Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Bukan Hanya Konten Pornografi, Ini 7 Kontroversi X di Bawah Elon Musk

Pemerintah menyoroti kebijakan Elon Musk ihwal konten pornografi di media sosial X

11 Juni 2024 | 11.11 WIB

Ilustrasi Twitter. REUTERS
Perbesar
Ilustrasi Twitter. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak diakuisisi Elon Musk pada Oktober 2022, Elon Musk terus disoroti karena kontroversinya soal X dulu Twitter. Terbaru, Elon Musk memungkin penggunanya untuk bisa terang-terangan membagikan konten pornografi yang diproduksi dan didistribusikan secara konsensual (dengan persetujuan).

Pada masa sebelumnya, Twitter memang tidak secara eksplisit melarang pornografi. Aplikasi berlogo burung biru itu bahkan menjadi rumah untuk beberapa kreator konten NSFW (not safe for work atau not suitable for work) menyusul diluncurkannya Twitter Blue (kini X Premium). Di platform itu, kreator bisa mendorong pengikutnya membayar jika ingin melihat kontennya, serupa dengan website OnlyFans.

Apa saja Kontroversi Elon Musk ihwal X? Ini beberapa di antaranya:

1. Mengubah Logo Twitter

Elon Musk sempat dibicarakan setelah mengubah logo Twitter menjadi X putih dengan latar belakang hitam. Semula itu simbol burung biru. Logo burung biru telah menjadi ikon Twitter selama 17 tahun sejak dirancang pada 2012. Kala itu, logo twitter dirancang sederhana, dan bisa dibaca dengan ukuran kecil. Elon Musk mengubah logo pada Senin, 24 Juli 2023. Di Twitter dia mengunggah gambar X dengan latar belakang bertema luar angkasa. "Kami akan mengucapkan selamat tinggal logo lama Twitter, secara bertahap, semua logo burung." Dia juga mengubah nama perusahaan induk Twitter menjadi X Corp.

2. Tutup Akun Jurnalis Pengkritik Elon Musk

X secara sepihak menutup sejumlah akun milik jurnalis sayap kiri ternama seperti Ken Klippenstein dari The Intercept dan Steven Monacelli dari Texas Observer pada Selasa pagi, 9 Januari 2024. Hal ini diduga karena mengkritik pemilik X, Elon Musk. A

kun-akun tersebut telah diaktifkan kembali di hari yang sama, namun tanpa penjelasan atas penutupannya. Penutupan tersebut juga dilakukan terhadap akun beberapa jurnalis dan komentator, termasuk podcaster Rob Rousseau, dan Alan MacLeod dari MintPress News. Di masing-masing profil mereka tertulis “X menutup akun yang melanggar aturan X”.

3. Tangguhkan Akun Jurnalis

Pada Desember 2022, X menangguhkan akun sepuluh jurnalis yang mengkritik Musk sebagai pemilik situs tersebut, termasuk reporter CNN Donie O’Sullivan dan reporter Washington Post Drew Harwell. X juga sempat menangguhkan akun Mastodon, sebuah perangkat lunak yang memiliki fitur mirip X. Pada saat itu, Musk mengklaim bahwa akun yang ditangguhkan akan mendapatkan kembali aksesnya setelah tujuh hari dan bahwa mereka telah memposting lokasi dia secara real-time. Selain itu, beberapa akun jurnalis independen seperti Aaron Rupar, Tony Webster, reporter New York Times Ryan Mac, Matt Binder dari Mashable, Micah Lee dari The Intercept, Steve Herman dari Voice of America, dan Keith Olbermann juga ikut ditangguhkan.

4. Pemecatan Besar-besaran

Setelah menjadi pemilik baru Twitter, Elon Musk langsung memecat beberapa eksekutif. Menurut dia, pemecatan level eksekutif memangkas pembayaran pesangon yang besar. Elon Musk memecat Chief Executive Twitter Parag Agrawal, Chief Financial Officer Ned Sagal, dan Kepala Urusan Hukum dan Kebijakan Vijaya Gadde. Selain itu, Elon Musk memecat atau pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai 80 persen kepada karyawan Twitter. Hal ini terjadi setelah Twitter disinyalir mengalami banyak kerugian dari sepuluh tahun terakhir. Dari sepuluh tahun terakhir sebelum akuisisi, Twitter hanya berhasil mencatat laba tahunan dua kali.

5. Bayar centang biru

Elon Musk memperlakukan biaya untuk centang biru. Tujuannya monetisasi layanan dan membuat jaringan media sosial agar tidak tergantung iklan. Centang biru yang sebelumnya diberikan untuk memverifikasi akun terkenal atau organisasi besar pun ditawarkan sebagai fitur berbayar. Dengan membayar dan mendapat centang biru, para pengguna mendapat fitur yang eksklusif. Itu seperti iklan sedikit, prioritas pencarian, mengedit cuitan, tweet sampai 4.000 karakter, sampai mengunggah video sampai 2 gigabita (GB). Tarif berlangganan centang biru ini dikenakan 8 dolar perbulan. Centang biru berbayar ini menghapus centang biru lama yang didapat dari verifikasi Twitter sebelumnya.

6. Membatasi pengguna Twitter

Pada Juli 2023, Elon Musk mengumumkan kebijakan baru terhadap Twitter untuk membatasi jumlah tweet atau cuitan yang dibaca para penggunanya. Elon Musk membatasi pengguna Twitter yang terverifikasi 10.000 perhari, 1.000 per hari untuk akun lama belum verifikasi, dan 500 perhari untuk akun baru yang belum terverifikasi. Sementara untuk mendapatkan verifikasi, pemilik akun harus membayar sejumlah uang. Elon Musk menyebut kebijakan itu dilakukan dalam upaya untuk mengatasi pengikisan data tingkat ekstrim dan manipulasi sistem. Kebijakan kontroversial Elon Musk menimbulkan berbagai reaksi.

7. Menghapus Days of Rest

Elon Musk dikenal sebagai pekerja keras dan karyawannya pun dituntut demikian. Sebagai pekerja keras, Elon Musk berharap karyawannya juga dapat bekerja secara produktif dan maksimal seperti dirinya. CEO Twitter ini kemudian meniadakan program Days of Rest atau Hari Istirahat. Days of Rest merupakan libur satu hari per bulan di luar cuti yang diperuntukkan bagi seluruh karyawan agar tidak stres dalam bekerja. Namun, Elon Musk dikabarkan telah menghapus kebijakan ini.

KHUMAR MAHENDRA | MARVELA | ANANDA BINTANG PURWARAMDHONA | RINDI ARISKA | NABIILA AZZAHRA | ZACHARIAS WURAGIL

Pilihan Editor: Budi Arie Ancam Blokir X di Indonesia jika Masih Perbolehkan Konten Pornografi 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus