Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Program makan bergizi gratis Presiden Terpilih Prabowo sudah mendapat jatah anggaran Rp71 triliun dalam APBN 2025 yang dibuat oleh pemerintahan Presiden Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun belum diputuskan apakah anggaran per porsi makan untuk anak-anak sekolah itu Rp15 ribu seperti rencana semula atau dikurangi agar jumlah sasaran lebih banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, sebelumnya mengusulkan agar anggaran Makan Bergizi Gratis Rp7.500 per porsi, karena dinilai cukup, bahkan sangat besar di wilayah tertentu.
Namun Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Raka mengatakan Rp15 ribu per porsi lebih ideal. Belakangan ia menurunkannya menjadi Rp14.500 per porsi setelah melihat uji coba di Solo.
Pada saat kampanye Pilpres, Prabowo menjanjikan makan dan susu gratis. Namun Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan belum ada keputusan program makan bergizi gratis pemerintahan mendatang dilengkapi dengan susu.
"Belum diputus," kata Airlangga di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 31 Juli 2024.
Dia juga menyebut belum ada keputusan terkait berapa anggaran setiap porsi makanan bergizi gratis yang akan disiapkan.
Dengan harga per porsi Rp15 ribu dan asumsi makan bergizi dalam setahun diberikan sebanyak 264 hari sesuai jumlah hari sekolah dalam setahun dikurangi libur, maka jumlah siswa yang terjangkau program hanya 17,9 juta anak.
Sedangkan dengan harga per porsi Rp9 ribu, maka program bisa dinikmati 29,8 juta murid, dan bisa menjangkau hampir 36 juta siswa jika per porsinya dihargai Rp7.500.
Gibran Uji Coba di Surabaya
Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka melakukan uji coba makan bergizi gratis di SDN Klampis Ngasem 3 Surabaya. Anggaran uji coba ini Rp15 ribu per porsi, Kamis, 1 Agustus 2024.
Gibran juga menegaskan bahwa anggaran uji coba makan bergizi gratis ini akan bervariasi tergantung daerah masing-masing. “Tiap kota pasti bervariasi, kemarin ada yang Rp14.900, ini Rp 15 ribu,” ujarnya
Makan bergizi gratis itu berisi nasi, ayam saus manis, sayuran, buah melon, serta susu kemasan. Makanan itu dibagikan langsung oleh Gibran di tiga ruang kelas siswa. “Jadi komposisinya (menu) ideal memang seperti itu,” kata Gibran.
Gibran juga menyatakan bahwa pemilihan menu itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak. Pemilihah menu juga untuk mencegah gizi buruk atau stunting.
Gibran tiba di sekolah tersebut pada pukul 08.45 WIB. Dia didampingi oleh Khofifah Indar Parawansa, Emil Dardak, Arumi Bachsin, dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
"Hari ini kami melibatkan banyak UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dan sekali lagi kemarin kami mengevaluasi yang sudah berjalan di Sentul, di Surakarta, dan di Surabaya ini salah satu yang terbaik, karena SOP-nya sudah berjalan," kata Gibran.
Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan setelah uji coba makan siang gratis di Sentul dan Surakarta pihaknya mendapatkan banyak sekali masukan dari pengamat, orang tua hingga warganet terkait masalah sampah dari kemasan makanan.
"Hari ini di Surabaya kebetulan pak wali kota sudah menemukan solusinya. Jadi ke depan apa yang sudah dijalankan di Surabaya mungkin akan diterapkan di kota lain juga," kata Gibran.
Dia mengemukakan setelah uji coba makan siang gratis di Sentul, Surakarta dan Surabaya, pada minggu depan pihaknya akan melakukan hal serupa di Kota Tangerang, Banten. Selanjutnya uji coba pemberian makanan gratis akan dilakukan di luar Pulau Jawa.
"Kami akan evaluasi terus sampai bulan Oktober. Nanti silakan dinas kesehatan, sekolah, orang tua, murid dari UMKM kami mohon masukannya, yang jelas kami pingin menyediakan baik, gizi yang baik untuk anak-anak kita. Food security akan kami jaga bener agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Sebelumnya, Gibran telah melakukan uji coba makan bergizi gratis di Jakarta dan Kota Solo. Ia juga mengunjungi sekolah dan membagikan menu siang kepada siswa.
ANTARA | HANAA SEPTIANA
Pilihan Editor Jokowi Jadi Bapak Konstruksi Indonesia, Apa Bedanya dengan Soeharto Bapak Pembangunan?