PARA nasabah dari The Chase Manhattan Bank NA cabang Jakarta
pagi itu saling senyum ketika membaca: We want salary
adjustment (Kita minta penyesuaian gaji). Tulisan begitu,
berupa plakat dan sticker ditempelkan di mana-mana: di mulut
loket, di sepanjang dinding, di meja karyawan, ada pula yang di
dada pegawai bank itu.
Aksi menuntut perbaikan gaji itu, seperti dulu juga, dimulai
para karyawan Citibank, terutama karyawan non staf yang
tergabung dalam SB. Tapi sejak awal Maret lalu, juga merembet di
berbagai bank asing lainnya. Seperti di American Express Bank
(Amex), Bank of America, The Chartered Bank, Algemene Bank
Nederland, Bank of Tokyo dan The Hongkong and Shangh ai Banking
Corporation.
Besarnya tuntutan berbeda-beda. Para karyawan itu rupanya
menyesuaikan apa yang mereka pinta itu dengan omzet dan
keuntungan dari masing-masing bank. Di Chase Manhattan mereka
minta 30%, berlaku sulut sejak Januari lalu, dan bukan sejak
Maret ini. "Kan devaluasi rupiahnya terjadi Nopember lalu, jadi
sudah baik kalau kita minta sejak Januari sehabis masa
transisi," kata seorang karyawan lama. Di Citibank yang dituntut
adalah 25%, sedang di BOA sebanyak 21%.
Zulfikar Biteh dan Bambang Wahjudi, keduanya pimpinan SB
Citibank, beranggapan tuntutan para karyawan itu wajar saja.
"Kalau melihat laba yang diperoleh Citibank, permintaan tambahan
25% itu masih kecil," kata Bambang.
Pihak majikan sendiri menyadari gaji para karyawan harus
dinaikkan setelah Kenop-15. Tapi ternyata yang mereka berikan di
Citibank cuma 15%, di Chase Manhattan rata-rata 12%, sedang di
Amex 14%, yang berlaku sejak 1 Maret.
Kejengkelan pihak karyawan, demikian Zulfikar yang juga duduk
sebagai pimpinan SB Niaga-Bank dan Asuransi DKI Jaya, adalah
karena pihak manajemen dianggap tidak mcnepati janjinya. "Semula
mereka bilang kenaikan itu akan diumumkan melalui SB, tapi
ternyata diumumkan langsung kepada karyawan," kata Zulfikar. Apa
salahnya? "Ya itu kan bisa memecah belah kami."
Buntu
Tapi bagi S.C. Wirasmo, ketua SB di Chase Manhattan, yang
menjadi keberatan terutama adalah kenaikan yang hanya 12% itu,
yang dianggap menyimpang dari janji semula. Dalam perundingan,
"pihak manajemen berjanji akan memperhitungkan tingkat inflasi
sejak Januari lalu," kata Wirasmo.
Di Chartered Bank yang berkantor di Gedung Kosgoro, Jalan M.H.
Thamrin, Jakarta, aksi itu berjalan dengan tenang, tanpa sticker
dan plakat. Tapi Joseph Hermansyah, ketua SB-nya percaya mereka
akan naik 30%. Menurut Joseph, Chartered Bank ini kelihatannya
memang kecil kalau dibandingkan dengan bank asing lainnya. "Tapi
ratio keuntungannya paling besar di atas 10," katanya. Sedang
bank-bank asing lainnya di Jakarta rata-rata memiliki ratio
sekitar 6 sampai 7."
Tapi omong-omong berapa sih gaji seorang karyawan non staf di
bank asing? Menurut Wirasmo, seorang non staf berpangkat clerk,
gajinya sekitar US$ 160 atau Rp 100.000. Seorang staf yang
Indonesia sekitar US$ 336 atau Rp 210.000. "Tapi seorang tenaga
asing bisa memperoleh US$ 3.200," tukasnya. "Fasilitasnya pun
amat berbeda."
Perbedaan yang menyolok antara gaji orang asing dengan tenaga
domestik, sekalipun ia staf, memang tak cuma terjadi di bank
asing. Sampai sekarang di perusahaan asing yang non bank memang
belum tercetus keluar ketidakpuasan itu. Mungkin keadaan para
karyawannya lebih baik.
Tapi di bank asing akhir pekan lalu tampaknya para karyawan SB
itu meningkatkan aksinya. Jam makan siang tadinya mereka lakukan
secara bergilir. Kini serentak. Menurut Wirasmo, para karyawan
kini tak mau kerja lembur, tapi pulang serentak begitu lonceng
menunjukkan jam 4 sore. "Jika terus buntu, terpaksa perselisihan
ini akan kami bawa ke P4D," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini