Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekeringan datang lebih cepat? Tidak juga. Semua kehebohan itu, rupanya, disebabkan ambruknya gorong-gorong saluran air minum di Cijambe, Jatiluhur pertengahan Desember. Cijambe merupakan salah satu urat nadi yang membawa bahan baku air minum dari Bendungan Jatiluhur untuk penduduk Jakarta. Akibatnya, pasokan air di Kanal Tarum Barat, Kalimalang, Jakarta Timur, merosot hingga tinggal 20 persen saja. Penduduk yang berlangganan air minum di Jakarta di wilayah timur pun kelabakan--kekurangan air.
Cuma, kepanikan itu tampaknya tak perlu berlarut-larut. Soalnya, pengelola air minum wilayah timur Jakarta bertindak cukup gesit. Selain melakukan sejumlah perbaikan teknis, pengelola juga langsung men-drop tanki-tanki air untuk beberapa daerah yang kekeringan. Secara terbuka, pengelola juga mengumumkan apa yang terjadi. Pengumuman ini memang tak mempercepat pemulihan gorong-gorong Cijambe, tapi setidaknya ikut meredakan kepanikan pelanggan.
Sikap simpatik seperti ini mudah-mudahan bisa tetap menjadi trademark perusahaan pengelola air minum di Jakarta. Hampir sejak setahun terakhir, Jakarta punya pengelola air minum yang bukan keturunan lokal, tapi "impor" dari Prancis dan Inggris. Masing-masing Suez Lyonnaise des Eaux, Prancis, dan Thames Water, Inggris.
Dua perusahaan tersebut sudah berpengalaman mengelola air minum di banyak negara. Di Indonesia keduanya berpatungan dengan PAM Jaya. Lyonnaise yang melayani konsumen di barat Jakarta, melebur menjadi PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Sedangkan Thames yang menguasai bagian timur menjadi PT Thames PAM Jaya (TPJ). Dalam perkongsian ini, Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta mendapatkan bagian saham 10 persen dari mitra asingnya.
Hingga saat ini, skenario perjanjian pengelolaan air minum itu memang belum komplet benar. Palyja dan TPJ sedang berunding dengan PAM Jaya dan DPRD Jakarta, untuk memperinci teknik kerja sama, termasuk tarif. Untuk kepentingan konsumen, akan dibentuk semacam Badan Regulator yang bertugas mengawasi jalannya swastanisasi air minum di Jakarta. Badan independen itu akan beranggotakan orang-orang dari DPRD, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Bank Dunia. Merekalah yang akan mengawasi jalannya kontrak Palyja dan TPJ selama 25 tahun.
Tampaknya kedua perusahaan asing itu cukup berpengalaman. Mereka sudah membangun instalasi dan mengelola air minum di sejumlah kota negara Dunia Ketiga seperti Buenos Aires, Manila, juga sejumlah kota di Afrika.
Lyonnaise, misalnya, kini tercatat memiliki jaringan bisnis infrastruktur di 120 negara. Perusahaan Prancis ini tak cuma bergerak di bidang pengelolaan air minum. Tapi juga pengembangan energi listrik, komunikasi, dan pengelolaan sampah. Barangkali karena luasnya pengalaman, Lyonnaise tak kesulitan menggaet kredit. Untuk proyeknya di Indonesia, Palyja berhasil mendapat pinjaman dari konsorsium bank internasional senilai US$ 130 juta lebih. Sementara Thames, tampaknya juga tak kalah ngetop. Perusahaan pengelolaan air minum tertua dari Inggris ini, mengaku telah memiliki 24 juta pelanggan di seluruh dunia. Mereka tersebar mulai dari London, Puerto Rico, hingga kota-kota di RRC.
Tapi, betapapun hebatnya mereka, apakah kehadirannya bisa dipastikan bakal membawa berkah bagi pelanggan air minum di Jakarta? Jangan-jangan, hanya tarif yang tambah mahal sementara pelayanan pas-pasan. Pertanyaan seperti ini memang layak. Palyja dan TPJ sendiri tak bisa memberikan jaminan apa-apa. Kecuali, pada Februari 2023 nanti, mereka menggaransi penduduk Jakarta bisa minum air bersih langsung dari keran.
Sebagai langkah awal, mereka akan menurunkan tingkat kebocoran air di Jakarta. Saat ini, tingkat kebocoran air masih di atas 50 persen. Palyja punya target, lima tahun lagi tingkat kebocoran akan menyusut menjadi 35 persen dan 25 tahun lagi tinggal 20 persen. Sementara TPJ menargetkan tingkat kebocoran menurun menjadi hanya 35 persen pada tahun 2002.
Selain tingkat kebocoran, mereka juga ingin memperlebar daya jangkau pelayanan untuk menambah jumlah pelanggan atau biasa disebut dengan coverage ratio. Kalau sekarang cuma 40 persen, maka lima tahun lagi ekspansi Palyja menjadi 75 persen dan akhirnya 100 persen. Sedangkan TPJ menargetkan 70 persen cakupan pelanggan pada tahun 2002.
Bukan itu saja. Kedua perusahaan juga mulai membenahi instalasi. Saat ini, Palyja tengah meneruskam pembangunan pipa air sepanjang 13 kilometer di daerah Kebonjeruk senilai Rp 175 miliar--yang semula sempat terbengkalai karena PAM kehabisan dana. Sampai saat ini, sudah sekitar Rp 200 miliar dihabiskan Palyja untuk perbaikan instalasi. Upaya ini agaknya harus segera dilakukan untuk memperbaiki sekitar 5 kilometer pipa air minum yang, menurut Lyonnaise, belum pernah diganti sejak zaman Belanda.
Sementara itu, TPJ merencanakan investasi sekitar Rp 468 miliar selama lima tahun. Dalam jangka waktu itu, investasi dialokasikan untuk perbaikan instalasi air, perluasan jaringan air, pengurangan kebocoran, dan biaya lain-lain seperti pembenahan fasilitas. Di antara pos-pos investasi tersebut, uang terbesar disalurkan untuk perluasan jaringan air, yaitu lebih dari Rp 280 miliar.
Dengan pelbagai perbaikan itu mereka punya target, buruknya kualitas air dan rendahnya tekanan air, dijamin akan berkurang. Apa sanksinya jika kedua perusahaan asing itu tak memenuhi janji-janjinya? Menurut aturan dalam perjanjian kontrak, jika tak memenuhi target mereka akan dikenai denda.
"Makanya harus memenuhi semua target kalau mau untung," kata Bernard La Frogne Komisaris Palyja yang sekaligus perwakilan Lyonnaise di Indonesia. La Frogne lelaki asli Prancis yang beristrikan wanita Sukabumi ini, yakin perusahaannya bisa meraup untung di Indonesia. Soalnya, ia yakin rakyat Jakarta membutuhkan air bersih.
Optimisme La Froge ini dibenarkan oleh Adrian Panggabean. Menurut ekonom UI yang banyak terlibat dalam advokasi proyek-proyek air minum swasta ini, bisnis air minum akan selalu menguntungkan lantaran pasarnya selalu ada dan berkembang. Di Jakarta kini ada sekitar sembilan juta jiwa (yang terus bertambah) yang semuanya pasti membutuhkan air minum. Padahal, makin maju masyarakat, kebutuhan air minum yang berkualitas makin tinggi.
Hanya saja Adrian mengingatkan, kehadiran para pengail untung ini akan banyak membawa konsekuensi. Salah satunya, "Mereka pasti mencari kompensasi lain, seperti minta pelarangan penggunaan air tanah." Soalnya, jika masyarakat "membandel" memakai air tanah, jumlah pelanggan tak akan tambah. Padahal, menurut Adrian, salah satu kunci mencari untung untuk proyek air adalah jumlah pelanggan. Karena itu, maklumlah jika Palyja kini gencar merayu masyarakat untuk berlangganan air dengan pancingan diskon 45 persen.
Ya, merayu sih boleh-boleh saja. Asal, Palyja dan TPJ memang bisa memenuhi tuntutan konsumen. Jangan sampai, sudah diberi hak untuk memonopoli bisnis, eh, pelayanannya masih begitu-begitu saja. Sudah air tak lancar, byarpet, alirannya letoi lagi. Kalau masih begitu sih, mendingan ditangani perusahaan daerah saja: keuntungannya--asal tak dikorupsi--bisa masuk kantung Pemda.
Tapi, ya, siapa tahu dengan swastanisasi ini bukan cuma air minum menjadi lebih murah. Barangkali saja, dengan meminum air bersih "bikinan" Prancis dan Inggris ini, penduduk Jakarta bisa lancar casciscus ngomong Prancis dan Inggris.
Bina Bektiati, Agus Hidayat, Dewi Rina Cahyani
Tarif Langganan Air Minum PAM Jaya
Menurut Golongan Pelanggan dan Blok Pemakaian | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
No. | Golongan Pelanggan | Biaya Pemakaian & Tarif Air per m31 - 10 m3 | 11 - 20 m3 | >20 m3 | Rp | Rp | Rp | 1 | Kelompok I | 375 | 375 | 375 | 2 | Kelompok II | 375 | 375 | 850 | 3 | Kelompok III | Â | A | 995 | 995 | 1.275 | Â | B | 995 | 995 | 1.600 | 4 | Kelompok IV | Â | A | 1.660 | 1.660 | 2.475
| Â | B | 3.650 | 3.650 | 3.650 | 5 | Khusus | 5.200 | 5.200 | 5.200 | |
---|
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo