PT Telkom dan Profesionalisme

SAYA ingin menyampaikan pendapat tentang profesionalisme perusahaan BUMN PT Telkom, sehubungan dengan tulisan Moch. S. Hendrowijono di harian Kompas, 8 September 2000. Dalam artikel itu disebutkan, sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, sikap profesionalisme sumber daya manusia di PT Telkom mulai memudar. Hal itu diakibatkan oleh adanya pertentangan kepentingan di era kepemimpinan Setyanto. Di samping itu, Hendrowijono menyorot soal kerugian yang menimpa perusahaan telekomunikasi ini akibat ketidakseimbangan antara produktivitas karyawan dan jumlah satuan sambungan telepon terpasang. Mungkin terdorong oleh analisis itu, PT Telkom mengambil sikap mengurangi jumlah karyawan. Perusahaan menawarkan opsi kepada karyawan, yaitu pengunduran diri secara sukarela atau pemberhentikan tidak hormat. Tentu saja tawaran ini sangat meresahkan kami. Padahal, kalau dilihat, naik-turunnya produktivitas karyawan sangat bergantung pada profesionalisme pimpinan. Sementara itu, pejabat-pejabat di PT Telkom matang karena karbitan, sehingga perusahaan seperti milik pribadi. Akibatnya, terjadi salah urus yang menyebabkan biaya operasional mendekati pendapatan. Dalam kesempatan ini saya mempertanyakan beberapa hal, di antaranya: Apa tujuan perusahaan membangun dan merenovasi beberapa kantor Telkom di Jawa Timur, termasuk memperluas rumah mes di Prigen, Jawa Timur? Bagaimana dengan diskon yang diberikan kepada PT SPM hingga 50 persen dalam urusan sewa perkantoran? Menurut saya, penyebab tidak efisiennya PT Telkom adalah ketidakbecusan pimpinan mengelola perusahaan ini. Merekalah yang layak dikenai PHK, bukan karyawan kecil seperti kami. DASMAN RUSLI, B.A. Jalan Wijayakusuma XII No. 12 Cijambe-indah, Ujungberung Bandung