Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski sudah 45 tahun, Kevin Dalek tetap menyukai tontonan kartun The Simpsons. Episode favoritnya adalah Smoke on the Daughter. Film animasi buatan Matt Groening ini biasanya ditayangkan di Fox Broadcasting Company. Tapi Kevin menyaksikan tayangan ini cukup dari depan komputernya melalui Internet. Dia hanya perlu mendaftar gratis di hulu.com. ”Dari tahun ke tahun, tayangan ini tetap saja lucu,” kata Kevin mengomentari film itu.
Situs Hulu digagas dua perusahaan media Amerika Serikat, Fox dan NBC Universal, dengan investasi awal sekitar US$ 100 juta (Rp 9,3 miliar). Keduanya didukung sekitar 50 perusahaan seperti MGM, Sony Pictures Television, Warner Bros, atau Lionsgate. Inilah situs penantang YouTube paling serius. Dengan situs ini, semua orang bisa menonton cuma-cuma program televisi favoritnya melalui Internet.
Hulu kini sedang menjajaki kemungkinan video dalam situsnya bisa diakses melalui telepon seluler. Dalam konferensi industri nirkabel di Las Vegas pada Selasa pekan lalu, George Kliavkoff, Direktur Teknologi NBC, mengungkapkan bahwa Hulu akan mencari mitra untuk memuaskan para pemilik ponsel.
Situs ini digagas sejak Oktober tahun lalu dalam versi beta dan baru bisa diakses umum di Amerika Serikat mulai pertengahan Maret lalu. Hingga pekan lalu, Hulu menampung lebih dari 250 serial televisi lengkap seperti The Simpsons, The Office, Prison Break, dan serial zaman dulu seperti Arrested Development, Buffy the Vampire Slayer, atau Miami Vice. Situs ini juga menyediakan lebih dari 100 film panjang seperti The Big Lebowski, Me, Myself & Irene, Some Like It Hot, Mulholland Drive, hingga Three Amigos.
Jason Kilar, Presiden Direktur Hulu, optimistis terhadap masa depan proyeknya. Sejak muncul, Hulu sudah mendapat 5 juta pendaftar dari Amerika. Masih jauh dari pelanggan YouTube, situs multimedia paling populer saat ini, yang mencapai 80 juta pendaftar. Tapi Hulu belum membuka pengunjung ke semua negara. Jason mengatakan situs ini nantinya bisa diakses semua orang. ”Dengan fiturnya ini, Hulu akan menjadi batu loncatan dalam misi membantu semua orang menikmati tayangan premium,” kata Jason yang juga mantan eksekutif teknologi Amazon, situs belanja ternama.
Hulu memanfaatkan peluang legalitas tayangan video di Internet. Pesaing yang sudah muncul lebih dulu, YouTube, sering terganjal kasus hak cipta. YouTube kini sedang berurusan dengan sejumlah negara seperti Cina, Thailand, dan Pakistan karena penayangan video kontroversial. ”Sebelum Hulu, tak ada video online yang legal, dalam konteks tayangan program televisi atau film penuh,” kata Jason.
YouTube juga mendapat serangan langsung dari Hulu. Pihak Hulu meminta perusahaan milik Google ini menarik film buatan Fox dan NBC dalam situsnya. Tapi YouTube tak keder terhadap langkah pesaingnya itu. ”Kami tak melihat perubahan jumlah pengunjung yang signifikan,” kata Steve Shih Chen, penggagas dan Direktur Teknologi Youtube.
Steve mengatakan YouTube tetap mempertahankan platform terbuka yang memungkinkan setiap orang berpartisipasi. YouTube tak membuat kontrak eksklusif dengan mitranya. ”Kami hanya menawarkan tayangan menarik setiap hari dari semua orang di dunia,” kata Steve.
Menurut Steve, YouTube sangat memperhitungkan pengunjung dari negara yang memiliki kapasitas akses Internet kecil. Untuk itu, YouTube lebih menekankan video dengan format kualitas rendah sehingga cepat diakses. YouTube pernah mempertimbangkan menayangkan video dengan kualitas lebih tinggi. Steve mengatakan YouTube lebih mementingkan banyak orang dengan Internet yang lambat dan ingin menyaksikan video. ”Mungkin hanya sedikit yang meminta kualitas tinggi,” ujarnya.
Bagi penulis teknologi informasi di ABCNews, Michael S. Malone, Hulu dan YouTube akan saling melengkapi di tengah tren pemakai Internet yang makin meningkat. Pelanggan bisa menyaksikan video buatan sendiri, homemade, meski dengan kualitas grafis rendah. Sedangkan Hulu menyajikan video premium yang sudah ada di televisi dari studio profesional. ”Jadi lebih banyak pilihan. Tak jelek buat pelanggan,” katanya.
Situs penayang video memang menjadi serbuan pengusaha karena tren pemakai Internet yang terus meningkat. Dalam sehari pengguna Internet bisa mencapai 1,3 miliar orang. Menurut eMarketer, lembaga penelitian Internet Amerika, ada sekitar 10 miliar klip video ditonton melalui Internet setiap bulan. Hingga Maret lalu, 70 persen pengguna Internet menggunakan jasa video streaming. Angka ini diperkirakan akan menjadi 80 persen hingga akhir 2008.
Data statistik itu membuat perusahaan besar mulai menekuni situs video streaming. Misalnya Microsoft, yang telah memiliki MSN Soanbox sejak awal tahun lalu. Yahoo pun telah meluncurkan Yahoo Video. Ada juga situs jejaring sosial, MySpace dan Facebook, yang meluncurkan layanan video Internet.
Indonesia pun memiliki pilihan untuk menikmati video di Internet. Layartancap.com, yang berdiri sejak tahun lalu, telah memiliki lebih dari 7.000 video. Bulan lalu, pengguna Internet di Indonesia juga bisa menonton video melalui Veeon.com. ”Layanan video streaming akan menjadi tren dengan melihat pertumbuhan pemakai Internet di Indonesia,” kata Andrias Harsono, pengelola Veeon.com.
Veeon digarap oleh perusahaan multimedia Mobleil Corporation, Bandung. Baru sebulan muncul, situs ini sudah memiliki 624 anggota dan 3.000 pengunjung. Situs ini sudah memiliki 200 video yang kebanyakan berasal dari program televisi. Misalnya beberapa episode film kartun Naruto atau Avatar. Ada juga yang menayangkan film Batman 3 dengan durasi hampir satu jam.
Video yang tertayang dalam situs Veeon memiliki ekstensi flv yang berkualitas grafis rendah. Kurang memuaskan bagi penggemar film dengan kualitas tinggi. Tapi kualitas grafis ini membuat pengguna lebih ngebut nonton film tanpa patah-patah. Aksesnya lebih cepat ketimbang YouTube atau situs luar negeri lain, karena menggunakan server lokal.
Andrias mengatakan, Veeon telah mendapat dukungan sponsor dari Telkom. Rencananya situs ini akan bisa diakses melalui ponsel. Veeon juga menjajaki kerja sama dengan pembuat program seperti Multivision atau Karno’s Film. ”Kami menggarap situs ini melalui riset,” kata Andrias.
Sama dengan YouTube, Veeon memiliki platform terbuka sehingga setiap pendaftar bisa menayangkan videonya. Andrias mengatakan, setiap pengunjung harus membaca aturan main sebelum memasang video. Veeon bisa saja mencabut video yang sudah tayang jika mengandung SARA, pornografi, atau ada pengaduan dari pelanggan.
Yandi M.R. (NYTimes, ABCNews, Australianit.news)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo