Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF0000>Suksesi Perusahaan</font><br />Politikus di Jantung Lippo

Theo Sambuaga menjadi presiden baru Grup Lippo. Rawan konflik kepentingan.

27 September 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tenggelam di tengah kerumunan tamu yang menghampirinya, pria tua itu tak henti hentinya menebar senyum. Dia menerima ucapan selamat yang datang bertubi tubi. Dia juga terus meladeni ajakan tamu untuk foto bersama. Tak ada gurat lelah di wajah pria kelahiran Malang yang sudah menginjak usia 81 tahun itu. Tak jarang ia meladeni guyonan koleganya. Pria itu Mochtar Riady, pendiri kelompok usaha Lippo.

Malam itu, Rabu pekan lalu, memang hari istimewa buat Mochtar dan keluarganya. Di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Mochtar merayakan ulang tahun ke 60 Grup Lippo. Tidak cuma itu, resepsi juga sekaligus memperkenalkan Theo L. Sambuaga, Wakil Ketua Umum Golkar, sebagai presiden baru Grup Lippo. James T. Riady, putra Mochtar, hadir. Hampir 2.000 undangan disebar buat perayaan yang menelan biaya Rp 1,1 miliar itu.

Di antara para undangan, terlihat konglomerat papan atas, antara lain Eddy William Katuari (Grup Wings), Budi Hartono (Grup Jarum), dan Edwin Soeryadjaya (salah satu pendiri Saratoga). Begitu pula sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, seperti Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto; Menteri Perdagangan Mari Pangestu; dan Menteri Perindustrian M.S. Hidayat. Pensiunan TNI seperti Wiranto, Agum Gumelar, dan Surjadi Soedirdja menjadi tamu kehormatan.

Toh, terpilihnya Theo mengundang tanda tanya. "Bagaimana mungkin Theo, yang dalam sejarahnya tidak punya hubungan khusus dengan Mochtar, bisa menjadi Presiden Lippo," bisik seorang pengusaha papan atas yang hadir malam itu.

Theo, pernah menjadi Menteri Negara Permukiman dan Prasarana Wilayah di era Presiden B.J. Habibie, sejak akhir 2003 memang duduk sebagai Komisaris PT Lippo Karawaci Tbk., salah satu mesin uang Lippo. Ia lalu diangkat menjadi Presiden Komisaris Lippo Karawaci sejak awal tahun ini. Tapi itu semua, kata pengusaha tadi, belum cukup menjadi bekal buat memimpin Grup Lippo.

Mochtar dan James punya pertimbangan sendiri. Menurut James, Theo bukan orang baru di Lippo. "Dia sudah 15 tahun bersama kami, dan punya jaringan yang luas," katanya. Pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, itu juga diyakini bisa membawa Lippo mengembangkan bisnis ke kawasan Indonesia timur. Menurut pengamat konglomerasi Dick Rachmawan, Theo sudah lama dididik buat mengikuti irama kerja Lippo. "Ia kini dianggap bisa memenuhi keinginan Mochtar dan James," katanya.

Lippo memang berikhtiar melebarkan sayap bisnis ke kawasan Indonesia timur. Menurut James, dalam 25 tahun ke depan, pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergeser dari barat ke timur. Itu sebabnya, kata Mochtar, rencana tersebut harus dijalankan oleh orang yang mengerti persoalan di kawasan timur. Dan Theo, kata Mochtar, orang yang tepat buat menjalankan rencana tersebut.

Keinginan itu sudah diutarakan kepada Theo sejak Juni lalu. Setelah melewati serangkaian pembicaraan, pada pertengahan Agustus lalu Theo resmi diangkat menjadi presiden. "Tugas saya mengkoordinasi, supaya seluruh unit usaha Lippo bersinergi," kata Theo.

Seorang pengusaha menduga tugas Theo ke depan menjalin lobi kiri kanan buat memuluskan bisnis Lippo. Dia juga diyakini tidak masuk dalam struktur operasional secara penuh. Sebab, setiap unit usaha Lippo sudah punya manajemen tersendiri. "Menjadi Presiden Grup Lippo memang prestisius, tapi posisi itu tidak begitu penting buat mempengaruhi kerja sehari hari unit bisnis Lippo," kata seorang analis perusahaan sekuritas asing.

Kedekatan Golkar dengan Lippo, kata seorang praktisi pasar modal, memang sudah terjalin cukup lama. Tapi bukan berarti Lippo tidak dekat dengan partai politik lain. Bisnis dan politik, kata Dick Rachmawan, mata rantai yang tak terpisahkan.

Soal kedekatan khusus itu dibantah Theo. Kata dia, Golkar terbuka menjalin komunikasi dengan segala lapisan pengusaha. "Jadi bukan cuma dengan Lippo," ujarnya. Hubungan Golkar dengan para pengusaha itu tak lebih buat menjaring aspirasi politik. Sebaliknya, Lippo tidak secara khusus menjalin hubungan dengan partai partai. "Kalaupun Lippo menjadi donatur dalam kampanye Golkar, itu semua akan dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku," katanya. James juga yakin Theo bisa memisahkan posisinya sebagai politikus dan seorang profesional.

Yang jelas, terpilihnya Theo dan rencana ekspansi Lippo ditanggapi dingin oleh bursa saham. "Saham Lippo tidak banyak dilirik oleh investor," kata seorang analis. Soalnya, banyak aksi korporasi Lippo selama ini yang njelimet dan bikin bingung investor. Di antaranya penjualan 90,76 persen saham Matahari Department Store Tbk. ke Meadow Asia Company Limited, akhir Januari lalu.

Yandhrie Arvian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus