Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF0000>Bisnis Taksi</font><br />Sentuhan Personal Pemain Baru

Cipaganti melirik bisnis taksi. Mencoba menawarkan konsep berbeda dengan taksi lain.

27 September 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Taksi merah cabai itu menembus pekatnya hujan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Penampilannya kontras dibandingkan dengan taksi lain yang lalu lalang di kawasan bisnis itu, Kamis malam pekan lalu. Pintu belakang kiri dan kanan bergambar dua penari Bali. Di bawahnya ada tulisan besar ”The Great Art and Culture Indonesia”.

Itulah Cipaganti Taxi, pemain anyar bisnis taksi. Baru mengoperasikan 200 unit mobil di Jakarta pada akhir Juli, perusahaan ini sejak awal September lalu telah mendapat izin menambah 600 unit taksi.

Sebagai pendatang baru, Cipaganti­ Taxi mencoba menawarkan konsep berbeda dibanding taksi lain seperti Grup Blue Bird, Putra, atau Exspress. Pe­pey Firmansyah, karyawan swasta di Jakarta Pusat yang pernah naik taksi ini, menjelaskan, saat masuk ke mobil, penumpang akan melihat dua display televisi mini di sandaran kepala jok depan. Perjalanan diawali dengan lagu dari seperangkat pemutar musik digital.

”Sopirnya kadang menawarkan menyetel musik atau video dari flash disk yang mungkin dibawa penumpang,” ujarnya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu. Adapun tarifnya, menurut Pepey, sama dengan Grup Blue Bird, yang menggunakan tarif atas, Rp 6.000 per kilometer.

Cipaganti Taxi tampaknya menawarkan sentuhan personal. Penumpang boleh memperlakukan angkutan umum itu bak mobil pribadi atau rumah sendiri. Selain pemutar video dan musik digital, Cipaganti Taxi juga menyiapkan sambungan listrik untuk menyalakan laptop atau mengisi baterai telepon seluler. Tak lama lagi setiap armadanya dilengkapi pula dengan fasilitas Internet nirkabel (Wi Fi). ”Sedang kami siapkan,” kata Andianto Setiabudi, Direktur Utama PT Cipaganti Group, kepada Tempo di Bandung baru baru ini.

Sepintas, layanan Cipaganti memang oke. Tapi jangan senang dulu. Menurut Pepey, tak akan mudah menemukan Taksi Cipaganti di Jakarta. ”Setengah jam menunggu di jalan belum tentu dapat yang kosong,” ujarnya. Armada Cipaganti Taxi memang masih mini. Bandingkan dengan Blue Bird, yang sudah memiliki sedikitnya 3.000 taksi, atau armada taksi lain, yang rata rata punya 800 hingga 1.000 unit mobil.

Walau masih anak kemarin sore, Cipaganti tak ciut menghadapi persaingan. Mereka malah nekat melebarkan bisnis taksi ke Bandung dan Surabaya. Cipaganti sudah mendapat izin dari pemerintah kedua daerah itu untuk ­mengoperasikan armada taksi masing masing 250 unit. ”Di Bandung diharapkan bisa beroperasi pada 15 Oktober. Surabaya setelah Bandung,” kata Andianto.

Tampaknya, banyak makan asam garam membuat Andianto dan saudara saudaranya percaya diri. Dua puluh lima tahun mereka malang melintang di bisnis jual beli mobil bekas, properti, penyewaan mobil barang, penumpang, alat berat sektor perkebunan dan pertambangan, sampai bisnis travel alias layanan jemput penumpang hingga tempat tujuan. Cipaganti sukses di bisnis travel. Semula layanan travel Cipaganti hanya mencakup Bandung Bogor. Tapi sekarang sudah melayani kota lain seperti Jakarta, Cirebon, ­Tasikmalaya, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, serta Semarang.

Tiga tahun lalu, Cipaganti menambah jasa layanan bus pariwisata, tours & airlines ticketing, plus layanan dokumen, paket, dan kargo. Sukses di lini bisnis itulah yang mendorong Cipaganti melirik bisnis taksi sejak Juli lalu.

Untuk ekspansi bisnisnya, Cipaganti mengandalkan pembiayaan internal dan eksternal. Salah satu pembiayaan eksternal berasal dari masyarakat dan mitra bisnisnya yang menaruh uang di Koperasi Cipaganti Mitra Usaha. Sebagai insentif, Koperasi Cipaganti memberikan semacam bunga deposito kepada anggota dan mitranya 1,4 persen per bulan atau 17 persen per tahun. ”Mit­ra dan anggota koperasi diberi kesempatan menyimpan dana sesuai dengan keinginannya,” ujar Andianto.

Konsep kemitraan dan Koperasi Cipaganti sudah mendapat restu pemerintah daerah. ”Koperasi Cipaganti sudah resmi terdaftar,” kata Tati Nuryatun, Kepala Bidang Koperasi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Bandung, kepada Tempo di Bandung pekan lalu. Tapi Deputi Pembiayaan Kementerian Kope­rasi dan Usaha Kecil Menengah Agus Muharram mengingatkan masyarakat yang berinvestasi di Koperasi Cipaganti, setelah tiga bulan menyimpan, harus segera menjadi anggota koperasi itu. ”Mereka melanggar peraturan pemerintah jika tak menjadi anggota.”

Fery Firmansyah, Padjar Iswara, Alwan Ridha Ramdani (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus