Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalau berbicara tentang gigi, Budi melengos malu. Pria yang sehari-hari berdagang minuman di Jakarta Pusat ini enggan membahas perihal giginya yang tak lagi utuh. Separuh gigi Budi memang sudah ompong. Jika tertawa, deretan gigi depannya terlihat seperti memiliki terowongan. Di lubang itu, masih tampak tersisa tiga bekas gigi seri atas dan dua gigi seri bawah yang menonjol hitam di dekat gusi.
Gigi lain yang tampak lebih utuh pun mulai keroak. Sudah ada tanda seperti noda hitam di badan gigi. Budi tak mau menghitung berapa banyak giginya yang sudah rontok. "Sekarang mungkin tinggal sepuluh," ujar pria 59 tahun ini sambil sesekali mengisap rokok.
Budi tak sadar, rajangan tembakau digulung kertas putih yang diisapnya itu merupakan salah satu biang keladi yang memperparah lubang di gigi. Rokok yang mulai dinikmatinya lebih dari 40 tahun lalu itu telah memusnahkan sebagian besar alat penggigit di mulutnya tersebut.
Gigi berlubang atau karies adalah salah satu penyakit mulut yang paling sering dikeluhkan orang. Di Indonesia, karies menjadi masalah terbesar di antara penyakit gigi dan mulut lain—prevalensinya 85-99 persen.
Tanda awal karies adalah munculnya plak atau lapisan tipis berisi sekumpulan bakteri pada gigi.
Mula-mula kerusakan ini melarutkan email atau bagian terluar pada gigi yang keras. Jika tak ditangani, kerusakan akan terus melebar dan berkembang ke bagian dalam gigi. Di sana ia akan menciptakan lubang, sebelum membuatnya jadi tanggal.
Bahaya tidak sampai di situ. Gigi berlubang dapat menimbulkan penyakit kronis, seperti infeksi paru-paru, stroke, dan gangguan jantung. Prosesnya, kuman yang bersarang pada gigi ini masuk ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah. Sungguh tak keren, berawal dari sakit gigi, ujungnya bisa ke penyakit mematikan!
Kesimpulan tentang keparahan karies gigi akibat rokok ini dapat disimak dalam disertasi Wasis Sumartono di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dari hasil analisisnya, kebiasaan merokok akan memunculkan karies, yang menyebabkan gigi berlubang. Semakin gencar ngudud, karies akan kian parah.
Wasis meneliti 34.534 responden menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2007. Semua responden pria berusia 45-54 tahun dan dibagi ke dalam tiga kelompok: tak pernah merokok, perokok ringan, dan perokok berat berdasarkan indeks Brinkman (lihat boks). Hasilnya, pada perokok ringan, kasus karies gigi parah terjadi pada 32,5 persen responden. Sedangkan pada perokok berat, angkanya lebih besar, yakni 38,7 persen. Tingkat keparahan ini dihitung berdasarkan jumlah gigi yang berlubang. Dikatakan berat jika jumlah gigi bolongnya lebih dari delapan buah.
Menurut Wasis, ada beberapa penyebab karies. Pensiunan pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan ini mengatakan mengisap rokok membuat mulut kering dan mengurangi produksi saliva. Padahal air liur inilah yang berfungsi menetralkan rasa. Akibatnya, zat asam atau manis yang masuk ke mulut bakal tinggal lebih lama dan tak tertelan. Dengan sendirinya kuman lebih mudah beranak-pinak. "Sehingga timbullah karies," katanya.
Untuk menghilangkan rasa kering, para perokok biasanya mencari makanan atau minuman ringan yang berasa manis. Biasanya merokok menjadi lebih nikmat jika sambil menyesap kopi atau teh. Tapi minuman berkadar gula ini justru membuat bakteri kian meraja di dalam mulut. Ditambah terganggunya indra pengecap akibat rokok, lidah tak merasakan rasa manis dengan baik. Walhasil, jumlah gula pun semakin ditambah.
Rasa manis yang tertinggal dalam mulut itu lagi-lagi mengundang bakteri. Parahnya lagi, zat manis dalam rokok juga menambah jumlah bakteri yang masuk. Produsen rokok biasanya menambahkan 4-13 persen gula atau pemanis dari berat rokok saat proses pengolahan tembakau. Ditambah asap rokok yang ternyata bisa membuat bakteri semakin lekat di mulut. Jadilah semakin banyak bakteri berhimpun sehingga risiko karies kian tinggi.
Tentu bukan cuma rokok yang menyebabkan gigi rontok. Dalam penelitiannya, Wasis mengatakan, ada beberapa faktor lain, misalnya kadar keasaman dan timah dalam air minum, usia, dan intensitas menggosok gigi. Tapi keparahan karies meningkat jika ditambah dengan "kerajinan" dalam merokok.
Kolega Wasis, Farida Soetiarto, mengatakan karies gigi bisa menyerang semua perokok. Entah yang diisap rokok putih entah kretek. Ia pernah meneliti dan menemukan rokok kretek pun membuat gigi cepat rontok.
Penyebabnya, kata Farida, rokok kretek mengandung eugenol, yang berasal dari cengkeh. Kandungan inilah yang gencar merusak gigi. Pada perokok kretek, kerusakan yang terjadi memiliki pola yang khas, yakni menggerogoti bagian gigi yang gampang dibersihkan, dari email pada bagian leher gigi yang berdekatan dengan gusi, kemudian merambat ke bagian email lain.
Kerusakan ini berbeda dengan lubang akibat sisa makanan yang tertinggal di mulut. Biasanya karies yang disebabkan oleh makanan muncul di antara gigi atau cekungan gigi tempat sisa makanan sulit dibersihkan. "Tapi pada perokok kretek justru yang rusak pada email atau bagian yang keras dulu," katanya.
Menurut Farida, pada perokok kretek, karies yang muncul juga tak menyebabkan nyeri. Ini terjadi lantaran kandungan euganol pada cengkeh berfungsi sebagai anestesi (penghilang rasa nyeri) alami. Walhasil, jika tak mengamati giginya, perokok bisa tak sadar giginya rontok perlahan.
Kesimpulan ini didapat Farida setelah meneliti 1.160 responden. Hasilnya menunjukkan rokok kretek menyebabkan karies dengan prevalensi 57,7 persen. Tingkat kerusakan ini dipengaruhi oleh lamanya merokok dan jumlah batang yang diisap per hari.
Semakin lama merokok, risiko kariesnya semakin besar. Risiko perokok yang sudah menikmati nikotin pada usia 11-15 tahun adalah 3 kali lebih besar dibanding mereka yang merokok selama 6-10 tahun. Sedangkan pada perokok yang sudah menikmati kretek lebih dari 15 tahun, risikonya 8 kali lebih banyak. Adapun pada jumlah batang yang diisap, risiko perokok yang mengkonsumsi lebih dari 18 batang per hari meningkat 7 kali ketimbang yang merokok 1-6 batang per hari.
Semakin tua usia, risiko karies juga semakin meningkat. Risiko gigi berlubang pada kelompok usia 50 tahun dua kali lebih besar dibandingkan dengan usia kelompok di bawahnya. Kerusakan gigi ini semakin bertambah jika umur perokok 50 tahun, dengan lama merokok lebih dari 15 tahun, dan konsumsi lebih dari 18 batang per hari. Karies akan menyebabkan kerusakan berat pada gigi, mencapai 89 persen.
Namun, jangan khawatir, untuk menambal gigi karies akibat rokok kretek ini ada caranya, meski tetap memerlukan perlakuan khusus. Hanya, menurut Farida, siapkan dana yang cukup besar karena untuk mengetahui letak lubang di leher gigi mesti menggunakan laser. "Ini tak murah," katanya. Siap?
Nur Alfiyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo