Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Pesta Perdana Developer Aplikasi Media

Para developer berkompetisi menyusun aplikasi media massa dalam hackathon. Tim-tim juara diisi para programmer muda.

28 Mei 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pesta Perdana Developer Aplikasi Media

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih dari 60 programmer "terpaku" di kursi masing-masing, menyusun kode dan desain program aplikasi di laptop mereka. Sebagian lagi berkutat dengan telepon seluler pintarnya, mencoba mengoperasikan aplikasi yang mereka buat. Mereka hanya punya waktu kurang dari enam jam untuk menyelesaikan tugasnya dalam Hackathon for Media yang diselenggarakan Microsoft Indonesia dan Kelompok Tempo Media, Kamis lalu.

Ini adalah hackathon pertama di Indonesia untuk merumuskan prototipe media digital masa depan. Sebanyak 50 tim lolos seleksi untuk mengikuti kompetisi yang dihelat di Ballroom Ritz-Carlton Jakarta, sebagai bagian dari Microsoft Developer Festival. Tim-tim itu berlomba dalam delapan kategori, yaitu breaking news, social media, crowdsourcing, big data, business models, public goods, user experience, dan multimedia.

Hackathon-gabungan dari hack (istilah yang digunakan untuk meretas program) dan marathon (nomor lari jarak jauh)-adalah kompetisi bagi para programmer membuat perangkat lunak secara serentak di tempat dan waktu yang sama. Berbeda dengan pengembangan program atau aplikasi yang memakan waktu berbulan-bulan, dalam hackathon para programmer hanya punya waktu singkat-kurang dari 24 jam-untuk menyelesaikan purwarupa produknya.

Dalam Hackathon for Media, setiap tim sebenarnya mendapat waktu dua pekan untuk merumuskan proyeknya. Wahyu Dhyatmika, Liason Officer Hackathon, mengatakan durasi pengembangan aplikasi cukup panjang karena inilah pertama kalinya redaksi dan developer bertemu untuk memecahkan isu tentang media massa. "Ini dua dunia yang belum pernah berinteraksi langsung sebelumnya," kata Wahyu, kemarin.

Wahyu mengatakan media massa membutuhkan suntikan pemikiran para developer untuk memperbaiki aspek kerja dan hubungan mereka dengan pembaca. "Redaksi Tempo memformulasikan masalah-masalah yang dihadapi media massa untuk dipecahkan dengan bantuan aplikasi digital," katanya.

Menurut Wahyu, para developer bisa membantu mengubah media massa di masa depan. Para perwakilan redaksi Tempo, kata Wahyu, diajak berdiskusi agar memahami perkembangan dunia digital dan cara kerja developer mengembangkan aplikasi yang sesuai untuk media massa. "Redaksi Tempo belum pernah bekerja sama dengan para developer seperti ini. Kami berharap hasilnya lebih baik," ujar Wahyu, yang juga jurnalis Tempo.

Peran besar para developer dalam perkembangan teknologi untuk membantu semua orang dan organisasi menjadi lebih baik juga disinggung Satya Nadella, Chief Executive Officer Microsoft. Berpidato di hadapan ratusan orang yang menghadiri acara Developer Festival, Nadella mengatakan tak sabar ingin melihat bagaimana inovasi digital membuat perubahan besar di Indonesia. "Platform kami membantu developer membangun aplikasi selanjutnya yang lebih baik," kata dia.

Nadella mengatakan perkembangan teknologi saat ini mengarah pada konsep "mobile first, cloud first". Isu mobile technology, kata Nadella, bukan ditekankan pada alat komunikasi, melainkan pada pengalaman bergerak manusia. "Teknologi cloud adalah elemen sentral yang memungkinkan pengalaman Anda bergerak bersama Anda," katanya.

Delapan dari 16 tim yang berisi anak-anak muda, yang terpilih melakukan presentasi langsung di hadapan dewan juri, akhirnya keluar sebagai juara Hackathon. "Kami tak menyangka bisa menang karena presentasinya sempat kacau," kata Feizal Badri Asmoro, ketua tim J.A.R.V.I.S, yang menjuarai kategori breaking news.

Feizal mengatakan timnya sempat pesimistis berhasil di hackathon setelah melihat kehadiran para programmer lain. Menurut Feizal, timnya beranggotakan anak-anak muda yang baru setahun terakhir bekerja di bidang teknologi informasi. "Rasanya menegangkan. Kami lihat banyak yang sudah senior dan pro di dunia IT (information technology)," katanya.

Tim AYE-IT, yang beranggotakan tiga mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, menjadi kampiun di kategori big data. Mereka membuat aplikasi berupa timeline berdasarkan arsip berita lama. Juara di kategori multimedia diraih oleh tim Calon Gubernur yang membuat aplikasi pencarian berita dengan teknologi augmented reality.

Tim Lazato menjuarai kategori user experience, sedangkan kategori business model dimenangkan tim Havefn. Sementara itu, kategori public goods dimenangkan tim PIE, yang menawarkan aplikasi analisis untuk mendeteksi penyebaran kebencian di Internet.

Juara kategori social media, tim Lavorus, membuat aplikasi chatbot yang bisa mencari berita akurat dan membongkar hoax alias berita bohong di media sosial. Adapun Fariz Tadjoedin meraih kemenangan di kategori crowdsourcing. Dia adalah satu-satunya pemenang yang bekerja tanpa tim. "Yang penting itu ide dan prototipe yang bagus serta mudah diterapkan," kata Fariz. "Asal itu bisa diselesaikan sendiri, ya saya berani bersaing." GABRIEL T. YOGA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus