Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Meta mengumumkan tengah mencari proposal dari pengembang atau developer pembangkit listrik tenaga nuklir untuk mendukung pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan tujuan lingkungan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilaporkan Reuters, Rabu, 4 Desember 2024, perusahaan ingin menambah kapasitas pembangkit nuklir baru sebesar 1-4 gigawatt di AS mulai awal 2030-an. Sebuah pembangkit nuklir AS biasanya memiliki kapasitas sekitar 1 gigawatt.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di Meta, kami percaya energi nuklir akan memainkan peran penting dalam transisi menuju jaringan listrik yang lebih bersih, lebih andal, dan lebih terdiversifikasi,” kata perusahaan itu dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis, 5 Desember 2024.
Menurut laporan The Verge, pusat data AS diperkirakan akan meningkatkan penggunaan daya hampir tiga kali lipat antara 2023 dan 2030, yang akan memerlukan sekitar 47 gigawatt kapasitas pembangkit baru.
Meta kemudian menyoroti bahwa pengembangan alat AI yang intensif dalam konsumsi energi berisiko menghambat tujuan keberlanjutan Silicon Valley, kecuali perusahaan-perusahaan dapat menemukan sumber listrik yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, Meta bergabung dengan Amazon, Microsoft, dan Google dalam upaya memanfaatkan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik pusat data yang terus berkembang.
Namun, mengembangkan reaktor nuklir baru bukanlah tugas yang mudah. Pembangkit nuklir baru pertama di AS dalam beberapa dekade, yang mulai beroperasi pada 2023, mengalami keterlambatan tujuh tahun dan biaya yang membengkak hingga US$17 miliar lebih tinggi dari anggaran awal.
Untuk itu, Meta mencari pengembang dengan keahlian dalam keterlibatan masyarakat, pengembangan, dan perizinan, serta mempertimbangkan baik reaktor modular kecil (SMR) yang masih dalam tahap pengembangan maupun reaktor nuklir yang lebih besar seperti pembangkit nuklir AS saat ini.
Meta akan menerima pengajuan dari pengembang hingga 7 Februari 2025. Perusahaan ini menambahkan bahwa mereka menggunakan proses permintaan proposal (RFP) karena energi nuklir lebih intensif modal, memerlukan waktu lebih lama untuk dikembangkan, dan tunduk pada lebih banyak persyaratan regulasi dibandingkan dengan proyek energi terbarukan lainnya.
“Proses RFP ini akan memungkinkan kami untuk mendekati proyek-proyek ini dengan cermat dan bijaksana dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut,” kata Meta.