KULO nuwun Pak Bupati,saya minta izin ikut cari makan di sini," ucap Tirto Utomo, Presiden Direktur PT Golden Mississippi. Bupati Pasuruan, Djeliteng Soejoto, menjawab, "Baik, saya terima dengan tangan terbuka. Jangan khawatir, di Pasuruan masih banyak air yang terbuang percuma ke laut." Lalu diresmikanlah pabrik pengolah air minum Aqua di Pandaan, Jawa Timur, dua pekan lalu. Gagasan untuk menjual air bening muncul semasa Tirto mcnjadi karyawan Pertamina.Selain mengurus perjanjian jual beli minyak dan gas cair, Tirto juga mengantar tamu tamu asing berwisata. Ternyata, salah satu tamunya ada yang sakit. "la minum air yang tidak sehat," ujar Tirto, berkesimpulan. Dia lantas berhasrat mendirikan pabrik air minum sehat yang sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Yakni air mineral, seperti sering dijumpai di negara- negara maju, yang dinamainya Aqua. Bermodal Rp 150 juta, Tirto berhasil mendapatkan sebidang tanah dan sebuah pabrik di Bekasi, pada 1974. Tahun itu, dengan 38 karyawan, perusahaannya menghasilkan 36 botol setiap menit. Masing-masing berukuran 950 cc. Air didapatkan dari sumur artetis,yang dikontrol kandungan mineralnya dan disaring lima tahap, lalu disuci hamakan dengan ozone. Dan kini, untuk mencukupi 820.000 liter per bulan, Aqua diambilkan dari sumber air di Ciawi. Ternyata, tak mudah meyakinkan masyarakat untuk membeli "sekadar air putih".Tirto, yang juga berpengalaman di bidang restoran, memilih restoran untuk mengenalkan barang dagangannya. Sedangkan langganan tetapnya, waktu itu, hanya 20 orang - semuanya orang asing. Walaupun demikian, usaha selama 10 tahun akhirnya berbuah.Jaring pemasaran Aqua telah mencakup seluruh Indonesia. Walaupun tidak semua provinsi punya agen, menurut Tirto, Aqua terjual pula di Merauke. Malahan juga dipakai sebagai bekal dalam beribadah haji. Tak heran jika hasil penjualan tahun lalu mencapai Rp 1,6 milyar. Produksinya tak lagi dikemas hanya dalam satu ukuran. Botol gelas tetap dipakai untuk ukuran 950, 375, dan 300 cc. Gelas plastik kecil berukuran 120 cc, botol plastik dan botol poly carbonat yang berukuran 19 liter, juga dipergunakan. Selain itu, Tirto juga berminat mengembangkan kemasan dengan sistem kotak yang dapat menampung 15 liter Aqua. Kotak yang bagian dalamnya berlapis, dan dilengkapi dengan keran kecil,seperti itu telah dipergunakan di Eropa. "Disana hanya untuk anggur." Tak semua konsumen menganggap murah harga Aqua yang Rp 4.000 per 19 liter. Surat kabar Jawa Pos di Surabaya, misalnya, kini beralih kembali kepada air kulkas. Sebab,setiap bulannya perusahaan menghabiskan Rp 150.000 sampai Rp 200.000 untuk Aqua. Tapi Tirto, wartawan Jawa Pos pada tahun 50-an, tidak menganggap harga sebagai persoalan. "Yang penting, servis." Untuk meningkatkan pelayanan pula, anak perusahaannya, PT Tirtajaya Utama mendirikan pabrik di Pandaan. Dengan kapasitas 480.000 liter per bulan, pabrik itu akan mencukupi permintaan dari kawasan Indonesia Timur sebanyak 130.000 liter yang selama ini harus didatangkan dari Jakarta. Rencananya, pabrik air bening serupa juga akan didirikan di Bali sekitarJuli tahun depan. Sampai kini Tirto belum punya saingan dalam soal "air putih".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini