Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VIDEO/AUDIO STREAMING
- Penyedia layanan: situs berita, radio/televisi Internet, YouTube.
- Tidak bisa diakses melalui RSS.
- Hanya bisa ditonton langsung sehingga amat boros bandwidth. Setiap klien akan memakan saluran minimal 28,8 kilobita per detik untuk video berkualitas rendah.
- Biasanya hanya menyediakan layanan video beresolusi rendah untuk menyiasati keterbatasan bandwidth.
- Bergantung pada jadwal acara.
PODCAST
- Penyedia layanan: situs berita, revision3.com, blog video.
- Koleksi terbaru bisa dipantau melalui layanan umpan really simple syndication (RSS).
- Bisa diunduh ke komputer pengguna sehingga tidak memerlukan koneksi Internet yang cepat dan stabil.
- Menyediakan beragam pilihan resolusi video, dari rendah hingga tinggi.
- Tidak perlu khawatir ketinggalan jadwal acara seperti pada siaran televisi/radio Internet.
KURANG apa hubungan batin Wahyu Ichwandardi dengan televisi. Ia bekerja di Alwatan TV, stasiun televisi Kuwait. Kedua anaknya punya sederet acara favorit di kanal Nickelodeon Jr. Istrinya penggemar berat tayangan video memasak. Tapi, di rumah mereka di Kuwait, ternyata tak ada pesawat televisi.
Keluarga ini memang menonton siaran televisi dengan cara lain: via podcast. Ini semacam layanan broadcasting lewat Internet yang bisa dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Jadi Wahyu menyirap siaran televisi itu dari laptop MacBook. Untuk mengetahui informasi terbaru tentang Timur Tengah, misalnya, ia tinggal mengklik kompilasi berita dari Mosaic LinkTV. Gratis. ”Kami tak perlu langganan satelit TV berbayar untuk mengetahui informasi dunia terkini secara audio visual,” kata bekas karyawan RCTI ini kepada Tempo.
Sebagian siaran televisi konvensional, termasuk berita, memang sudah bisa dinikmati di podcast. Fitur ini sekarang sudah jadi menu wajib bagi portal berita kelas dunia, seperti BBC, CNN, ABC, atau National Geographic. ”Kehadiran layanan Internet ini akan semakin menggeser peran televisi konvensional,” ujar Bill Rose, direktur perusahaan riset Internet yang bermarkas di Amerika Serikat, Arbitron, dalam New Media Expo di Los Angeles, dua pekan lalu. Ini pula alasan podcast dipilih sebagai bahasan utama pada perhelatan tahunan teknologi media itu.
Podcast berasal dari kata ”iPod” dan ”broadcast”. Semula layanan ini disediakan untuk memasok lagu-lagu yang akan disetel memakai iPod, pemutar lagu buatan Apple Inc. Belakangan, layanan ini bisa dinikmati dengan alat lain, seperti komputer atau telepon seluler. Koleksinya juga sudah tak melulu audio, tapi juga video.
Sila kunjungi situs khusus penyedia podcast, seperti revision3.com. Koleksi video di situs ini mencapai 25 juta berkas dan sudah dikategorikan berdasarkan tema. Ada kumpulan video teknologi informasi, film, budaya pop, anak-anak, hingga hal-hal sepele—tapi amat penting bagi kalangan tertentu—seperti berbagai info mengenai wine.
Salah satu keunggulan podcast adalah dalam penyediaan informasi yang sepele bagi orang-orang tertentu, tapi perlu bagi yang lain. Ini tentu saja tak bisa disediakan siaran televisi konvensional, yang program-programnya harus taat pada rating. Sudah begitu, pemakai podcast bisa mendengarkan atau melihat tayangan kapan saja—tanpa terikat jadwal siaran seperti pada radio atau televisi.
Itu semua membuat layanan ini populer dengan cepat di Amerika. Menurut Bill Rose, saat ini hampir 44 persen warga Amerika—sekitar 108 juta orang—sudah pernah menonton siaran audio dan video layanan ini. Dalam sebulan, seorang pemirsa podcast bisa menghabiskan US$ 720 (sekitar Rp 6,5 juta). ”Setiap minggu ada 30 juta audiens podcast di Internet,” ujar Bill.
Tak mengherankan pendiri PodcastBrother.Com, Tim Bourquin, yakin layanan ini akan menjadi bisnis baru di Internet. ”Kalau sudah banyak yang melihat podcast, layanan ini bisa dijual kelak,” ujarnya.
Sebenarnya podcast bukan satu-satunya cara menikmati siaran audio dan video di Internet. Ada teknologi video streaming yang telah lebih dulu populer. Layanannya bisa dinikmati via—sekadar contoh—YouTube. Tapi podcast punya banyak keunggulan yang bakal menggilas video streaming.
Sistem podcast sudah terbundel dengan layanan umpan really simple syndication (RSS). Ini layanan otomatis khas podcast yang berguna untuk mengabarkan kehadiran audio dan video terbaru yang bisa dinikmati pelanggan.
Beberapa penyedia video streaming kini sudah mengadopsi RSS, tapi podcast masih punya keunggulan lain. Koleksi audio dan video podcast bisa diunduh dulu ke komputer pemirsa. Artinya, Anda bisa memanen dokumen podcast di sela-sela waktu bermain dengan anak-anak lalu menontonnya setelah ada waktu.
Artinya, podcast tak begitu terganggu oleh akses Internet yang lelet seperti di Indonesia. Paling banter, penggunanya harus bersabar hingga seluruh file selesai dipindahkan ke komputer. Nah, ini tak bisa diberikan video streaming, yang mutlak membutuhkan koneksi Internet tinggi.
Karena ramah untuk bandwidth Internet yang sempit, layanan podcast sudah mulai dipakai di Indonesia. Situs Institut Teknologi Bandung, misalnya, memakainya untuk menyiarkan video persiapan tim ITB dalam menangani masalah lumpur Lapindo. Ada penerbit Serambi yang menyediakan layanan podcast berita audio dan video—seperti juga radio Prambors atau Radio Australia.
Ingin memakai podcast untuk kepentingan personal? Silakan mencontoh Wahyu Ichwandardi yang memiliki podcast video bernama vlog. Kata dia, ”Saya tidak bisa menulis bagus, jadi saya mengungkapkannya lewat video.”
Yandi M.R.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo