Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merilis lukisan gua atau gambar cadas prasejarah, peninggalan nenek moyang Indonesia, dan ditayangkan di Google Arts & Culture.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perilisan gambar ini diawali dari kerja sama riset arkeologi antara Indonesia dan Australia yang dimulai sejak 2020. Pengambilan gambar dilakukan di sejumlah situs, seperti Liang Tebo di Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur dan Leang Karampuang di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Setelah ada proses capture di situs gambar cadas, pengembangan konten digital pada platform Google Arts & Culture dilakukan bersama oleh tim BRIN dan Google Arts & Culture," kata Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN Herry Jogaswara melalui keterangan di Jakarta, Jumat, 5 Juli 1974.
Herry menjelaskan, pengembangan konten digital gambar cadas prasejarah di Indonesia oleh BRIN dan Google melalui platform Google Arts & Culture ini merupakan upaya pengelolaan sumber daya arkeologi yang berkelanjutan melalui proses digitalisasi.
Upaya ini juga untuk membuka akses bagi semua orang untuk pengetahuan berbagai macam bentuk ekspresi seni tertua di Nusantara dan dunia. Kata Herry, terdapat setidaknya 33 narasi tema gambar cadas prasejarah di Indonesia yang ditampilkan pada platform Google Arts & Culture.
Google mendukung riset dan digitalisasi warisan budaya ini melalui platform Google Arts & Culture. Manajer Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik Google Indonesia Arianne Santoso mengatakan, salah satu bentuk dukungannya adalah melalui digitalisasi dengan menggunakan teknologi street view yang juga digunakan untuk Google Maps.
Dengan digitalisasi ini, kata Arianne, akan memungkinkan seluruh orang dapat melihat lukisan gua atau gambar cadas prasejarah, termasuk gambar cadas berusia 51.200 tahun yang baru ditemukan di situs Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, yang saat ini masih tertutup untuk umum. "Sehingga, memungkinkan untuk siapa saja, di mana saja, kapanpun untuk mengakses gambar-gambar cadas yang luar biasa ini," kata dia.
Pilihan Editor: 5 Game Terbaik Untuk Penggemar Sejarah Abad Pertengahan