Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OKE Google... Apa itu garam masala?" Terdengar suara Putri Silalahi bertanya kepada telepon seluler cerdasnya. Tak berselang lama, suara perempuan menyahut dari pengeras suara ponsel Nexus 6 Motorola milik Putri. "Garam masala adalah bubuk rempah-rempah hasil racikan untuk masakan India," kata suara perempuan di ponsel itu.
Bukan hanya itu, di layar ponsel juga muncul semua teks, tautan, dan gambar yang menunjukkan garam masala. Ini sangat memudahkan pengguna dalam mencari informasi apa saja tanpa harus mengetik kata kunci apa pun atau menyentuh layar ponsel. "Ini bagian yang saya sukai," ujar Putri, juru bicara Google Indonesia, di kantornya di kawasan Senayan, Jakarta, Senin pekan lalu. Putri pun menunjukkan fitur-fitur terbaru dari aplikasi Google Search, mesin pencari web milik Google Inc.
Fitur-fitur baru dari Google Search ini memungkinkan para pemilik ponsel dengan sistem operasi Android Jelly Bean dan yang lebih baru berbicara dengan ponsel mereka. Tak perlu menggunakan bahasa Inggris, pengguna tinggal menyebutkan kata pembuka "Oke Google". Ponsel pun akan mendengarkan suara yang diucapkan pengguna, menuliskannya di layar, dan kemudian menjawab sesuai dengan pertanyaan atau permintaan tersebut. Semuanya dalam bahasa Indonesia.
Sebelum menggunakan fitur itu, pemilik ponsel hanya perlu mengunduh aplikasi Google App dari Google Play. Pengguna juga harus mengaktifkan fitur bahasa Indonesia dan lokasi pada setelan ponsel cerdasnya. Fitur ini sangat berguna bagi pengguna yang mengalami kendala dalam mengetik kata kunci saat melakukan pencarian di Google Search, juga bagi pengguna yang bingung dengan kata kunci pencarian. Putri mencontohkan, Google Search sangat ramah kepada ibu-ibu yang ingin mencoba resep masakan tapi tidak mengenal bahan yang digunakan.
Atau jika pengguna kesulitan dengan resep masakan yang berbahasa Inggris. Misalnya ginger. Pengguna tinggal mengucapkan: "Oke Google... ginger bahasa Indonesia." Suara perempuan dari ponsel akan menjawab jahe. Menurut Putri, sebelum ada fitur ini, pengguna harus mengatakan "translate ginger" untuk menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.
Sandy Tantra, Consumer Marketing Manager Google Indonesia, mengatakan fitur-fitur dari Google Search telah berevolusi sesuai dengan perilaku pengguna di Indonesia ataupun perkembangan perangkat bergerak itu sendiri. Perubahan Google Search berawal dari komputer desktop yang melebar ke perangkat bergerak yang mempunyai layar kecil.
"Sejak pertama kali diluncurkan pada 1997-1998, Google Search telah mengalami banyak pengembangan agar semakin berguna dan relevan," ucapnya.
Pada November tahun lalu, Google meluncurkan fitur voice search untuk perangkat bergerak seperti ponsel. "Untuk mengetik di ponsel susah, mengapa tidak dengan suara?" ujar Sandy menjelaskan latar belakangnya. Saat itu pengguna telah dapat bertanya dengan bahasa Indonesia, tapi sebelumnya mereka harus menekan gambar mikrofon di aplikasi Google Search.
Pada saat itu, Google Search merespons dengan mendeteksi pertanyaan dan keluar tulisan dalam bahasa Indonesia. Jawaban yang tersedia berupa tautan web dan video. "Belum bisa ngomong," kata Sandy.
Kemudian aplikasi ini dilengkapi fitur jawaban berupa suara dan bentuk jawaban berbeda, disebut OneBox atau knowledge panel. Misalnya Anda menanyakan posisi restoran bakmi terdekat. Selain menjawab dengan suara, Google akan menampilkan posisi restoran dilengkapi peta dan keterangan penting lain yang mendukung.
Tak berhenti di situ, pada Mei lalu Google pun meluncurkan fitur baru untuk mengaktifkan voice search dengan lebih mudah. Tak perlu lagi menekan ikon mikrofon, pengguna tinggal mengatakan "Oke Google" dan menyampaikan pertanyaan atau permintaan. "Ini bermanfaat karena pengguna tak perlu memencet tombol mikrofon, cukup bilang 'Oke Google'," ujar Sandy.
Baru-baru ini, pada Ramadan lalu, Google juga merilis fitur baru Kartu Now—dikenal sebagai Google Now—yang dapat mengantisipasi informasi yang dibutuhkan pengguna. Menggunakan riwayat pencarian yang dilakukan pengguna dan informasi yang paling sering dicari, Google Search menyediakan kartu-kartu informasi berupa rencana, makanan, dan hiburan yang dibutuhkan pengguna pada bulan Ramadan sebelum ditanya.
"Semua perubahan itu tujuannya satu: bagaimana kehidupan orang itu lebih gampang dan dimudahkan sehingga dia bisa berfokus pada hal-hal yang lebih penting," ucap Sandy.
Evolusi Google Search, kata Sandy, berjalan bersama perubahan tren pengguna. Menurut dia, orang Indonesia saat ini tak cuma mencari sesuatu berkaitan dengan soal akademis yang susah atau yang dia tidak tahu di Google. "Tapi pertanyaannya adalah soal keseharian, seperti jadwal bioskop dan model potongan rambut." Nah, semua fitur yang dikembangkan Google, menurut Sandy, dibuat untuk melayani pertanyaan sehari-hari tersebut. "Kami ingin Google Search dipandang sebagai teman yang siap membantu setiap saat," ujarnya.
Untuk mendukung fitur bahasa Indonesia ini, Google menggunakan tim linguistik. "Kami mendorong penggunaan bahasa Indonesia bukan hanya yang EYD (Ejaan yang Disempurnakan), melainkan juga yang sehari-hari. Google berkomitmen agar orang dari etnis mana pun bisa berbicara dan dimengerti," Sandy menambahkan. Namun, soal siapa tim linguistik ini, Google enggan terbuka.
DILUNCURKAN pada 4 Oktober 2011, aplikasi asisten suara Siri milik Apple tampaknya tidak segencar Google dalam melakukan ekspansi ke luar Amerika Serikat, apalagi ke Indonesia. Menurut Deska Affif, moderator senior pada id-iPhone Community, Siri masih belum digunakan sehari-hari di Indonesia mengingat library-nya untuk Indonesia belum banyak, seperti data gedung dan restoran.
Kendala Siri yang lain adalah penggunaannya harus dalam bahasa Inggris. "Jadi hanya user yang biasa berbicara bahasa Inggris yang menggunakan. Tapi, kalau sekadar coba-coba, banyak yang penasaran terhadap fitur tersebut," ujar pemilik iPhone 6 Plus ini.
Apple Inc baru-baru ini meluncurkan fitur Dictation. Saat sistem operasi iOS 8 dan OS X Yosemite 10.10.2 diluncurkan pada Juni lalu, ada 24 bahasa dikte yang baru ditambahkan, termasuk bahasa Indonesia. Fitur ini memungkinkan pengguna memasukkan teks hanya menggunakan suara, tidak perlu papan kunci atau layar sentuh. Menurut Deska, fitur itu juga masih jarang dipakai di kalangan komunitas id-iPhone.
Menurut Deska, baik Google Now maupun Siri memiliki keunggulan masing-masing. "Siri sangat bagus untuk menjawab pertanyaan, menyetel pengingat (reminder), menelepon dengan hands free, dan permintaan informasi hasil pertandingan olahraga. Jadi seperti asisten pribadi yang aktif," ujarnya. "Google Now menjadi cerdas jika kita banyak menggunakan aplikasi dan layanan Google," katanya.
Serupa dengan Siri, aplikasi asisten digital milik Microsoft, Cortana, belum akan menyasar pengguna bahasa Indonesia. "Saat ini Cortana bahasa Indonesia belum ada, tapi pengguna Windows Phone bisa tetap memakai fungsi Cortana kalau mengganti region," ujar Sharon Issabella, juru bicara PT Microsoft Indonesia.
Marcus Ash, Group Program Manager for Cortana, mengatakan Cortana baru akan memulai debut pada Windows 10 di tujuh negara: Amerika Serikat, Inggris, Cina, Prancis, Italia, Jerman, dan Spanyol. Sistem operasi milik Microsoft itu sendiri diluncurkan pada 29 Juli lalu.
Ash cukup terbuka soal proses pengerjaan di balik Cortana. Dalam blog Windows, Ash mengatakan, untuk merancang sebuah asisten pribadi cerdas buat pasar baru, timnya meninggalkan pendekatan "satu ukuran cocok untuk semua" dan harus merangkul kustomisasi lokal secara bijaksana yang memperhitungkan apa yang penting di setiap negara dan budaya individu.
Timnya mendekati setiap pasar dengan kelompok fokus yang luas untuk menjawab, "Apa yang penting dalam asisten pribadi di pasar ini?" Berdasarkan hasil penelitian itu, kemudian dibentuk tim lokal terdiri atas penulis kreatif, editor, programmer, dan pengisi suara. Mereka secara berhati-hati mempertimbangkan pengisi suara untuk setiap pasar. Misalnya, di pasar Cina, umpan balik yang diminta adalah asisten pribadi yang terdengar berbicara seperti tersenyum. Di Inggris, pelanggan menghendaki asisten pribadi sebagai "English Rose", yang diterjemahkan ke suara yang terdengar santai dan dengan kesopanan yang sedikit mencela diri sendiri.
Ash mengatakan Cortana disesuaikan untuk mencerminkan pola bahasa, idiom, dan cara bicara tiap negara. "Kami meracik kepribadian lokal Cortana berdasarkan wawasan budaya masing-masing, sementara di saat yang sama tetap setia pada prinsip-prinsip dasar yang universal untuk semua pasar: Cortana yang positif, percaya diri, cerdas, dan transparan," ucapnya.
Proses yang sama bisa jadi dilakukan oleh Google dan Apple. Dengan fasilitas bantuan bahasa Indonesia yang disediakan oleh Google, tampaknya pengguna dari Indonesia akan lebih awal terbiasa dengan aplikasi milik Google ini. Jadi Anda pun dapat mencoba bertanya: "Oke Google.... Mana yang terbaik: Google Now, Siri, atau Cortana?"
Erwin Zachri
Dunia Baru Alexa
DUA bulan lalu, saat berusia enam bulan, Alexa tidaklah sehebat kini. Ia tidak mengenali banyak perintah atau melakukan banyak hal. Tapi perusahaan online Amazon menjanjikan bahwa sistem kontrol suara personal yang mendukung Echo, gabungan perangkat rumah tangga dan loudspeaker Bluetooth seharga US$ 180, itu akan berkembang dengan cepat. Dan sebuah langkah mengejutkan terjadi ketika Amazon mengumumkan Alexa keluar dari Echo serta membuatnya tersedia bagi pengembang luar.
Alexa adalah otak berbasis suara dan cloud yang bertindak layaknya asisten suara semacam Siri buatan Apple Inc, Google Now milik Google Inc, atau Cortana dari Microsoft. Seperti Siri, jika Alexa ditanya, ia akan menjawab. Jika diperintah, ia akan bertindak.
Amazon telah meluncurkan sebuah kit pengembangan software (SDK) Alexa, beberapa antarmuka pemrograman aplikasi (API), yang memungkinkan pengembang pihak ketiga membangun dukungan untuk sistem tersebut ke dalam aplikasi mereka. Dan juga Alexa Voice Service untuk mengintegrasikan Alexa ke dalam perangkat keras yang terhubung. Amazon juga menyisihkan US$ 100 juta (sekitar Rp 1,3 triliun) untuk proyek teknologi kontrol suara. Amazon berharap dapat menarik minat pengembang menggunakan Alexa.
"Kami membuat Alexa Skills Kit tersedia untuk setiap pengembang, pembuat, atau mereka yang ingin membuat penemuan bagi pelanggan dengan menciptakan keterampilan dan kemampuan baru," ujar Greg Hart, wakil presiden untuk layanan Echo dan Alexa di Amazon, saat peluncuran.
Amazon mengungkapkan telah menginvestasikan dana ke tujuh perusahaan. Di antara perusahaan itu ada pembuat aplikasi memasak, perangkat kebugaran, mainan terkoneksi, sistem monitoring rumah, pengendali pintu garasi, dan asisten mobil yang dikontrol suara, yang semuanya didukung Alexa.
Pendekatan Amazon sangat berbeda dengan yang dilakukan sebagian besar perusahaan teknologi Amerika Serikat. Apple, misalnya, memungkinkan pengguna mengontrol perangkat yang terhubung dengan HomeKit menggunakan Siri, tapi hanya melalui penggunaan yang disetujui dan via iPhone atau iPad.
Google Now sedikit lebih terbuka, tersedia pada perangkat yang lebih banyak, tapi tak dapat digunakan pengembang secara langsung. Sedangkan Microsoft Cortana, meski akan tersedia pada perangkat iPhone dan Android serta telepon seluler dan komputer Windows, masih sangat baru.
Data baru dari Tractica Juli 2015 memperkirakan, pada akhir dekade ini, ada lebih dari 3,3 miliar perangkat konsumen di dunia yang mampu beroperasi sebagai asisten digital virtual (VDA) serta mampu merespons pola bahasa dan gerak tubuh. Saat ini ada 821 juta perangkat, sebagian besar ponsel dan tablet, yang menampilkan jenis teknologi ini—memungkinkan untuk mendikte teks, pencarian web melalui perintah suara, serta menampilkan aplikasi atau informasi berdasarkan lokasi dan preferensi pengguna.
"Asisten digital virtual mewakili perpaduan dari pengenalan suara, pengolahan bahasa alami (NLP), dan kecerdasan buatan (AI) serta berpotensi memiliki dampak transformatif pada antarmuka pengguna konsumen dan perusahaan," kata kepala analis Tractica, Peter Cooney.
Aurelie Guerrieri dari MobPartner, San Francisco, mengatakan fenomena teknologi bebas ketik sekarang menjadi perilaku standar. "Aplikasi kontrol suara dapat menjadi asisten pribadi, tapi tidak relevan untuk mencapai semua hal yang dibutuhkan orang," ucapnya.
Erwin Zachri (The Guardian, PCMAG, Appadvice.com, Yahoo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo