juga ada banyak cara mengelabui filter seperti Nawala. ”Tapi jumlah mereka kan tidak banyak,” kata Irwin. ”Dan tidak ada filter yang bisa seratus persen menangkal pornografi.”

Sapto Pradityo, Dianing Sari


Cara Instalasi Nawala di Microsoft Windows

  1. Pilih Control Panel dari menu Start.
  2. Klik Network Connections yang ada di Control Panel.
  3. Pilih koneksi yang ada dari jendela Network Connections.
  4. Klik tombol Properties.
  5. Pilih Internet Protocol (TCP/IP) dan klik Properties.
  6. Klik radio button pada Use the following DNS server addresses dan ketikkan alamat DNS Nawala pada kolom Preferred DNS server 180.131.144.144 dan Alternate DNS server 180.131.145.145.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus