Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta – General Marketing and Commercial Perusahaan Umum Pembangunan Nasional (Perumnas) Ari Kartika mengatakan 81 juta milenial belum memiliki rumah menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat per 2019. Ia menyebut ada beberapa penyebab milenial belum memutuskan untuk punya hunian.
“Alasan milenial tidak beli rumah, sebanyak 28,63 persen berdasarkan survei Kementerian PUPR ialah belum menemukan yang tepat,” ujar Ari dalam webinar, Sabtu, 17 Oktober 2021.
Sementara itu, 24,9 persen sisanya belum mampu secara finansial. Selanjutnya, 17,27 persen milenial menyatakan belum bisa membayar down payment (DP) alias uang muka.
Kemudian, 10,49 persen lainnya belum mampu membayar cicilan KPR. Sebanyak 10,44 persen milenial mengatakan mereka masih ada cicilan, seperti cicilan gawai dan 5,46 persen lainnya menyatakan belum memerlukan hunian. Terakhir, 2,79 persen milineal menyebut belum terpikir untuk punya hunian.
Ari mengatakan investasi di bidang hunian sangat penting bagi milenial. Meski tidak ditinggali, nilai investasi dari properti ini akan terus bertambah setiap tahun dan dapat dimanfaatkan sebagai pendapatan pasif.
“Kemudian rumah juga bisa dijadikan jaminan sebagai agunan untuk peminjaman modal. Investasi ini pun tidak terlalu terpengaruh inflasi, bisa dijual tidak terikat waktu, dan memiliki potensi besar peningkatan investasi jangka panjang,” ujar Ari.
Menurut riset Kementerian PUPR, Ari menyatakan, ada beberapa kriteria rumah yang menjadi pilihan milenial. Umumnya milenial memiliki kemampuan membeli rumah dengan harga Rp 200-400 juta.
Dari sisi lokasi, milenial akan memilih perumahan di pinggir kota atau di perbatasan kota. Kemudian dari sisi fasilitas, milenial lebih nyaman bila hunian itu menawarkan fasilitas pendidikan untuk anak 2-6 tahun, klinik, atau apotek, pusat perbelanjaan mal, minimarket, taman.
Selain itu, fasilitas olahraga berupa jogging track dan kolam renang juga dianggap menjadi nilai tambah. Kriteria selanjutnya, milenial lebih suka rumah yang dekat dengan fasilitas transportasi umum.
Direktur Pemasaran Perum Perumnas Tambok Setyawati mengatakan perusahaannya telah memiliki beberapa proyek perumahan yang cocok dengan karakteristik milienial. Beberapa tahun ini, Perumnas mengembangkan rumah berkonsep transit oriented development (TOD) .
“Istilahnya TOD karena terintegrasi dengan sarana transportasi. Jadi ke rumah, ke kantor, bisa diantar dengan kereta api. Biaya murah, jarak dekat, tanpa kemacetan,” ujar Tambok.
Perseroan, kata dia, membangun kawasan TOD di tiga lokasi. Ketiganya adalah di Tanjung Barat, Pondok Cina, dan Serpong. Ketiga perumahan TOD berkonsep rumah susun itu langsung terhubung dengan stasiun kereta rel listrik (KRL).
Selain itu, Perumnas mengembangkan rumah hunian berkonsep landed house di beberapa titik, seperti Parung Panjang. Tambok mengklaim harga per unit sesuai dengan kemampuan milenial. Angsurannya pun di bawah Rp 5 juta, bahkan berkisar Rp 800 ribu sampai Rp 2 jutaan. “Harganya terjangkau masih di bawah 1 miliar, angsuran masih terjangkau. Lalu perbankan memberi kemudahan, ada banyak program mulai DP ringan. Bunganya bersaing dan bisa jangka panjang,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: Penyaluran Kredit Baru Diindikasikan Meningkat pada September 2021
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.