Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lembaga Penjamin Simpanan
Separuh Simpanan Nasabah Tak Aman
Masih banyak nasabah yang tak tahu besaran simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Saat ini simpanan masyarakat di perbankan umum mencapai Rp 2.830 triliun, yang tersebar pada 101,5 juta rekening. Separuh nilai itu berasal dari 136.890 rekening, yang masing-masing lebih dari Rp 2 miliar. Akibatnya, separuh simpanan nasabah itu terancam hilang jika terjadi gagal bayar di sektor perbankan.
LPS hanya menjamin simpanan nasabah yang mencapai Rp 2 miliar. "Masih banyak yang tak tahu besaran penjaminan LPS," ujar Ketua LPS Firdaus Djaelani dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat pekan lalu.
Dari catatan LPS per akhir Desember 2011, total simpanan nasabah dengan angka nominal di atas Rp 2 miliar mencapai Rp 1.436 triliun. Adapun uang simpanan nasabah di bawah Rp 2 miliar berjumlah Rp 1.393 triliun dari 101,36 juta rekening.
Krisis Minyak
IMF: Waspada Krisis Minyak
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan ancaman lonjakan harga minyak akibat konflik di Teluk Persia beberapa waktu terakhir. Jika ekspor minyak Iran terganggu, harga minyak dunia bisa melonjak hingga 30 persen atau US$ 30 per barel.
Seperti dikutip dari BBC, Kamis pekan lalu, IMF mewanti-wanti agar negara Barat tak menjatuhkan sanksi keuangan terhadap Iran karena pasokan minyak dunia diperkirakan berkurang hingga 1,5 juta barel per hari. "Kejutan pada pasar yang terjadi bisa sama buruknya dengan revolusi Libya tahun lalu," demikian laporan IMF yang ditujukan untuk kelompok 20 negara maju (G-20).
Tahun lalu, kisruh politik di Libya telah menggenjot harga minyak dunia menjadi lebih dari US$ 100 per barel. Dalam kasus Iran, efeknya lebih signifikan karena pasokan minyak negara itu mencapai 3,5 juta barel per hari atau setara dengan 5 persen produksi minyak dunia. Dari jumlah itu, 22 persen diserap oleh Cina dan 18 persen oleh Eropa.
BlackBerry
Bos BlackBerry Mundur
Bos Research In Motion (RIM) Kanada, Co-CEO Jim Balsillie serta Presiden dan Co-CEO Mike Lazaridis, mengundurkan diri awal pekan lalu. Mundurnya duet petinggi pabrikan telepon seluler pintar BlackBerry ini dipicu tekanan investor yang menilai mereka tak cakap menakhodai perusahaan dalam empat tahun terakhir.
Kantor berita Reuters mengabarkan, jabatan CEO dan Presiden RIM saat ini dipegang Thorsten Heins, mantan eksekutif Siemens yang bergabung dengan RIM pada akhir 2007. Selain Heins, petinggi baru RIM adalah Barbara Stymiest, anggota dewan independen yang pernah memimpin Bursa Efek Toronto.
Para analis ragu suksesi kepemimpinan RIM bakal mendongkrak kinerja perusahaan. Tahun lalu, RIM meraup pendapatan US$ 20 miliar. Meski demikian, BlackBerry gagal melawan dominasi ponsel pintar lansiran Apple dan gadget lain yang berbasis Google Android. September lalu, lembaga Survei online comScore MobiLens menyatakan RIM kehilangan 1,8 juta pengguna BlackBerry di Amerika Serikat, yang memangkas pendapatan perusahaan. Sedangkan Google Android menambah 44,8 persen pengguna menjadi 7,8 juta orang. Di Amerika, total pengguna Android mencapai 39 juta orang.
Otomotif
Pabrik Baru Mitsubishi
Perusahaan otomotif asal Jepang, Mitsubishi Motor Corporation, menggelontorkan dana Rp 250 miliar untuk membangun pabrik perakitan baru mobil crossover Mitsubishi Outlander di Indonesia. Pabrik di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, itu berkapasitas produksi 1.000 unit per tahun. "Untuk tahap pertama, kami masih memproduksi 500 unit," kata Osamu Masuko, Presiden Mitsubishi Motor Corporation, Rabu pekan lalu.
Masuko yakin varian terbaru Mitsubishi tersebut bakal mendapat sambutan positif dari pasar Indonesia karena memiliki kualitas teknologi, fitur, dan desain produk yang lebih menarik. Rencananya, varian baru ini diluncurkan sebelum September mendatang.
Pengamat otomotif Suhari Sargo optimistis pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,5 persen akan meningkatkan daya beli masyarakat. Apalagi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang dipatok 6 persen cukup memberi ruang bagi lembaga pembiayaan untuk menurunkan bunga kreditnya. "Daya beli dan tingkat suku bunga itu penting karena 70 persen lebih pembelian mobil secara kredit," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo