Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOSOKNYA tipis, bening, dan cemerlang. Suaranya, wow , dahsyat, Bung! Itulah super-audio compact disk (SACD), format penyimpanan suara digital paling mutakhir karya dua raksasa elektronik, Sony Corp. (Jepang) dan Philips Electronics NV (Belanda), yang diperkenalkan dua pekan lalu.
Berbeda dengan compact disk yang ada selama ini, cakram padat baru itu mampu menirukan suara asli dengan lebih persis dan jernih, berkat teknologi yang dijuluki sistem pengurai kode direct stream digital. "SACD mendatangkan risiko terpecahnya pangsa pasar cakram padat," ujar Skip Pizzi, pakar audio yang sejak akhir 1970 telah berkutat di bidang suara digital dan sekarang menjadi manajer teknik di Microsoft Corp. "Sebab, kualitasnya memang dahsyat."
Kemunculan SACD semakin menegaskan dominasi Sony dan Phillips di industri elektronik. Dua raksasa ini memang dikenal sebagai dua perusahaan yang memelopori sistem penyimpanan data audio berbentuk cakram padat (compact disk)teknik perekaman di atas sebuah piringan kecil beningdua dasawarsa silam.
Teknik rekaman digital sendiri boleh dibilang merupakan keajaiban. Sejak akhir 1970, para insinyur secara cerdas merancang teknik rekaman digital dengan teknologi yang disebut pulse-code modulation. Kendati sejatinya menerapkan sistem pengolah suara yang kompleks, pada dasarnya teknik ini melakukan tiga hal: mengukur panjang gelombang (suara), mengubah pengukuran tersebut menjadi angka biner (0 dan 1), dan menyimpannya ke dalam bentuk dokumen komputer. Sistem pemutarnya kemudian mengubah angka-angka itu menjadi semacam tiruan bentuk gelombang aslinya sehingga bisa didengar telinga manusia.
Adapun kualitas rekaman digital itu bergantung pada dua hal: batas tanggapan respons frekuensi tertinggi dan terendah (sampling frequency)yakni berapa kali pengukuran dilakukandan bit-rate atau jumlah digit yang direpresentasikan lewat angka biner. Semakin besar angka dua ukuran tersebut, makin akurat pula citra digitalnya, atau dengan kata lain kian persis pula suara yang ditirukannya. (Rekaman audio digital pada dasarnya merupakan cara mesin menirukan suara asli.)
Cakram padat masa kini memiliki batas frekuensi 44,1 kilohertz dan bit-rate 16 bit. Ini berarti proses rekaman melakukan pengukuran panjang gelombang terjadi 44.100 kali setiap detik, dan setiap pengukuran itu membawa 16 digit angka biner. Kualitas suara yang dihasilkan oleh format cakram padat hampir mendekati suara asli. Dia mampu menghilangkan distorsi dan efek desis seperti yang selama ini masih muncul pada format rekaman analog menggunakan pita magnetik.
Nah, format penyimpanan suara digital baru SACD jauh lebih dahsyat ketimbang cakram padat biasa. "SACD secara radikal mengubah dua angka penting yang berhubungan dengan teknologi digitalsampling frequency dan bit-rate," kata seorang pakar audio dan penulis The Compact Disk Handbook, Ken Pohlmann, kepada ABC News dua pekan lalu.
Format ini punya batas tanggapan respons frekuensi tertinggi dan terendah 2,82 megahertz. Dengan sampling frequency sebesar ini, berarti SACD mampu mengukur panjang gelombang 2.822.440 kali per detik atau 64 kali lebih banyak ketimbang CD biasa. Dan karena bentuk modulasi suara digital kian mampu mendekati bentuk gelombang suara, proses sampling frequency pun makin sempurna dan upaya peniruannya semakin mirip aslinya.
Sony sendiri bukan tak menghadapi tantangan ketika mengembangkan SACD. Pada awalnya mereka kesulitan merekam frekuensi di atas 50 kilohertz karena standar teknologi yang ada hanya mampu menjangkau batas tertinggi frekuensi yang bisa didengar manusia, yakni 20 kilohertz. Sony lalu mencari cara untuk mendigitalkan frekuensi yang tinggi itu. Jawabannya ditemukan pada teknik yang disebut DSD, yang sanggup merekam frekuensi hingga 100 kilohertz.
November depan, format baru itu diharapkan sudah beredar di pasar. Harganya US$ 25 (sekitar Rp 225 ribu) per keping. Baik Sony maupun Philips telah menyediakan sekaligus alat pemutarnya, mesin berisi 5 cakram seharga US$ 1.200 (sekitar Rp 10,5 juta). Para penikmat musik sejati, silakan bersiap-siap merogoh kocek dalam-dalam.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo