Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

17 November 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gula
Bulog Jadi Distributor

KERJA sama pengembangan jaringan distribusi gula alternatif menunjuk Perum Bulog menjadi distributor gula pasir milik enam PT Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. Meski begitu, pihak swasta tetap berpeluang memperdagangkan gula, khususnya untuk hasil produksi pabrik gula swasta.

Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar menyebutkan, hingga akhir tahun ini, total gula pasir yang akan disalurkan Bulog 355 ribu ton. Rinciannya, 250 ribu ton gula milik enam PT Perkebunan Nusantara dan 105 ribu ton gula milik Rajawali Nusantara Indonesia. ”Jumlah gula sebanyak itu baru kerja sama tahap awal. Untuk tahap selanjutnya masih harus dibicarakan lagi,” katanya Selasa pekan lalu.

Sebelumnya, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil memastikan Bulog tidak akan memonopoli distribusi gula, tapi hanya menjual gula produksi perkebunan negara. ”Fungsinya agar revitalisasi pabrik gula terlaksana dan kita juga menjamin harga gula di tingkat petani, pedagang, dan konsumen tidak akan naik,” katanya.

Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia Adig Suwandi menyambut baik penunjukan Bulog tersebut. ”Dengan infrastruktur pergudangan, jaringan distribusi, dan kemampuan finansial memadai, tentu Bulog diharapkan dapat berperan lebih besar dalam mendongkrak harga gula, yang dalam beberapa bulan tergerus,” ujarnya.

Ekspor
Registrasi Eropa

SEBELUM 1 Desember 2008, pengekspor produk industri kimia dan produk industri yang mengandung bahan kimia ke Uni Eropa harus melakukan praregistrasi kepada European Chemical Agency. Kawasan ini menerapkan aturan itu untuk melindungi makhluk hidup dan lingkungan dari berbagai risiko zat berbahaya yang timbul karena bahan kimia.

Dalam registrasi itu, eksportir hanya diminta memberikan data mengenai kandungan dan komposisi bahan kimia yang terdapat di dalam produk. Kewajiban praregistrasi ini sudah dinotifikasi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sehingga harus dipatuhi semua pengekspor ke Uni Eropa. ”No data no export,” kata Kepala Subdirektorat Kimia dan Pertambangan Departemen Perdagangan Partogi Pangaribuan, Kamis pekan lalu.

BBM
Turun Harga

Harga bahan bakar nonsubsidi kembali turun. Mulai Sabtu pekan lalu, harga Pertamax, misalnya, di wilayah Jakarta dijual Rp 6.800 dari sebelumnya Rp 7.000. Masyarakat di wilayah lain merasakan hal serupa dengan penurunan Rp 150-200 per liter. Demikian juga untuk Pertamax Plus dan Biopertamax.

Menurut Anang Rizkani, juru bicara Pertamina, turunnya harga bahan bakar minyak seiring dengan makin murahnya nilai minyak mentah dunia. Indonesia mengacu pada harga minyak di Singapura (MOPS) yang turut melemah. ”Juga karena nilai tukar rupiah turun 15 persen dari perhitungan sebelumnya,” kata Anang.

Kalangan industri juga senang karena bahan bakar untuk mereka yang tidak bersubsidi ikut turun secara variatif dari 7,2 persen hingga 28,6 persen. Premium, misalnya, kini dijual mulai Rp 6.600 per liter dan minyak diesel Rp 5.800. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia M.S. Hidayat mengatakan inilah saat-saat industri menikmati harga murah.

Bank Bermasalah
Farid Tangani Indover

BEKAS Deputi Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional Farid Harianto ditugasi memimpin tim khusus untuk menangani Indonesische Overzeese Bank NV (Bank Indover). Tim yang mulai bekerja pada 10 November lalu ini, menurut Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Dyah N.K. Makhijani, juga akan menjadi penasihat Gubernur Bank Indonesia dalam menyelesaikan persoalan Indover.

Tugas tim ini antara lain menghitung aset Indover, mendata dana perbankan Indonesia yang tersangkut di sana, dan memverifikasi ke kurator yang akan melikuidasi Indover. Menurut Ketua Himpunan Bank-bank Milik Negara Agus Martowardojo, meskipun bank-bank yang dananya tersangkut tidak merugi besar, Indover harus memegang prinsip untuk memenuhi hak dan kewajiban terhadap perbankan. Indover dilikuidasi pada 7 Oktober 2008.

Kelapa Sawit
India Batal Beli CPO

SUDAH jatuh tertimpa tangga pula. Setelah dihantam harga jual yang ambruk, industri sawit mulai kehilangan pasar. Pekan lalu, 30 importir asal India membatalkan kontrak pembelian minyak sawit mentah (CPO). ”Pembatalan sepihak itu lantaran harga dalam kontrak jauh lebih tinggi daripada harga di pasar,” kata Derom Bangun, Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.

Dengan pembatalan ini, asosiasi itu telah menyurati Menteri Perdagangan India dan Solvent Extractors Association untuk membahas perlunya negosiasi ulang kontrak. India merupakan salah satu pasar terbesar produk CPO Indonesia, selain Cina. Dari produksi 18 juta ton per tahun, konsumsi dalam negeri hanya empat juta ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus