Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan CEO Twitter, Jack Dorsey tengah melakukan uji coba aplikasi media sosial (medsos) baru buatannya, Bluesky. Platform tersebut digadang-gadang menjadi pesaing medsos milik Elon Musk. Khususnya bagi para pengguna yang merasa khawatir dengan perubahan pada aplikasi bermarkas di San Fransisco tersebut. Mulai dari fitur centang biru berbayar Twitter Blue sampai GodMode.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sama-sama mengusung warna biru sebagai ciri khasnya, Bluesky dinantikan banyak orang. Pasalnya, semenjak diumumkan ke publik pada Oktober 2022. Belum ada lagi kabar terbaru status media sosial tersebut. Bahkan menurut laporan The Verge, protokol jejaring sosial itu sudah menyusun proyek sejak 2019. Lantas, apa itu Bluesky dan apa saja keunggulannya?
Apa itu Bluesky?
Dilansir dari Techcrunch, Bluesky disokong oleh sistem bernama AT (awalnya dikenal ADX atau authenticated transfer protocol). Disebut mirip dengan ActivityPub pada Mastodon. Namun memperoleh sejumlah kritik dari beberapa pengembang. Mereka menemukan proyek tersebut mengarah ke Fediverse (federation dan universe) serta belum sesuai standar W3C.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fediverse sendiri mendapatkan perhatian besar setelah akuisisi Twitter oleh Elon Musk. Pengguna media sosial mulai meninggalkan jaringan microblogging untuk mencoba platform terbuka (open-source), seperti Mastodon. Begitu pula dengan Ivory dan Mammoth yang menjadi hasil karya mantan teknisi Twitter.
Pada mulanya, Bluesky didukung Twitter saat Jack Dorsey masih menjadi CEO. Bahkan sebelum dibeli CEO Tesla, Twitter juga memberi bantuan dana selama bertahun-tahun. Tak lama setelah melepaskan tugasnya, Dorset secara terbuka berbicara tentang Bluesky yang dianggap sebagai standar desentralisasi media sosial.
Melalui cuitannya di Twitter pada 14 Januari 2021, Jack Dorsey membagikan pemikirannya mengenai kebijakan pelarangan Donald Trump. Dengan hadirnya Bluesky, dia percaya bahwa medsos tersebut dapat mengurangi kemampuan kontrol terpusat seperti Twitter. Sehingga pengguna memiliki kekuatan lebih besar untuk memutuskan dan memoderasi konten apa saja yang pantas ditampilkan.
Namun, semenjak diketuai Elon Musk, belum ada kejelasan terkait proyek Bluesky apakah dapat berjalan. Pada 2022, Bluesky telah menerima suntikan dana hingga US$ 13 juta. Serta memperoleh kebebasan dan kemandirian memulai riset. Jack Dorsey juga ditunjuk menjadi dewan pengembangnya. Hanya satu hal yang diketahui harus diikuti medsos tersebut, yaitu menjadi aplikasi open source dan terdesentralisasi.
Fitur Bluesky, Serupa Twitter?
Bluesky memulai debutnya melalui tahap percobaan pada 17 Februari 2023 dan diikuti oleh 2.000 orang. Karena masih muncul dalam versi beta, aplikasi itu belum bisa diunduh langsung dari Google Play Store maupun App Store. Pengguna harus mendaftarkan diri dalam daftar tunggu menggunakan email di situs bsky.app.
Usai memperoleh undangan dari pihak Bluesky, pengguna diminta untuk melengkapi data diri termasuk pembuatan username. Dan hanya bisa dipakai oleh seseorang yang berusia 13 tahun ke atas. Antarmuka aplikasi Bluesky juga relatif sederhana dan tidak memerlukan izin aksesibilitas seperti Mastodon. Membuat postingan bisa berisi teks dengan batas 256 karakter.
Sesama pengguna Bluesky nantinya dapat mencari dan mengikuti seperti halnya di Twitter. Melihat pembaruan status di linimasa beranda, mengganti gambar profil, latar belakang (background), bio, dan metrik yang menunjukkan jumlah pengikut (followers). Umpan profil juga dibagi menjadi dua, terdiri atas ‘Posting’ serta ‘Posting & Reply’.
Pengguna juga dapat berbagi, memblokir, atau membisukan lanjut. Tombol pencarian berada di bagian tengah bawah navigasi aplikasi yang bakal menampilkan rekomendasi akun untuk diikuti. Tab berikon lonceng berisi informasi pemberitahuan, termasuk suka, mengunggah ulang, mengikuti, dan membalas. Sayangnya tidak ada fitur DM (direct message) di Bluesky.
Saat dicoba oleh tim Techcrunch, Bluesky mengalami bug dan mengarahkan layar ke halaman yang salah. Namun masih dapat dimaafkan lantaran masih dalam tahap pengujian. Ironisnya, antarmuka platform tersebut terlihat sangat mirip dari Twitter atau hampir tidak ada bedanya. Apalagi mengingat masih banyak proyek kloning serupa yang belum dirilis, misalnya Spill, T2, dan Post.
Pilihan editor: Cara Beli Akun Centang Biru Twitter serta Syarat dan Harganya
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA