Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Beatles ala Bawang Putih

Di Taman Ismail Marzuki, Jose Rizal Manua mementaskan sandiwara remaja dengan menggunakan 16 lagu The Beatles yang diparodikan.

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aku Michelle yang sedang dukacita… Namaku asli Tukiyem… Putri bakul Mbako di Pasar Kulon Progo…

Malam itu para pencinta Beatles mungkin nyengir. Lagu Michelle tersebut sama nadanya, tapi liriknya begitu berbeda. Dan sepanjang pertunjukan kita mendengar Hey Jude, Yesterday, She Loves You, dan Hard Days Night dengan lirik diganti habis-habisan.

Ya, Jose Rizal Manua, sutradara teater remaja, punya gawe. Ia membawa puluhan anak berusia 14-17 tahun mementaskan naskah Remy Sylado, Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Sabtu dua pekan lalu, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Naskah itu mengadaptasi cerita tradisional Bawang Merah, Bawang Putih dengan menggunakan lagu-lagu Beatles.

Panggung dibuka dengan Bawang Merah (Nurria Animbang Ganesh) yang sedih. Ayahnya, konglomerat, mati setelah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi. Muncullah kelompok geng motor dipimpin Bawang Bombay. Kostum mereka mirip anak-anak punk. Ala film Grease-nya John Travolta, mereka mengendarai sepeda motor, berseliweran di panggung. ”Babe gue dimasukin penjara oleh ayah Bawang putih,” Bawang Merah mengadu ke Bawang Bombay.

Bawang Merah mengenakan gaun, rok, dan sepatu merah. ”Duileh stocking-nya….” Penampilannya menor. ”Busyet, dia ce atau tante-tante, sih,” sindir para punker. Ibu Bawang Merah, Michelle, yang dimainkan Clara Sinta, menyusun balas dendam. Ia menyuruh geng motor meracuni ibu Bawang Putih yang tengah sakit.

Bawang Bombay berpura-pura menjual obat mujarab kepada ibu Bawang Putih. Dan kita nyengir lagi ketika Maudy Koesnaedi, yang memerankan ibu Bawang Putih, untuk menyatakan terima kasihnya kepada Tuhan, menyanyikan My Sweet Lord—ciptaan George Harrison. Tapi lagu yang dipersembahkan Harrison untuk avatar Dewa Wisnu itu dipelesetkan menjadi: My Sweet Lord, Tuhanku, aku dapat obat yang bisa menyembuhkan napasku….

Ternyata, setelah minum obat itu, ia malah mati. Ayah Bawang Putih, yang dimainkan Teuku Zacky, mengangkat tubuh istrinya. Ia menangis dan, alamak, lalu melantunkan Hey Jude: Hey Jude, ayolah jangan mati, ayo bangun, buka matamu….

Penonton bersorak. Apalagi kemudian ternyata ayah Bawang Putih menikahi ibu Bawang Merah. Ayah Bawang putih ternyata senang mendapat pengganti istrinya, yang lebih montok. Ia menyanyikan Hard Days Night dengan lirik begini: Pucuk dicinta ulam tiba…. Kini aku senang mendapat calon lagi…. Everything is gonna be all right….

Meski gemas mendengar lagu Beatles dengan lirik diobrak-abrik, rasanya segar juga menonton pertunjukan ini. Sandiwara ini memakai sistem playback, karena para pemainnya tidak bisa menyanyi. Nyanyian mereka direkam lebih dulu. Soal lirik lagu Beatles yang ”dipermak” itu, baik Jose Rizal Manua maupun Remy menganggap bukan masalah.” Saya kira tak ada problem dengan hak cipta, karena kita masih mencantumkan referensinya Beatles,” kata Jose. Maka dramanya bertajuk Sandiwara Nyanyi Pelarasan Lagu-lagu Beatles. ”Toh, namanya tetap Michelle, kan,” kata Remy seraya tertawa.

Menurut Remy, sandiwara ini bersemangat parodi. ”Kita otak-atik, kita cocok-cocokkan lagu Beatles itu,” katanya. ”Beatles sendiri kan pernah menyisipkan lagu kebangsaan Prancis, La Marseillaise, ke lagunya,” ujar Remy. Maksud Remy, lagu All You Need Is Love.

Anak–anak pun ceria. Lihat betapa riangnya Bawang putih, yang diperankan Adinda Fudia Hanamici, putri Garin Nugroho. Lihat bagaimana dengan koreografi Okty Budiati anak-anak bergulung-gulung lambat di lantai, duduk berderetan mencangkung dengan rambut penuh bunga, lalu menari dengan iringan lagu Eleanor Rugby atau Here, There, Everywhere.

Terakhir, seorang pangeran keraton mencari kekasih hati, orang suci seperti Madonna, sang Bunda Maria. Ia menyanyikan Lady Madonna, yang liriknya diubah menjadi: Lady Madonna, di mana kamu? Lady Madonna, gadis suci yang aku cari dari Sabang sampai Merauke…. Ia membawa pot bunga. Barang siapa bisa mencabut bunganya, dialah istri sejatinya. Bawang Merah tak bisa. Bawang Putih bisa. Semua gembira.

Maka pencinta Beatles tak usah ngedumel. Tak usah membanding-bandingkan sandiwara ini dengan film Julie Taymor, Across the Universe (2007), yang para aktornya menyanyikan lagu-lagu The Beatles sepanjang film, dengan tetap menghormati, tak mengganti barang sesuku kata pun liriknya. Enjoy saja. Mari ikut menyanyi saat penutup. Anak-anak itu berjingkrak bersama-sama melantunkan Obladi-Oblada, yang menjadi lagu pengisah asal-usul ayah Bawang Merah: Obladi, oblada. Aku ini babenya si Bawang Merah… asal Betawi.

Seno Joko Suyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus