Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AJANG perkenalan itu digelar di Rumah Daksa, tempat yang biasa disewa selebritas, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sekitar 50 orang yang hadir Selasa malam pekan lalu itu asyik menyantap, antara lain, kare ayam dan salad, yang disajikan prasmanan. Sahibulhajat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, banyak berpromosi ihwal tokoh yang sedang digadang-gadang: Menteri Koordinator Perekonomian Boediono.
Boediono, menteri yang sangat santun itu, bukan orang baru, memang. Tapi ia perlu diperkenalkan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Politikus dari pelbagai fraksi hadir, umumnya anggota Komisi Keuangan. ”Suasananya rileks, santai, untuk memperkenalkan Pak Boediono,” kata Awal Kusumah, politikus Partai Golkar, ketua komisi itu.
Perkenalan ”orang lama” itu dilakukan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan Boediono sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia. Surat pencalonan Menteri Keuangan kabinet Megawati Soekarnoputri itu dibacakan dalam Sidang Paripurna Dewan, Selasa siang pekan lalu.
Segera setelah muncul nama itu, seorang anggota staf Departemen Keuangan menghubungi para anggota Dewan melalui pesan ke telepon seluler. Mengatasnamakan Mulia Nasution, sekretaris jenderal departemen itu, si pengirim pesan menyampaikan undangan. ”Dimohon kehadirannya pada acara dinner dengan Ibu Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian, malam jam 20, Jalan Daksa” tertulis dalam pesan yang masuk ke ponsel seorang anggota Fraksi PDI Perjuangan.
Menurut Sri Mulyani, ini hanya pertemuan silaturahmi dengan politikus Senayan. ”Komunikasi untuk memperkenalkan Pak Boediono sebagai calon gubernur. Hubungan beliau dengan teman-teman DPR, dulu sebagai Menteri Keuangan, juga cukup baik,” katanya kepada Rina Astuti dan Yugha Erlangga dari Tempo.
Tak semua yang diundang hadir, di antaranya Maruarar Sirait dan Ramson Siagian, politikus PDI Perjuangan. ”Saya menganggap tidak perlu pertemuan di luar gedung DPR,” kata Maruarar. Adapun Ramson berujar, ”Saya ingin steril, nanti kalau hadir takut disalahin.” Meski begitu, I Gusti Agung Rai Wirajaya dan Olly Dondokambey, dari partai yang sama, hadir.
Para tamu sesekali keluar dari ruangan untuk merokok. Misbah Hidayat dari Partai Kebangkitan Bangsa menyebutkan pertemuan ini hanya untuk sopan santun. Menteri Keuangan dalam pertemuan itu hanya menyampaikan bahwa Presiden sudah mengirim surat ke Dewan soal pencalonan Boediono. Para politikus lalu menyampaikan komentar soal sang calon.
Dewan Perwakilan Rakyat menolak Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo dan Wakil Direktur Utama Perusahaan Pengelola Aset Raden Pardede, dua calon yang sebelumnya diajukan Presiden. Sejak awal, bahkan sebelum uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Keuangan, sebagian politikus telah menolak dua nama itu.
Kala itu, mereka rajin menggelar pertemuan. Di antaranya ada Andi Rahmat dari Partai Keadilan Sejahtera, Maruarar Sirait dan Olly Dondokambey (PDI Perjuangan), Misbah Hidayat (Partai Kebangkitan Bangsa), Rizal Djalil (Partai Amanat Nasional), serta Endin Soefihara (Partai Persatuan Pembangunan). Mereka biasa meriung di Bakso Lapangan Tembak, Chatter Box Cafe di Senayan City, Courtyard di Plaza Senayan, atau Hotel Crowne Plaza di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Para politikus itu juga mencecar kedua calon dengan sederet pertanyaan keras saat uji kelayakan dan kepatutan. Hasilnya, 29 dari 50 anggota Komisi Keuangan yang hadir saat pemungutan suara menyatakan menolak Agus dan Raden Pardede.
Begitu kembali dari lawatan ke Afrika, Presiden Yudhoyono bergegas mencari calon pengganti. Ia mengumpulkan sejumlah ekonom, tokoh bisnis, dan pemimpin media massa untuk meminta masukan, Jumat dua pekan lalu. Pengajuan calon baru harus kilat karena Dewan akan memasuki masa reses hingga 4 Mei. Padahal masa jabatan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah berakhir dua pekan kemudian. ”Saya tidak mau gagal lagi untuk pencalonan Gubernur BI yang kedua,” kata Presiden saat bertemu dengan para tokoh itu.
Sebelum mengirimkan surat pencalonan ke Dewan, para menteri bertemu dengan para pemimpin fraksi. Menurut sumber Tempo, hajatan ini digelar di rumah seorang pejabat Departemen Keuangan di Jalan Sanjaya, Kebayoran Baru. Hadir saat itu Boediono, Sri Mulyani, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, serta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalata.
Sang sumber menganggap positif pertemuan di Sanjaya Buntu itu. Menurut dia, lobi seperti ini tidak dilakukan saat pencalonan Agus dan Raden Pardede. ”Jadi usaha ini ada bagusnya juga,” tuturnya. Menurut Lukman Hakim Saifuddin, politikus Partai Persatuan Pembangunan, pemerintah ingin mengetahui alasan sebenarnya penolakan atas Agus dan Raden Pardede. ”Lobi ini mencari titik temu karena pemerintah tidak ingin calon yang diajukan ditolak lagi,” ia menjelaskan.
Waktu pencalonan yang sangat berdekatan dengan awal reses juga disinggung. Karena itulah Dewan, kata Lukman, berkomitmen pencalonan Boediono akan diselesaikan dalam masa sidang saat ini. ”Kalau tidak, akan terbentur reses dan akan berakibat melewati batas waktu,” ujarnya.
Hasilnya cukup ampuh. Setidaknya hingga akhir pekan lalu, tidak ada pernyataan keberatan atas pencalonan Boediono. ”Kami mengetahui kapasitas Pak Boediono karena beliau pernah menjadi anggota kabinet Ibu Megawati, ketua umum kami,” kata Maruarar, yang sebelumnya aktif menggalang penolakan terhadap Agus dan Raden Pardede.
Zulkifli Hasan, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional, memastikan fraksinya akan mendukung Boediono. Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Demokrat juga tak ada masalah. ”Kami tak keberatan dengan Pak Boediono,” kata Priyo Budi Santoso, Ketua Fraksi Partai Golkar.
Satu-satunya yang akan jadi sorotan pada Boediono ialah soal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Untuk menopang bank-bank yang ambruk, termasuk swasta, pemerintah menggelontorkan ratusan triliun rupiah melalui program itu. Alih-alih untuk menyelamatkan bank, para pemilik bank malah ugal-ugalan menyelewengkan duit ini.
Saat Bantuan Likuiditas BI dialirkan, Boediono menjabat Direktur Bank Indonesia. Dradjad Wibowo, anggota Fraksi Partai Amanat Nasional, menganggap Boediono ikut bertanggung jawab atas tragedi ekonomi nasional itu. Kepada Tempo, Boediono mengatakan siap menjelaskan persoalan itu kepada Dewan.
Uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Keuangan digelar Senin ini. Hasilnya dibawa ke rapat Badan Musyawarah esok harinya dan segera diajukan ke Sidang Paripurna pada Kamis pekan ini. ”Saya yakin pada 9 Mei kita sudah memiliki Gubernur Bank Indonesia yang baru,” kata Zulkifli.
Jika mulus, Boediono akan segera berpindah kantor ke gedung Bank Indonesia. Di sinilah setiap Selasa dan Kamis, menurut seorang anggota stafnya, ia biasa melakukan fitness, olahraga menjaga kebugaran. Ia juga biasa lari-lari di pelataran Hotel Borobudur, yang bersebelahan dengan kantornya saat ini, di pagi hari. Setelah itu, ia menuju kantornya di Lapangan Banteng dengan tetap memakai celana pendek dan kaus olahraga. Itulah yang dia lakukan Rabu pagi pekan lalu, sehari setelah ”diperkenalkan” kepada anggota Dewan di Rumah Daksa.
Budi Setyarso, Vennie Melyani, Budi Riza
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo