Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=2 color=#ff9900>CEO GE Transportation Lorenzo Simonelli:</font><br />Birokrasi yang Ringkas Memacu Investasi

30 Januari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesanan lokomotif perdana Djawatan Kereta Api dari General Electric (GE) tiba di Jakarta pada 1953—jauh sebelum kelahiran Lorenzo Simonelli, kini 38 tahun. Toh, CEO dan Presiden GE Transportation ini fasih menguraikan hubungan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan GE sejak awal mula. Hubungan tersebut kian diperteguh oleh kehadiran 20 loko GE terbaru yang menghela gerbong-gerbong KAI sejak 2011. ”Fondasi kerja sama ini terus kami rawat melalui servis ataupun penyediaan struktur penunjang,” ujar Simonelli kepada Tempo.

Hingga 2010, perusahaan multinasional Amerika Serikat ini telah membukukan nilai penjualan US$ 1,2 miliar (setara dengan sekitar Rp 12 triliun) di Indonesia. Dan PT Kereta Api masuk jajaran klien terbesar GE Indonesia. ”Kami akan melakukan apa pun (untuk meneruskan komitmen kerja sama),” ujar Simonelli sembari tertawa. Dia menekankan betapa kereta api adalah jawaban paling tepat bagi problem kemacetan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kelahiran Florence, Italia, Simonelli adalah CEO yang termuda dalam sejarah GE. Usianya baru 34 tahun tatkala dia mulai memimpin Divisi GE Transportation pada Juli 2008. Simonelli berhasil mendongkrak nilai divisinya hingga US$ 5 miliar—sebelumnya kurang dari US$ 4 miliar. Dia praktis menghabiskan lebih dari separuh waktunya untuk perjalanan bisnis, 30 persen di antaranya menggunakan kereta api.

Pekan lalu dia berkunjung singkat ke Jakarta. Di tengah jadwal yang amat padat, Lorenzo Simonelli menerima wartawan Tempo Sadika Hamid, R.R. Ariyani, dan Hermien Y. Kleden untuk sebuah wawancara khusus. Perbincangan—disusul pemotretan oleh fotografer Jacky Rahmansyah—berlangsung di ruangan Palm Court, Hotel Four Seasons, Jakarta Pusat.

Seberapa besar peluang kerja sama GE dan PT KAI setelah pembelian 20 lokomotif baru pada 2011?

Kami tidak bisa bicara angka yang persis. Tapi kami ingin menjadi bagian dari pembaruan dan modernisasi kereta-kereta PT KAI. Selain (penjualan) lokomotif dan komponen, kami akan melakukan transfer teknologi dari Amerika Serikat ke Indonesia. Ada potensi bisnis lain—di samping lokomotif—seperti baterai, stationary power business, dan bisnis persinyalan.

Bisa Anda jelaskan lebih spesifik target investasi GE Transportation di Indonesia lima tahun ke depan?

Komitmen kami adalah investasi optimal dalam menyokong PT KAI dan mengembangkan kemitraan. Jadi, apa pun yang dibutuhkan, kami akan lakukan.

Kini GE memiliki 16 ribu lokomotif di seluruh dunia....

Kami juga punya 9.000 tempat perbaikan. Selain itu, ada produk persinyalan untuk keselamatan dan optimalisasi—agar di persimpangan kereta bisa berjalan lebih cepat. Di Indonesia kami punya 200 lokomotif.

Apa solusi GE untuk mengatasi masalah transportasi darat di Indonesia?

Di Jakarta, lalu lintas jalan dari bandara menuju hotel pasti ada kemacetan. Itu bisa diatasi dengan light rail dan kereta bawah tanah. Di luar Jakarta, ada potensi menggunakan bus listrik dan kereta listrik. Saya kok yakin, kepadatan jalan raya itu bisa dipecahkan dengan menghilangkan kendaraan dan truk-truk dari jalan. Jawaban paling tepat adalah sarana perkeretaapian.

Dengan kenaikan harga minyak mentah, mana yang lebih efisien: lokomotif berbahan bakar minyak atau listrik?

Untuk menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia, amat sulit menggunakan kereta listrik. Tapi, dengan diesel, kereta bisa menjangkaunya dalam segala kondisi cuaca.

Daerah Indonesia mana saja yang menjadi target utama GE Transportation?

Jawa tetap membutuhkan infrastruktur dan moda transportasi lebih banyak. Sumatera dan Kalimantan juga menarik karena ada aktivitas pertambangan mineral di sana. Salah satu cara mendorong perusahaan pertambangan adalah dengan menyediakan solusi angkutan.

Andai diminta memberi masukan kepada pemerintah Indonesia agar bisnis perkeretaapian lebih melaju. Apa yang Anda sarankan?

Besarnya pertumbuhan investasi asing di Indonesia harus dijaga agar kerja sama dengan perusahaan-perusahaan global terus meningkat. Lalu ringkaskan birokrasi agar lebih fleksibel—ini sungguh akan memacu dan memperbaiki iklim investasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus