Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ambigu adalah Bermakna Lebih dari Satu, Ini Jenis dan Ciri-cirinya

Ambigu adalah bermakna lebih dari satu, sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya.

19 Desember 2024 | 14.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, Anda mungkin pernah mendengar istilah ambigu. Hal ini berhubungan dengan kata-kata yang memiliki arti ganda dan membingungkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ambigu adalah bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya). Ambigu juga dapat berarti bermakna ganda atau taksa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk informasi lebih lanjut, berikut rangkuman informasi selengkapnya mengenai definisi ambigu, jenis, ciri, dan contohnya.

Definisi Ambigu

Ambigu adalah kondisi yang menunjukkan ketakpastian atau ketakjelasan. Mengutip Cambridge Dictionary, sesuatu yang ambigu cenderung menyebabkan kebingungan dan keraguan atau multitafsir.

Berdasarkan jurnal Ambiguitas Dalam Bahasa Indonesia oleh Trismanto, ambigu atau ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti.

Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan. Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Melansir dari laman LMS Spada Kemdikbud, kalimat ambigu adalah kalimat yang rancu atau kalimat yang memiliki kegandaan makna. 

Dalam komunikasi lisan, keambiguan adalah kegandaan arti kalimat yang diucapkan si pembicara, sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami si pendengar. 

Ambiguitas muncul bila kita sebagai pendengar atau pembaca sulit menangkap pengertian yang kita baca atau yang kita dengar.

Jenis-Jenis Ambigu

Terdapat tiga jenis bentuk utama dari ambiguitas, yang berhubungan dengan fonetik, gramatikal, dan leksikal. Berikut rangkuman informasi selengkapnya.

1. Ambiguitas Fonetikal

Jenis kalimat ambigu yang terjadi karena adanya persamaan bunyi yang diucapkan. Contoh kata tahu yang bisa memiliki arti sebagai makanan bernama tahu atau sebagai kata sifat yang berarti mengerti.

3. Ambiguitas Gramatikal

Ambiguitas gramatikal terjadi karena adanya proses pembentukan ketatabahasaan. Contoh kata orang tua yang memiliki arti, orang yang sudah tua atau ibu dan bapak.

4. Ambiguitas Leksikal

Ini adalah jenis kalimat ambigu karena faktor kata itu sendiri. Misalnya satu kata yang memiliki dua arti yang berbeda. Misalnya kata otak, yang berarti organ dalam rongga tengkorak sebagai pusat saraf, pikiran, atau biang keladi (gembong)

Ciri-Ciri Ambigu

Kalimat yang ambigu dapat diketahui dari sejumlah ciri-cirinya berikut ini.

1. Penggunaan Kata Secara Berlebihan 

Ciri pertama suatu kalimat memiliki makna ambigu adalah ketika ada penggunaan kata berlebih atau menggunakan dua jenis kata yang memiliki makna jamak. 

Contohnya, “para murid-murid itu masuk ke kelas”. Untuk membuat kalimat menjadi tidak ambigu dapat diubah menjadi “para murid masuk ke kelas” atau “murid-murid masuk ke kelas”. 

2. Tidak Mudah Dipahami

Suatu kalimat yang efektif memiliki makna yang dapat dengan mudah dipahami pembaca. Jadi ketika suatu kalimat atau tulisan tidak mudah dipahami maknanya oleh pembaca, maka kalimat tersebut bisa dikategorikan kalimat ambigu.

3. Makna Kalimat Tidak Jelas

Makna kalimat yang tidak jelas akan membuat suatu kalimat tidak mudah dipahami. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesalahan pemilihan kosakata, penggunaan tanda baca, dan kesalahan ketik atau typo.

4. Memicu Efek Keraguan

Karena memiliki makna ganda, kalimat yang ambigu umumnya akan memunculkan keraguan bagi pembacanya untuk memahami makna kalimat tersebut. Jadi, kalimat itu akan memiliki makna lebih dari satu.

Faktor dan Contoh Kalimat Ambigu

Berdasarkan buku Bahasa Akademik Indonesia (Strategi Meneliti dan Menulis) oleh Isma Tantawi, ada empat faktor yang memengaruhi adanya kalimat ambigu.

1. Kalimat Tanpa Konjungsi

Ambiguitas pada kalimat dapat muncul ketika konjungsi atau kata penghubung tidak digunakan. Sebagai contoh:

"Nina tidak masuk sekolah, ibunya sakit."

Kalimat ini dapat menimbulkan pemahaman ganda karena tidak adanya konjungsi yang menjelaskan hubungan antara kedua klausa. Jika diberikan kata penghubung yang berbeda, makna kalimat pun akan berubah. Contohnya:

"Nina tidak masuk sekolah karena ibunya sakit."

"Nina tidak masuk sekolah selama ibunya sakit."

2. Unsur-Unsur Kalimat Menyimpang

Ambiguitas juga dapat terjadi karena penyimpangan dalam penggunaan kata, frasa, klausa, atau konjungsi. Misalnya:

"Para pedagang menyelamatkan barang yang hangus terbakar."

Kalimat ini menjadi tidak logis karena adanya kesalahan dalam pemilihan kata. Kata "hangus" lebih tepat diganti dengan "belum," sehingga kalimatnya menjadi:

"Para pedagang menyelamatkan barang yang belum terbakar."

Perubahan tersebut membuat kalimat lebih masuk akal dan tidak ambigu.

3. Penggunaan Kata yang Tidak Tepat

Ketidaktepatan pemilihan kata juga dapat menyebabkan ambiguitas. Contohnya:

"Panitia sudah menyediakan kamar tempat tukar pakaian."

Penggunaan kata "tukar" di sini kurang sesuai. Kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki menjadi:

"Panitia sudah menyediakan kamar tempat ganti pakaian."

Perubahan kata dari "tukar" ke "ganti" membuat kalimat lebih jelas dan tepat.

4. Penggunaan Intonasi yang Tidak Sesuai

Selain dalam bentuk tulisan, ambiguitas juga dapat muncul dalam bentuk lisan karena intonasi yang tidak tepat. Contohnya:

"Anjing makan tikus mati, di dapur."

"Anjing makan tikus, mati di dapur."

Meskipun kedua kalimat di atas secara struktur benar, maknanya berbeda. Kalimat pertama berarti bahwa anjing memakan tikus yang sudah mati di dapur. 

Sedangkan kalimat kedua berarti anjing memakan tikus, tetapi anjingnya mati di dapur. Perbedaan intonasi pada kalimat ini menghasilkan interpretasi yang berbeda dan menimbulkan ambiguitas.

Kakak Indra Purnama berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus