Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mengembalikan Kejayaan Era Tujuh Puluh

Pada 1975, lahirlah sebuah band rock perempuan yang mengguncang. The Runaways berusia singkat, tapi suara mereka masih terngiang.

19 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Runaways
Sutradara: Floria Sigismondi
Skenario: Floria Sigismondi
Berdasarkan otobiografi karya Cherie Currie berjudul Neon Angel (1989)
Pemain: Dakota Fanning, Kristen Stewart

MUNGKIN selama ini kita terlalu jengkel dengan film-film Twilight saga (Twilight, New Moon, dan Eclipse). Akibatnya, kita menganggap aktris Kristen Stewart cuma memiliki satu ekspresi: gundah gulana. Mungkin karena hebohnya ketiga film itu, kita lupa bahwa Kristen Stewart juga pernah tampil dengan baik dalam film seperti Into the Wild (Sean Penn) dan In the Land of Women (Jon Kasdan).

Syukurlah, ternyata dalam film The Runaways, Kristen Stewart tampil utuh sebagai seorang Joan Jett yang keren, yang jari-jarinya berhasil meledakkan musik melalui gitarnya sembari bersenyawa dengan suara Dakota Fanning yang tampil sebagai Cherie Currie.

Film ini ditulis dan diangkat dari otobiografi Cherie Currie, vokalis blonda The Runaways, sebuah band rock perempuan yang terkemuka pada 1970-an. Band itu hanya hidup dari tahun 1975 sampai 1979, tapi hingga sekarang selalu menjadi inspirasi dan referensi bagi banyak band rock, komposisi musik, dan film. Namun, karena tak semua mantan anggota band itu setuju (atau tertarik) dengan pembuatan film ini, fokusnya lebih pada sosok Joan Jett, sang gitaris dan penulis lagu, dan Cherie Currie. Anggota band lainnya, meski tetap tampil, lebih sebagai pelengkap (film).

Dimulai dari sosok Joan Jett dan Cherie Currie yang masih berusia 15 tahun dan mempunyai idola masing-masing. Joan Jett adalah pemuja rocker Suzi Quatro—dan memotong rambutnya serta berdandan persis Suzi Quatro, lengkap dengan jaket kulit dan bot hitam, rambut potongan shaggy, dan eyeliner hitam. Sedangkan Cherie Currie saat itu masih hidup sebagai remaja pemuja David Bowie—dengan dandanan yang meniru warna-warni make-up Bowie—yang keluar-masuk klub karena jengkel oleh tingkah laku ibunya (Tatum O’Neal) yang memutuskan pindah ke Indonesia, mengikuti suami barunya.

Joan Jett, yang sudah bersahabat dengan gitar, dan Sandy West (Stella Maeve), yang hidup dengan drum dan mengagumi Roger Taylor (penabuh drum Queen), sudah bertemu dengan Kim Fowley, produser piringan hitam yang temperamental tapi sangat terbuka dengan temuan-temuan baru. ”Band rock perempuan” adalah ide yang diajukan Joan Jett, dan bagi Kim itu akan meledak jika dia menemukan ramuan yang tepat. Setelah mereka berlatih, Kim merasa harus menemukan seorang penyanyi yang akan mampu merebut perhatian masyarakat. Di sebuah klub, Kim Fowley, Joan Jett, dan Sandy West berputar. Nun di pojok, mata Kim Fowley terpaku pada sosok Cherie Currie, yang berambut blonda dan berwajah penuh rasa sakit yang tertahan di dalam tubuhnya yang mungil. Maka Cherie Currie menjadi pilihan Fowley.

Film ini seperti sulit menentukan sikap. Apakah ini film biopik sebuah band yang pernah meledak di masa yang cukup singkat (empat tahun) atau hanya profil Joan Jett sang gitaris dan Cherie Currie sang vokalis. Di satu pihak, kita diberi porsi yang cukup besar tentang perjalanan naik-turunnya band ini. Proses terciptanya lagu Cherry Bomb di atas trailer (terinspirasi oleh sosok Cherie Currie), sukses album-album mereka, serta sambutan histeris penggemar Jepang lebih mirip film dokumenter perjalanan sebuah band yang berhasil meledak, tidak hanya karena mereka terdiri atas cewek-cewek rocker yang keren, tapi juga karena mereka memang rocker yang mengguncang panggung.

Pertengkaran di antara anggota band, terutama kecemburuan terhadap perhatian media terhadap Cherie Currie, hubungan seks di antara mereka (yang diperlihatkan sekilas-sekilas belaka), serta ketergantungan Joan Jett dan Cherie Currie terhadap narkoba, semua disajikan sebagai bagian paling menarik dan dramatik—sebelum akhirnya band ini runtuh.

Pada saat inilah kita melihat bagaimana Kristen Stewart sesungguhnya seorang aktris yang memiliki ekspresi wajah yang beragam, tak hanya wajah duka lara seperti Bella Swan. Pada saat ini kita juga melihat duet asyik Kristen dengan aktris berbakat lainnya, Dakota Fanning, dalam peran pertamanya sebagai perempuan dewasa. Dan jangan lupa, kedua aktris remaja ini menyanyikan sendiri lagu-lagu hit band itu.

Sebagai sebuah film, mungkin ini lebih merupakan sebuah perjalanan nostalgia bagi para penggemar rock untuk melihat cikal-bakal band-band rock perempuan berikutnya yang banyak diilhami oleh The Runaways; juga untuk melihat posisi Joan Jett (satu-satunya personel The Runaways yang tetap melejit setelah band-nya bubar; ingat Crimson and Clover yang benar-benar mengentak dan lagu cover I Love Rock ’n Roll dari The Arrows yang justru sukses setelah dinyanyikan Joan Jett?). Lagu-lagu itu masuk ke dalam film ini, untuk memperlihatkan hubungan kedua Jett dan Currie setelah mereka bubar.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus