Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

13 Tokoh Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Perannya

Ada 13 tokoh Sumpah Pemuda yang memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia. Berikut daftar dan perannya.

23 Oktober 2024 | 21.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober adalah salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada tahun 1928, para pemuda dari berbagai daerah berkumpul di Jakarta untuk menyatakan tekad dan semangat persatuan demi mengusir penjajah dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Di balik peristiwa ini, terdapat 13 tokoh yang berperan penting dalam mewujudkan Sumpah Pemuda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap tokoh membawa ide-ide dan semangat yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan Indonesia yang merdeka dan bersatu. 

Melalui Kongres Pemuda II, mereka berhasil menciptakan kesadaran kolektif yang menjadi landasan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Berikut adalah 13 tokoh Sumpah Pemuda dan perannya.

Tokoh Sumpah Pemuda

1. Soegondo Djojopoespito

Soegondo Djojopoespito menjabat sebagai ketua panitia dalam Kongres Pemuda II. Ia dilahirkan di Tuban, Jawa Timur, pada 22 Februari 1905, dan dikenal sebagai seorang aktivis di bidang pendidikan. 

Sebelum tinggal di rumah Ki Hajar Dewantara, Soegondo sempat dititipkan oleh pamannya di pondok HOS Tjokroaminoto di Surabaya saat menempuh pendidikan di HIS. Ia meninggal dunia di Yogyakarta pada usia 73 tahun, tepatnya pada 23 April 1978.

2. Soenario Sastrowardoyo

Soenario Sastrowardoyo berperan sebagai penasihat panitia dalam Kongres Pemuda II. Lahir di Madiun, Jawa Timur, pada 28 Agustus 1902, Soenario merupakan salah satu penggagas Manifesto 1925 ketika menjadi pengurus Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda bersama Mohammad Hatta. 

Sebagai seorang pengacara yang meraih gelar Meester in de rechten, ia sering membela aktivis pergerakan yang berurusan dengan pihak berwajib Hindia Belanda. Soenario meninggal dunia pada 17 Mei 1997 di Jakarta.

3. Johannes Leimena

Johannes Leimena, yang lahir di Ambon, Maluku, pada tahun 1905, adalah anggota Jong Ambon dan turut berperan dalam panitia Kongres Pemuda II. 

Dikenal sebagai aktivis pergerakan, Leimena menghabiskan 20 tahun sebagai menteri di bawah pemerintahan Presiden Soekarno, menjadikannya sebagai menteri dengan masa jabatan terlama. 

Ia terlibat dalam 18 kabinet yang berbeda, mulai dari Kabinet Sjahrir II (1946) hingga Kabinet Dwikora III (1966), dan pernah menduduki posisi Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama, serta Menteri Sosial.

Selain itu, Leimena juga pernah menjadi anggota DPR dan Konstituante, serta memimpin Parkindo dari tahun 1950 hingga 1961. Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional dan meninggal dunia pada 29 Maret 1977 di Jakarta.

4. Djoko Marsaid

R.M. Djoko Marsaid hadir sebagai perwakilan Jong Java dalam Kongres Pemuda II yang diadakan di tiga tempat berbeda. Selain itu, Djoko Marsaid juga menjabat sebagai wakil ketua dalam panitia kongres, mendampingi Sugondo yang berperan sebagai ketua.

5. Mohammad Yamin

Mohammad Yamin lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada 24 Agustus 1903, dan merupakan anggota Sumatra Bond. 

Ia diakui sebagai sastrawan, sejarawan, budayawan, serta politikus dan ahli hukum yang dihormati. Yamin adalah pelopor puisi modern di Indonesia, dan namanya diabadikan sebagai Pahlawan Nasional.

6. Amir Sjarifoeddin Harahap

Amir Sjarifoeddin lahir di Medan pada 17 April 1907 dan banyak memberikan kontribusi ide-ide cemerlang saat merumuskan Sumpah Pemuda. Dikenal sebagai politikus sayap kiri, Amir kemudian menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Ia pernah menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Presidensial, serta Kabinet Sjahrir I, II, dan III.

Amir Sjarifoeddin juga sempat menjabat sebagai perdana menteri dari 3 Juli 1947 hingga 29 Januari 1948, di mana ia membentuk Kabinet Amir Sjarifoeddin I dan II. 

Namun, Amir Sjarifoeddin ditembak mati di Ngaliyan, Solo pada 19 Desember 1948 karena keterlibatannya dalam pemberontakan PKI Madiun yang terjadi tiga bulan sebelumnya.

7. WR Supratman

Wage Rudolf Supratman, yang lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 9 Maret 1903, memainkan peran penting dalam penutupan Kongres Pemuda II dengan membawakan sebuah lagu menggunakan biola, yang kini dikenal sebagai lagu kebangsaan Indonesia Raya. 

Ia meninggal dunia pada 17 Agustus 1938 di Surabaya, Jawa Timur, dan diakui sebagai Pahlawan Nasional. Tanggal kelahirannya juga diperingati sebagai Hari Musik Nasional.

8. Sarmidi Mangoensarkoro

Sarmidi Mangoensarkoro, yang lahir di Surakarta pada 23 Mei 1904, adalah salah satu tokoh berpengaruh dalam Kongres Pemuda I dan II, di mana ia menyampaikan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia. 

Dikenal sebagai tokoh Taman Siswa, Sarmidi pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga 1950.

9. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905 di Cepu, Jawa Tengah. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam penyusunan naskah Sumpah Pemuda dan sempat tinggal serta bekerja sebagai sekretaris pribadi HOS Tjokroaminoto. 

Di masa kemerdekaan, Kartosoewirjo dikenal sebagai pemimpin Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan memiliki keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Islam. 

Ia menolak tawaran untuk menjadi menteri dalam kabinet Amir Sjarifoeddin, dan kemudian mendirikan kelompok Darul Islam, melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga 1962. Kartosoewirjo meninggal dunia setelah dieksekusi mati di Pulau Seribu pada 5 September 1962.

10. Kasman Singodimedjo

Kasman Singodimedjo dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada 25 Februari 1904. Ia berperan sebagai wakil dari Jong Islamieten Bond dalam Kongres Pemuda II. 

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia menjabat sebagai Jaksa Agung dari tahun 1945 hingga 1946 dan menjadi Menteri Muda Kehakiman di Kabinet Amir Sjarifuddin II. 

Selain itu, ia juga memegang posisi sebagai Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang merupakan pendahulu DPR. Kasman Singodimedjo meninggal pada 25 Oktober 1982 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2018.

11. Mohammad Roem

Lahir pada 16 Mei 1908 di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Mohammad Roem adalah seorang aktivis pemuda sekaligus mahasiswa hukum. 

Selama masa kebangkitan nasional Indonesia, ia aktif di berbagai organisasi, termasuk Obligasi Jong Islamieten pada tahun 1924 dan Sarekat Islam pada tahun 1925. 

Setelah Indonesia merdeka, Roem menjadi salah satu diplomat ulung yang bernegosiasi dengan Belanda. Di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, ia dipercaya untuk menduduki posisi Wakil Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Dalam Negeri.

12. Adnan Kapau Gani

Adnan Kapau Gani, yang lahir di Palembang, Sumatra Selatan pada tahun 1905, adalah seorang aktivis pemuda yang terlibat dalam Jong Sumatra Bond dan hadir dalam Kongres Pemuda II. Ia dikenal sebagai dokter, politisi, serta tokoh militer Indonesia. Gani pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri di Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II. Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, ia diangkat sebagai Gubernur Militer Sumatera Selatan dan menjadi rektor Universitas Sriwijaya pada tahun 1954. Gani meninggal dunia pada 23 Desember 1968.

13. Sie Kong Liong

Sie Kong Liong, seorang pemuda keturunan Tionghoa yang lahir pada 3 Januari 1878, menyediakan rumahnya di Jalan Kramat Raya 106 sebagai lokasi Kongres Pemuda II. 

Berkat inisiatif Soenario, rumahnya kemudian direnovasi oleh Gubernur DKI Ali Sadikin dan diubah menjadi Gedung Sumpah Pemuda, yang sekarang dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus