Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HAWA panas menyelimuti Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Jumat siang pekan lalu. Dua jam setelah dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hajatan nasional yang dihadiri 1.500 pengusaha itu ricuh. Sejumlah pengusaha yang menjadi peserta beradu mulut. Padahal agenda baru memasuki diskusi panel tentang perekonomian, belum sampai agenda puncak pemilihan Ketua Kadin periode 2010-2015.
Wakil Ketua Umum Kadin John A. Prasetyo, moderator diskusi panel, gagal meredam kemarahan sejumlah pengusaha yang memprotes diskriminasi peserta. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, yang akan menjadi panelis diskusi, terpaksa naik ke mimbar sidang menenangkan para peserta yang kalap. ”Saudara-saudara mohon tenang,” Hidayat setengah berteriak. Imbauan bekas Ketua Kadin ini mampu meredakan emosi peserta. Sepuluh menit kemudian, diskusi akhirnya diteruskan.
Musyawarah Nasional Kadin berlangsung dua hari, 24-25 September. Agenda puncaknya memilih Ketua Umum Kadin pengganti M.S. Hidayat, yang menjadi Menteri Perindustrian. Ada lima kandidat yang bersaing memperebutkan kursi Kadin-1. Mereka adalah Adi Putra Tahir, Sandiaga Uno, Suryo Bambang Sulisto, Chris Kanter, dan Wishnu Wardana. Suksesi Kadin tersebut merupakan amanat musyawarah nasional khusus di Hotel Ritz-Carlton, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, 23-25 April lalu.
Pemanasan terjadi sehari sebelum acara musyawarah nasional resmi dibuka. Kamis siang pekan lalu, seratus pengusaha dari 138 asosiasi pengusaha dan produsen berdebat menentukan suara yang berhak mewakili asosiasi dalam Musyawarah Nasional Kadin. Guyuran hujan di Jakarta sejak siang dan penyejuk udara seolah tak mampu mendinginkan suasana—di antara mereka ada yang saling gebrak meja. Dengan susah payah, konvensi asosiasi itu akhirnya menyetujui 30 asosiasi yang punya hak suara memilih Ketua Umum Kadin bersama 33 Kadin daerah yang punya 99 hak suara.
Ketatnya persaingan memperebutkan 129 suara bagi Ketua Umum Kadin menimbulkan suara-suara miring. Bahkan, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, muncul isu tak sedap: jual-beli suara. Tim sukses dari beberapa kandidat ketua umum kasak-kusuk dan mengiming-imingi imbalan uang agar jagonya dipilih. ”Saya mendengar suara beberapa asosiasi mau dibeli, tapi mudah-mudahan isu itu tidak benar,” kata Sofjan di Jakarta pekan lalu. Para pengusaha, ujar Sofyan, harus malu bila melakukan praktek politik uang. ”Kita (pengusaha) ini kamar dagang, bukan dagang kamar.”
Sinyalemen Sofjan dibenarkan seorang pengusaha pengurus asosiasi lain. ”Asosiasi saya ditelepon tim sukses. Mereka menawarkan ini dan itu, termasuk bantuan dana,” ungkapnya.
Persaingan menuju bos Kadin, kata sumber Tempo, juga sudah menjurus tak sehat karena ada campur tangan eksekutif dan politikus. ”Mirip pemilihan ketua partai,” ujarnya. Berkaca pada sejarahnya, posisi Ketua Umum Kadin memang bak gula dan menggiurkan. Sudah menjadi rahasia umum, banyak pengusaha ngebet menduduki kursi nomor satu. Alasannya, Ketua Umum Kadin bisa melempengkan jalan menuju kursi menteri di pemerintahan. Lihat saja bekas Ketua Umum Kadin Aburizal Bakrie dan M.S. Hidayat yang menjadi menteri.
Tapi posisi menteri bukanlah target utama. Menjadi Ketua Kadin, menurut sumber itu, jelas prestisius dan penting lantaran organisasi pengusaha ini satu-satunya binaan pemerintah dan sangat didengar oleh presiden. ”Usaha-usaha kelompoknya juga secara tidak langsung bisa mendapat manfaat dari kedekatannya dengan pemerintah,” bisiknya. ”Apalagi kalau Ketua Kadin ini anggota partai.”
Semua calon Ketua Umum Kadin menampik tudingan melakukan politik uang. Sandiaga Uno tertawa terbahak-bahak saat ditanyai soal dagang kamar itu. ”Kami pengusaha mandiri, independen, dan punya jati diri, salah besar bila melakukan itu (politik uang),” ujarnya. Chris Kanter juga membantah. ”Itu tidak benar. Saya jual track record dan kemampuan saya.” Suryo Sulisto senada. ”Kami ini pengusaha. Masak dagang kamar, dagang suara? Mestinya dagang produk, dagang proyeksi.”
GEDUNG Jakarta Theater di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu malam pekan lalu tampak ramai. Belasan pengusaha menghadiri undangan sahibulbait Sandiaga Uno, yang mendeklarasikan diri sebagai kandidat Ketua Umum Kadin. Tampak Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa, Wakil Ketua Umum Kadin Juan Permata Adoe, mantan Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief, beberapa perwakilan Kadin daerah, blogger, dan teknopreneur.
Sandiaga pemegang saham Saratoga Investama Sedaya dan PT Adaro Energy dijagokan bisa menjadi Ketua Umum Kadin. Anak pengusaha Mien Uno ini mendapat dukungan kuat dari Hipmi. Dukungan Hipmi kepada Sandiaga terlihat pada pertemuan organisasi tersebut di Bimasena Club, Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin malam awal Mei lalu. ”Sandiaga juga mengakar di daerah,” bisik sumber Tempo di Jakarta pekan lalu.
Peluang Sandi begitu ia kerap disapa menjadi Kadin 1 memang terbuka. Apalagi dia dikabarkan mendapat restu dari M.S. Hidayat. Jangan heran, Pak Menteri juga hadir dalam deklarasi tadi. Tapi kedekatannya dengan Hidayat ini membuat Partai Golkar kurang sreg lantaran Sandi dianggap lebih dekat dengan Presiden Yudhoyono. ”Apalagi Sandiaga sempat dicalonkan menjadi pengurus Partai Demokrat meski tak jadi,” sumber tadi melanjutkan. Hidayat juga menampik kabar bahwa ia mendukung Sandiaga. ”Saya akan datang ke semua calon,” ujarnya.
Sandiaga diperkirakan tak mudah melenggang. Munculnya kader Hipmi lain menjadi kandidat Ketua Umum Kadin, yakni Adi Putra Tahir dan Wishnu Wardana, membelah suara Hipmi di Kadin daerah. Menurut seorang pengusaha, pada detik-detik terakhir akan ada kolaborasi antara Sandiaga dan Adi agar suara kader Hipmi solid. ”Solusinya berbagi ketua dan wakil ketua umum.” Sandiaga enggan menanggapi rumor itu. Dia hanya mengatakan, ”Saya ingin masuk Kadin hanya mengabdi dan berjuang buat negara.”
Pesaing kuat Sandiaga adalah Suryo Sulisto, yang aktif bergerilya ke berbagai daerah dan asosiasi. Ia rajin mengundang makan perwakilan Kadin daerah di Epicentrum, kawasan eksklusif milik PT Bakrieland Development di Rasuna Said, Jakarta. Komisaris PT Bumi Resources ini juga mendapat dukungan dari Ketua Partai Golkar Aburizal Bakrie. Menurut sumber Tempo, Ical Bakrie sempat menginstruksikan pengusaha kader Golkar mendukung Gembong panggilan Suryo.
Dimintai konfirmasi tentang dukungan Ical ini, Suryo berkelit. ”Saya didukung semua partai karena program saya terbaik,” ujarnya. Aburizal belum bisa dimintai konfirmasi lantaran berada di Amerika Serikat. Tapi mantan Menteri Koordinator Perekonomian ini pernah mengiyakan dukungan kepada Suryo itu (Tempo edisi 10-16 Mei 2010). Namun Suryo juga bukan tanpa kendala. Ia dianggap bukan orang Golkar dan tak mengakar di Hipmi. ”Suryo lebih mengakar di Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia,” bisik sumber Tempo yang dekat dengan keluarga Bakrie. Padahal, kata dia, dalam sejarahnya Kadin identik dengan Hipmi dan Golkar.
Wishnu Wardana (Wakil Direktur PT Indika Energy) dan Adi Putra tak bisa diremehkan. Apalagi Adi sekarang merupakan ketua umum sementara Kadin. Peluang Chris juga kuat. Pendiri Sigma Sembada Group itu punya banyak pendukung, seperti mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Sofjan Wanandi, serta Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Benny Soetrisno.
Sofjan membenarkan dukungannya terhadap Chris. ”Kualitas Chris bagus,” ujarnya. Sylvia Sumarlin dari Asosiasi Peranti Lunak Indonesia, Ketua Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia Putri K. Wardani, serta Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Riset, dan Teknologi Rachmat Gobel juga mendukung Chris. ”Dia punya pengalaman 16 tahun dan tahu betul pengusaha,” kata Rachmat Gobel. Tapi, pada pemilihan Jumat tengah malam, Suryo Bambang Sulistio akhirnya terpilih menjadi ketua umum.
Padjar Iswara, Nieke Indrietta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo