Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1 color=#FF9900>KARTU PRABAYAR</font><br />Uang Pintar Makin Mekar

Pengguna kartu prabayar meningkat. Perusahaan penerbitnya pun beragam. Pasar masih terbuka lebar.

28 Desember 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAUFIK paling senang membayar tol di pintu Cililitan, Jakarta Timur. Di gerbang ini, PT Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol menyediakan dua gardu khusus pengguna kartu elektronik. Jalur ini dijamin longgar. Antrean tidak mengular seperti di gate lain yang masih memakai pembayaran tunai. Pria 44 tahun ini tinggal menempelkan e-Toll Card Mandiri ke mesin reader. Sedetik kemudian, sret, palang pintu terbuka, dan Taufik langsung meluncur menuju jalan tol dalam kota Jakarta.

Sejatinya, warga Sawangan, Depok, Jawa Barat, ini bukan pengguna setia jalan tol. Dalam sepekan, paling ia hanya dua-tiga kali melintas di jalan bebas hambatan itu. Meski demikian, dia tetap memilih memakai kartu tol. "Enggak repot keluarin duit atau menunggu kembalian," katanya, Selasa pekan lalu. Ia juga tak mau pusing membawa duit dalam jumlah besar. Karena itu, selain punya e-Toll Card, bapak dua anak ini masih memiliki uang kartu lain, yakni Flazz BCA. "Yang ini untuk belanja atau ke restoran."

Penggunaan kartu prabayar di Indonesia memang kian marak belakangan ini. Bentuk transaksinya pun berkembang, tak cuma berupa kartu, tapi juga menggunakan telepon seluler. Penerbitnya juga tidak terbatas hanya kalangan perbankan. Bank Indonesia mencatat saat ini ada sembilan penerbit uang elektronik, yaitu Bank Mandiri, BCA, Bank Mega, Bank DKI, BNI, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Selular, PT Skye Sab Indonesia, dan PT Indosat.

Bank Mega, misalnya, mengeluarkan kartu pintar untuk jalan tol susun Waru-Juanda, di Jawa Timur, bekerja sama dengan pengelola jalan tol itu, PT Citra Margatama Surabaya. Selain mengeluarkan Flazz, BCA punya Gaz Card untuk pembelian bahan bakar minyak. Telkom mengeluarkan Flexi-Cash, Indosat menerbitkan Dompetku, dan Telkomsel meluncurkan Simpati Kangen-bekerja sama dengan BNI. Layanan dompet bergerak ini bisa dipakai untuk bertransaksi atau mentransfer dana.

Perkembangan sistem pembayaran yang pesat inilah yang membuat bank sentral mengaturnya secara khusus. Kartu prabayar dikategorikan sebagai uang elektronik, yakni alat pembayaran yang diterbitkan berdasarkan nilai uang yang disetor terlebih dulu oleh pemegang kepada penerbit. Sebelumnya, kartu ini mengikuti aturan tentang alat pembayaran dengan kartu, tapi sejak April 2009 dipisah. Aturan soal alat pembayaran dengan kartu lebih spesifik untuk kartu kredit serta kartu debit dan anjungan tunai mandiri.

Menurut Budi Gunadi Sadikin, Direktur Mikro dan Ritel Bank Mandiri, bisnis prabayar pada prinsipnya memanfaatkan besar-kecilnya atau lama-tidaknya duit nongkrong di bank. Bayangkan, misalnya, omzet Pertamina dari penjualan bensin yang setahun mencapai Rp 300 triliun itu bisa ditarik dan disimpan oleh salah satu bank. Omzet Jasa Marga yang tidak sejumbo Pertamina pun tetap menjadi peluang menggiurkan bagi Mandiri.

Inilah yang membikin Budi optimistis prospek bisnis kartu prabayar ke depan masih terbuka lebar. Ia merujuk pada pengguna Mandiri Prabayar-Kartu Jasa Marga, Kartu Indomaret, dan Kartu Gaz-yang sudah mencapai 300 ribu pada akhir tahun ini. Jumlah itu baru 4-5 persen dari 2,5 juta kartu prabayar di Indonesia. Tapi, Budi menambahkan, dari nilainya, Mandiri menguasai 40 persen transaksi uang elektronik di Indonesia. Tahun depan, Mandiri menargetkan pertumbuhan 50 persen lebih.

Berbeda dengan Flazz yang multiguna, Mandiri justru menerobos lewat produk spesifik. Yang penting, secara teknologi bisa dipakai untuk segala rupa. Mandiri merujuk pada strategi Octopus Card di Hong Kong, Touch n' Go (Malaysia), atau EZ-Link Card (Singapura) yang berangkat sebagai alat pembayaran transportasi. "Orang memakainya tiap hari," kata Budi. Itu yang membuat Mandiri memulainya dengan kartu tol yang bisa dipakai untuk beli bensin atau parkir. Budi menambahkan, tidak ada di dunia ini contoh kartu multipurpose yang sukses dari sisi jumlah kartu dan nilai transaksi.

Toh, BCA tetap pede. Menurut Efan Charles, konsultan Flazz BCA, pengguna kartu prabayarnya telah tembus 1,5 juta, dengan frekuensi pemakaian enam jutaan setahun, sejak diluncurkan pada 2007. Tahun depan diperkirakan meningkat dua kali lipat. Kartu prabayar BCA, kata Efan, saat ini bisa digunakan di toko-toko retail, pompa bensin Pertamina, dan sejumlah tempat parkir di Jabodetabek, Bandung, serta Surabaya. Flazz juga sudah bisa dipakai untuk ruas tol Surabaya-Gresik. "Kami berfokus di Jawa dulu, baru nanti masuk ke luar Jawa, seperti Sumatera," katanya.

Ke depan, Efan menambahkan, prospek bisnis ini sangat bergantung pada modernisasi gerai micropayment, retail besar, dan sistem transportasi. Makin cepat modernisasi dilakukan, penetrasi kartu pintar akan makin luas.

Retno Sulistyowati

Kinerja Kartu Prabayar
Tahun 2009

BulanJumlah Kartu
(Ribu)
Nilai Transaksi
(Rp Miliar)
Januari57621,6
Februari1.15123,4
Maret1.42329,8
April1.53232,5
Mei1.75339,5
Juni1.86141,0
Juli1.85742,2
Agustus2.03242,8
September2.31368,4
Oktober2.55855,2
SUMBER: BANK INDONESIA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus