Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Daya beli menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kondisi perekonomian suatu negara. Secara sederhana, daya beli merujuk pada kemampuan individu atau bisnis dalam membeli barang dan jasa. Seiring dengan dinamika ekonomi global dan domestik, daya beli menjadi faktor yang tak terpisahkan dalam analisis ekonomi serta strategi bisnis.
Apa Itu Daya Beli?
Dilansir dari accurate.id, daya beli mencerminkan seberapa banyak barang dan jasa yang dapat dibeli oleh konsumen dengan jumlah uang tertentu. Indikator ini erat kaitannya dengan inflasi dan deflasi. Jika inflasi meningkat tanpa disertai kenaikan pendapatan, maka daya beli masyarakat cenderung melemah. Sebaliknya, jika harga-harga terkendali atau bahkan menurun, daya beli bisa meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan kemampuannya, permintaan konsumen terbagi menjadi tiga kategori, sebagaimana dijelaskan oleh ocbc.id:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permintaan efektif: Konsumen memiliki keinginan dan kemampuan membeli suatu produk.
Permintaan absolut: Konsumen menginginkan suatu produk tetapi tidak memiliki daya beli.
Permintaan potensial: Konsumen memiliki kemungkinan membeli suatu produk, tetapi belum melakukannya.
Peran Daya Beli dalam Perekonomian
Daya beli masyarakat menjadi salah satu indikator utama dalam menentukan target penjualan bagi pelaku usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar. Konsumen dengan daya beli yang kuat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan. Dilansir dari laman resmi Universitas Medan Area, daya beli yang tinggi berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dan kestabilan ekonomi secara keseluruhan.
Ketika daya beli masyarakat meningkat, konsumsi cenderung naik, yang pada akhirnya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jika daya beli menurun, aktivitas ekonomi bisa melambat, berujung pada peningkatan angka pengangguran dan penurunan kesejahteraan masyarakat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Beli
Berikut beberapa faktor utama yang memengaruhi daya beli masyarakat:
1. Harga Barang dan Jasa
Harga menjadi faktor utama yang menentukan daya beli. Ketika harga naik, daya beli cenderung menurun karena konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk memperoleh barang yang sama. Sebaliknya, saat harga turun, daya beli meningkat.
2. Tingkat Pendapatan Riil
Pendapatan riil, yaitu pendapatan setelah disesuaikan dengan inflasi, memiliki dampak langsung terhadap daya beli. Jika pendapatan meningkat lebih cepat daripada inflasi, maka daya beli konsumen akan membaik. Namun, jika inflasi lebih tinggi dari kenaikan pendapatan, daya beli cenderung melemah.
3. Pajak
Kenaikan pajak mengurangi pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat. Semakin tinggi pajak yang dikenakan, semakin kecil daya beli individu atau rumah tangga. Hal ini dapat berdampak pada penurunan konsumsi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
4. Nilai Tukar Rupiah
Menurut ocbc.id, fluktuasi nilai tukar mata uang berpengaruh langsung terhadap daya beli. Apabila nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing, harga barang impor menjadi lebih mahal, sehingga daya beli masyarakat turun. Sebaliknya, ketika nilai tukar menguat, harga barang impor lebih murah, yang dapat meningkatkan daya beli.
5. Lapangan Pekerjaan
Tingkat pengangguran berkorelasi erat dengan daya beli. Jika lapangan kerja terbatas dan tingkat pengangguran tinggi, pendapatan masyarakat menurun, yang akhirnya berimbas pada rendahnya daya beli.
6. Ketersediaan Kredit
Fasilitas kredit memungkinkan masyarakat untuk membeli barang atau jasa dengan sistem cicilan. Jika akses kredit mudah dan suku bunga rendah, daya beli masyarakat bisa meningkat. Sebaliknya, jika kredit sulit diakses atau suku bunga tinggi, konsumsi akan menurun.
Sukma Kanthi Nurani dan Haura Hamidah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Ada Lonjakan Gadai Menjelang Lebaran, Indef: Sinyal Daya Beli Melemah