Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

25 Tahun Perjalanan Netflix, Semula Merintis sebagai Perusahaan Penyewa DVD

Tepat pada 29 Agustus 1997, Netflix terbentuk. Namun, siapa sangka bahwa awalnya platform ini merupakan perusahaan penyewa DVD.

29 Agustus 2022 | 07.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Selama beberapa tahun terakhir, platform streaming film berbayar ini menjadi primadona bagi pencinta film. Sebab, Netflix berhasil menyediakan berbagai macam genre, mulai dari film sampai series yang berkualitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama platform ini semakin melambung ketika terjadi lockdown akibat pandemi Covid-19 yang mengharuskan semua orang untuk berdiam diri di rumah saja. Rasa bosan pun tidak bisa dihindari sehingga mereka memilih menonton film yang ditayangkan di Netflix, baik film lama maupun film box offices.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Netflix pun berhasil meraup keuntungan yang berlimpah. Wajar saja, jika Netflix membangun salah satu markas besarnya di Singapura, tepatnya di lantai 14 Tower Marina One. Meskipun Netflix membangun kantor di jantung kota Negeri Singa dengan keamanan tinggi, tetapi perjalanannya untuk bisa mencapai ini semua tidaklah mudah.

Jalan Panjang Netflix

Mengutip dari britannica, perusahaan Netflix didirikan oleh Marc Randolph dan Reed Hastings pada 29 Agustus 1997 di California, Amerika Serikat. Awalnya, mereka memiliki ide untuk menyediakan layanan penyewaan DVD. Penyewaan ini bertujuan agar setiap orang dapat menonton film sepuasnya dan DVD akan langsung dikirim ke rumah melalui pos. 

Satu tahun kemudian, tepatnya pada 14 April 1998 mereka meluncurkan situs Netflix.com yang memungkinkan pelanggan untuk menyewa maupun membeli DVD secara online. Kemudian pada 1999, Netflix kembali mengembangkan layanannya dengan menawarkan penyewaan film dengan skema pembayaran biaya bulanan yang terjangkau, tanpa batas waktu, tanpa biaya keterlambatan, atau tanpa batas waktu penyewaan bulanan. Strategi ini berhasil mendapatkan 600.000 pelanggan di Amerika Serikat dalam waktu tiga tahun. 

Platform ini pun semakin berkembang sampai akhirnya pada 2005, Netflix telah memiliki 4,2 juta pelanggan. Selain itu, mulai banyak pula studio Hollywood yang menawarkan film atau seriesnya untuk disewakan melalui Netflix. 

Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2007, Netflix secara resmi memperkenalkan layanan streaming film dan serial TV. Tidak berhenti di situ saja, Netflix terus mengoptimalkan platform streaming ini dengan berbagai cara. Salah satunya yang terjadi pada 2008.

Saat itu, Netflix menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan elektronik agar platformnya dapat diakses melalui berbagai perangkat, seperti pemutar Blu-ray, decoder TV, Xboc 360, komputer Apple Macintosh, dan PS3.

Lalu, sejak 2010, Netflix mulai tersedia di Apple iPad, iPhone, iPod Touch, dan the Nintendo Wii. Pada tahun yang sama, situs penyedia layanan streaming ini membuka cabangnya di Kanada, Amerika Latin dan Karibia, Britania Raya, dan Irlandia. 

Melansir dari interestingengineering, pada 2011, Netflix mengumumkan akan mulai membuat konten sendiri. Dengan menghabiskan dana US$100 juta (setara dengan Rp1,481 triliun), mereka memproduksi House of Cards yang disutradarai oleh David Fincher dan dibintangi oleh Kevin Spacey. Serial sepanjang 26 episode tersebut ditayangkan pada 2013 dan langsung menjadi serial terpopuler.

Pada tahun-tahun selanjutnya, Netflix pun semakin terbang tinggi. Jika sebelumnya hanya dikenal di Amerika, pada akhir 2015 lalu, telah tercatat platform streaming film ini dapat diakses di 60 negara. Tidak perlu waktu yang lama, pada 2016, Netflix berhasil menjangkau 190 negara, salah satunya adalah Indonesia.

Dengan begitu, terlihat jelas bahwa dalam industri perfilman, Netflix adalah pendobrak dengan berbagai terobosan inovatif pelayanannya. Netflix juga berani membuat film-film original yang memakan biaya besar. Sekarang, tinggal menanti strategi baru Netflix untuk mempertahankan posisi teratas di industri platform streaming film global. Nantinya, slogan Eat, Sleep, Netflix and Repeat bisa tetap bertahan lebih lama lagi. 

RACHEL FARAHDIBA R

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus