Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Anda ingin beli saham ? masih sepi, tapi masih optimis

Perusahaan semen cibinong menjual saham kepada ma syarakat. para pembeli saham pesimisti karena kurs rupiah masih lemah. perusahaan lainnya ikut meramaikan penjualan saham. (eb)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH santai nampaknya kegiatan di Pasar Modal kita. Semua berjalan tenang dan tenteram. Para anggotanya yang berjumlah 26 itu dilengkapi dengan pesawat telepon pada meja masing-masing, tapi jarang terpakai. Memang tidak banyak yang harus dilaporkan ke luar dari ruang bursa itu. Dari luar, meja pialang itu bisa dipanggil, kalau perlu, via sambungan operator, tapi itu rupanya belum perlu terJadi. Maklum, order untuk beli maupun jual masih belum tergesa-gesa. Sejak Presiden Soeharto meresmikannya (10 Agustus), Pasar Modal di Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, dibuka lima kali - tiap hari kerja Senin s/d Jum'at - seminggu. Sebagian besar anggotanya, walaupun trading atau perdagangan masih sepi, toh rajin hadir. Lebih rajin adalah mereka yang masih muda yang sengaja ditugaskan perusahaan masing-masing untuk belajar. Sedikit saja, tentunya, di antara mereka yang aktif memajukan penawaran maupun permintaan beli secara tertulis kepada petugas bursa. (Secara lisan, menurut ketentuan Badan Pelaksana Pasar Modal, tidak diizinkan buat sementara mungkin karena pertimbangan belajar tadi. Petugas kepala yang seakan-akan bertindak sebagai penengah menetapkan kurs terjadi, berdasarkan angka-angka yang masuk. Berlangsung dua kali call, dan keduanya memakan waktu ratarata satu jam saja. Sungguh sebentar saja sudah selesai sidang mereka, biasanya berlangsung mulai pk. 11.30. Itulah sidang bursa tercepat di dunia sekarang ini. Karena masih satu issue saja, yaitu saham dari PT Semen Cibinong, yang diperjualbelikan. Meskipun begitu, issue yang satu ini bukanlah lemah. Kurs perdananya yang Rp 10.000 ternyata telah cepat melonjak, malah pernah sampai ke Rp 11.000. Tapi kenaikan 10 itu sangat ditentang, terutama oleh PT Danareksa. PT Makindo, salah satu anggota bursa, adalah pertama kali meminta Rp 11.000. Semua jadi kaget, apakah karena terlalu spekulatif atau karena kurang pengalaman. Danareksa, karena banyak pegang simpanan, gampang sekali menginjeksi ke pasar 300 sampai 500 saham. Sedikit saja. Tapi akhirnya Makindo jadi berbalik kaget, apalagi dia harus membeli mahal dan kemudian kurs bergerak turun, sedang dayanya terbatas untuk membuat pasar kembali hangat. Di bursa ini, spekulasi tidak dilarang secara resmi. Cuma para anggotanya kini mengetahui betul bahwa Danareksa mampu mempengaruhi jalannya trading. Kalau kurs bergerak naik tidak wajar, Danareksa segera aktif menjual. Tapi dia juga turut membeli sesekali. Tanggal 23 Agustus, misalnya, Danareksa membeli 233 saham, yang pasti bukan karena mau iseng saja. Tidak jelas berapakah kurs yang disebut "wajar" bagi Danareksa. Dugaan sementara ialah sekitar Rp 10.500. Terutama sekali Danareksa jelas berkepentingan menjaga agar kurs saham tidak terlalu jauh di atas pari, supaya menarik lebih banyak anggota masyarakat membeli sertifikatnya. Sertifikat Danareksa mengikuti kurs yang terjadi di bursa untuk saham asli Cibinong. Sampai tanggal 20 Agustus - pemasaran pertama - masyarakat masih berkesempatan membeli sertifikat itu dengan harga nominal melalui bank-bank pemerintah di seluruh propinsi. Perhatian masyarakat kota seperti di Medan, Ujungpandang, Bandung, Semarang dan Surabaya cukup besar, menurut laporan sementara yang masuk ke Danareksa. Tapi disangsikan ada pembeli berasal dari daerah pedesaan. Walaupun di kota-kota besar, golongan pembeli umumnya mudah diduga bukanlah dari 'kelas menengah' ke bawah. Walaupun seorang warganegara diatasi sampai maximum 100 lemar (Rp 1 juta), si penjual ternyata tidak mampu mengkontrol bila orang yang mau membeli lebih banyak. Seseorang mungkin saja, kalau dia mau, pergi dari itu ke lain bank serta mengerahkan istri, anak sampai para pembantunya sekalipun untuk membeli. Selama dia bisa membuktikan diriya warganegara Indonesia, dengan KTP, surat SIM atau kertas identitas lamaya, dia boleh membeli. Bisakah dikontrol jika calon nasabah ini serakah? "Kalau sistem komputer meluas dipakai, mungkin bisa," jawab seorang pejabat Danareksa pada Eddy Herwanto dari TEMPO. Maka menyambung pula seorang pejabat bank pemerintah: 'Mungkinkah pemerataan pendapatan itu diselenggarakan? Rasanya kok saya pesimis." Pemerataan pendapatan adalah suatu tujuan pemerintah mendirikan Pasar modal. Dari DPR, ketua komisi VII Rachmat Muljomiseno agak skeptis teradap istilah pemerataan itu. "Sesuatu yang atas unjuk seperti sertifikat Danareksa tidak bisa dibatasi," katanya kepada Yunus Kasim dari TEMPO. "Mana pula saham bisa diratakan. Kita tak usah pakai perataan-perataan. Kalau mau bikin Pasar Modal, ya sudah. Titik. Jaman moderen memang perlu Pasar Modal. Silahkan, jalan terus. Tak usah malu-malu." Ya, musti malu-malu, mungkin karena ada anggapan bahwa Pasar Modal ini adalah "pencerminan ekonomi liberal." Apakah itu pantas atau tidak untuk tingkat masyarakat Indonesia sekarang, pasti bisa ramai jika di-seminarkan pula. Bagi kaum pengusaha nasional yang lemah, menurut pandangan Omar Tusin bekas Ketua Pekan Raya Jakarta, Pasar Modal ini bukanlah untuk mereka. "Apalagi pengusaha pribumi," kata Tusin, "tak akan bisa beruntung (dari bursa itu). Tak gampang untuk go public." Betul gampang, tentunya, untuk perusahaan patungan PMA seperti PT Semen Cibinong, karena sudah begitu dipercaya pembukuannya dan mantap manajemennya, lagi pula terjamin pemasarannya. Kebetulan pula Danareksa kini nampaknya cenderung mau menjamin bila perusahaan bersangkutan memang "empuk" -- punya harapan untuk menghasilkan dividen. Tapi mereka yang empuk itu biasanya mampu menarik modal tanpa mempublik via Bapepam. PT Semen Cibinong, misalnya, mempunyai banyak relasi perbankan dan lembaga keuangan internasional yang setiap waktu percaya meminjamkan modal dengan tingkat bunga yang relatif rendah. Bagi perusahaan nasional, bila bukan PMDN -- yang sesungguhnya membutuhkan modal murah - bila berhasrat mempublik, agaknya perlu bersusah-payah betul untuk mencari underwriters (penjamin) terlebih dulu. Di samping Danareksa, ada sembilan lembaga keuangan non-bank yang berlaku sebagai penjamin emisi di negeri ini. Para penjamin, di mana pun mereka berada, biasanya memperhitungkan risiko. Jika saham perusahaan yang dijaminnya tak laku, penjatnin menanggung risikonya. Sudah banyak contoh kerugian penjamin, seperti dimuat dalam buku Financial Institutions, antara lain: * Pada musim rontok 1946 di New York pernah harga saham anjlok mendadak. Ketika itu suatu sindikat dari 46 bank investasi tidak rnampu menjual 125.000 saham dari Willys-Overland Motors Inc. Saham preferensi yang semula $ 4.50 telah dibeli sindikat itu setinggi $ 100 per lembar dengan harapan untuk dijual kembali seharga $ 102.75. Akhirnya cuma terjual antara $ 53 dan $ 68 per saham. * Cincinnati Gas & Electric Cormpany menawarkan sejumlah 1.445.000 sahamnya, yang dibeli oleh sekumpulan 156 bank investasi dengan harga $ 26 per saham, tapi akhirnya didistribusikan pada tingkat harga serendah $ 21.75. * Tahun 1950, para penjamin menjamin penjualan obligasi dari Potomac Electric Power Cormpany. Sesudah membayar $ 100.80¬ per bond (obligasi) penjamin bisa menjual sekitar $ 100.50. Walaupun selisih harga sedikit, kerugian tetap banyak karena transaksinya dalam jumlah besar. * Karena obligasi dari General Motors Acceptance Corporation sampai sebanyak $ 14 juta tidak terjual, sindikat pada bulan September 1959 menyerah saja pada kemauan pasar. Maka harganya segera jatuh dari $ 100 ke sekitar $ 961h per lembar. * Juli 1969, Atlantic Richfield menawarkan 1,5 juta saham dengan harga $ 115¬ per lembar. Penjamin memayarnya $ 112, tapi sebagian besar bisa dipasarkan cuma dengan kurs sekitar $ 107. Sebaliknya, tentu saja, banyak pula issues (jenis) di bursa luar negeri yang cepat terjual dengan harga menarik ketika ditawarkan. Penawaran Rp 10.000 untuk issue Cibinong adalah termasuk menarik bagi pembuka bursa Jakarta. PT Inter-Pacific Financial Corporation yang menjaminnya bersama Danareksa, segera bisa menjual seluruh alokasi (28.750) saham untuknya. Sesudah ditambah 31.000 lagi oleh Danareksa, Inter-Pacific pun bisa menjuainya tanpa susah-susah. Danareksa sendiri, yang memegang sisa 150.000 saham (yang kemudian dijadikannya sertifikat sebanyak 148.200) juga gampang menjual. Dari pemasaran perdana, Danareksa sudah menjual duapertiga dari keseluruhannya. Meskipun dalam pemasaran kedua nanti - mulai I September 1977 - harganya sudah akan berada di atas pari, diduga tidak akan suIit bagi Danareksa untuk melepas sisa emisi pertama. Tapi sebelum 10 Agustus, baik Inter Pacific maupun Danareksa belum dapat memastikan bahwa animo demikian besar. Apalagi penawaran Rp 10.000 bukanlah rendah, berarti Ik. sebanding $ 24 biia dipakai nilai-tukar sekarang. Padahal nilai nominalnya adalah $ '10 (Rp 3.780 berdasar kurs resmi ketika perusahaan itu didirikan tahun 1971). Karena sudah terbukti gampang laku, penawaran emisi Cibinong itu semustinya dianggap rendah. Tapi masih ada saja terdengar suara yang mencurigai caranya nilai saham itu ditetapkan. Dari $ 10 ke $ 24 (= Rp 10.000) dianggap sementara golongan terlalu menguntungkan PT Semen Cibinong. Apakah mungkin Danareksa keliru? Anggota DPR Rachmat Muljomiseno menanggapinya a.l. begini: "Saya tidak bisa menerima itu. Ini berarti devaluasi besar-besaran, karena $ 10 itu kalau dirupiahkan menjadi Rp 4.150 tapi kenapa sahamnya jatuh jadi Rp 10.000. Ini berarti satu dollar = Rp 1.000. Kalau Rp 600, ini masih relevan." Muljomiseno, bekas Menteri Perdagangan itu, bisa memahami bahwaPT Semen Cibinong beruntung hingga harga sahamnya pantas berada di atas pari. Tapi karena begitu jauh kenaikannya, Muljomiseno berkata lagi: "Ini berarti ugal-ugalan. Danareksa dikibulin." Presdir J.A. Sereh dari Danareksa, dalam suatu interpiu TEMPO, menjelaskan bahwa penetapan nilai saham itu adalah hasil tawar-menawar, sesudah berbaBai pihak menggunakan formula masing-masing. Sedikitnya ada tiga formula yang dipakai untuk menghitung berapa sepantasnya dinilai PT Semen Cibinong sekarang. Selain para penjamin, turut pula menilai dari grup penasehat Bank Indonesia (termasuk Morgan Guaranty, Kuhn & Loeb dan seorang bekas wakil IMF di Jakarta) dan Nomura Securities Company, suatu perusahaan Jepang yang terbilang besar di Asia untuk perdagangan efek. Pada mulanya Cibinong, demikian Sereh, "meminta $ 28 per saham, sedang kita menawar $ 21. Akhirnya Cibinong setuju menjual $ 23.75." Angka yang disetujui itu ditarnbah berbagai macam pembayaran jadi bulat $ 24. Karena ada konversi ke rupiah untuk membulatkan ke Rp 10.000, maka sertifikat Danareksa menciut jadi sejumlah 148.200 dari alokasi semula 150.000 saham. Meminjam istilah warung, ada orang melihat Danareksa berurusan dengan Cibinong ini bagaikan pelaris. Maka berlebih atau berkurang sedikit tidak jadi soal, demikian biasanya untuk pelaris. Tapi Sereh, yang rambutnya kelihatan memutih selama memegang jabatan ini sejak Pebruari, meninggalkan kesan bahwa Danareksa telah berhitung betul dan menempuh cara yang lazim dipakai tiap penjamin, yaitu berusaha meniadakan risiko rugi. Berbeda sedikit dari para penjamin lainnya, Danareksa memegang prinsip tidak mencari untung banyak. Tujuan utamanya ialah supaya sertifikat-saham jatuh ke tangan masyarakat luas dan, menurut Sell, "kepercayaan masyarakat" perlu aga. Oleh karena itu pula, katanya," Danareksa memilih betul perusahaan yang baik untuk dijamin mempublik." Dengan sukses Cibinong di Pasar Modal, mulai terdorong keras kalangan perusahaan untuk mempublik. Berangsur hilang sudah kebimbangan tentang animo masyarakat membeli saham. Kebimbangan itu beralasan karena masyarakat selama ini memilih deposito berjangka dan tabanas tanpa risiko. Ternyata cukup besar jumlah penggemar Pasar Modal meskipun dengan risiko. Tapi perusahaan manakah, kalau ada, yang menyusul sesudah Cibinong dalam masa dekat ini? Sereh membayangkan kemungkinan kuat muncul satu PMDN dan satu lagi PMA. Tidak disebutnya identitas calon perusahaan itu. Tapi sudah santer suara bahwa PT Bogasad, salah satu di antaranya, mulai kasakkusuk membuka jalan ke Bapepam. Kelompok Sudono Salim (d/h Lim Swie Liong) berpengaruh di Bogasari yang memproses gandum dan menjual terigu itu. Salim yang ini kebetulan mempunyai andil besar di PT Multinational Finance Corporation, suatu lembaga keuangan non-bank, yang kiranya bisa menjamin emisi Bogasari. Dana reksa besar kemungkinan turut pulamenjaminnya, mengingat komoditi te1igU selalu kuat di pasaran lokal. (Lihat Kapan Lag, Bogasari). Sama dengan Cibinong, Bogasari berllasrat mempublik bukanlah terutama sekali karena soal mencari modal. Motiinya bisa diduga untuk kepentingan penjualam. Dengan mempublik, pasti publisitas tentang Bogasari otomatis meningkat tanpa biaya mahal. Publisitas yang menguntungkan akan membantu meningkatkan pemasarannya. Tapi mungkin pula karena ada tekanan halus lari pemerintah pada Bogasari. Tekanan itu pernah dirasakan Cibinong, berhubung kewajibannya mengalihkan 5% lagi dari keseluruhan sahamnya ke tangan Indonesia sebagai prasyarat untuk izin pemerintah bagi program pengluasan kapasitas produksi pabriknya lari 500.000 ton ke 1,2 juta ton semen setahun. Tanggal pengalihan 5% itu kebetulan jatuh sekitar September ini, hingga Cibinong baru-baru ini memilih lebih baik kalau mempublik saja. Tapi Cibinong juga memperoleh keantungan sampingan, yang pasti sudah diharapkannya pula, yaitu publisitas. Masyarakat kini jadi mengetahui tenang semen Cap Kujang dari Cibinong, selama ini banyak orang cuma mendengar merek "tiga roda" dari Indocement yang pabriknya bertetangga dengan PT Semen Cibinong. Indocement, investasi modal Taiwan sudah mempunyai kapasitas produksi satu juta ton. Karung "tiga roda" banyak dijumpai di warung pengecer Jawa Barat dan DKI. Sekarang Cap Kujang sering tak kelihatan di warung, karena produksi PT Semen Cibinong cepat habis. Malah banyak truk dari distributornya selalu harus antri untuk langsung menampung karung-karung semen yang baru meluncur dari bagian pengantongan. Tapi bila produksinya meninngkat dua kali lipat mulai 1978 dengan selesainya ekspansi pabrik akhir tahun , maka Cibinong pasti akan tidak bisa santai lagi menjual. Bahwa Cihinong dianggap akan bisa menyelesaikan penluasan pabriknya pada waktunya, kini timbuI optimisme di kalangan kelompok pemegang saham bahwa perusallaan akan mampu memberi dividen pertama pada April 198. Danareksa, kata Sereh, "berusaha sekali supaya dividen itu bisa segera dikecap masyarakat." Dividen adalah daya-tarik untuk membuat kurs saham supaya tidak merosot. Prospektus Cibinong tidak menyebutkan sesuatu tanggal kapan dividen akan diberikan Tapi mungkin saja itu dilakukan bila kreditor mengizinkan, denan catatan: Jika pengluasan pabrik selesai dan dicapai tingkat operasi tertentu. Semua "jika" itu kelihatan akan bisa dipenuhi. Malah pihak asing yang memegang blok saham besar, seperti Gypsum Carrier Inc - anak perusahaan dari Kaiser Cement & Gypsum Corporation (42,84) dan International Finance Corporation & Participants (12,92%) - cabang usaha dari Bank Dunia, juga menginginkan dividen April nanti. Utusan dari IFC berbicara dengan Sereh baru-baru ini tentang hal tersebut. Dengan kata lain, Bank Dunia pun merestui. Sementara itu Cypsum mendapat jaminan dana dari bankirnya guna memungkinkan dividen. Berapakah dividen Cibinong? Ini tergantung pada keputusan rapat pemegang saham. Kalau biasanya selama ini rapat itu diadakan di ruangan kecil, menurut sekretaris dan manajer keuangan M. Rachman Mohammad (32) dari Cibinong, "mungkin nanti di Balai Sidang Senayan. Kita akan ramai-ramai. PT Semen Cibinong merasa senang sekali dengan perkembangan ini." Kalau membeli sertifikat Danareksa, anda tidak akan bisa ikut ke sana. Tapi jika memiliki minimal 25 saham aslinya bisa]ah anda menghadiri rapat itu. Karyawan Cibinong yang berkelompok membeli 3000 saham akan berhak pertama kali menghadirinya. Sejak 10 Agustus hal ini selalu hangat dibicarakan mereka. "Bayangkan, tak pernah ini dulu terbayang," kata seorang insinyur di pabrik Cibinong. Mungkin dividen pertama ini tidak besar tapi, menurut manajer Rachman, "diperkirakan akan lebih dari sukubunga Tabanas." Jumlah dividen bukan soal sekarang ini. Terutama jadi soal bagi pemerintah tentunya, ialah berapa lama lagi saham Cibinong bisa mendapat teman di bursa. Jika Cibinong sendiri terus-terusan, dikuatirkan trading di bursa menjemukan. Bisnis pialang saham, kata Presdir Soetan Sjahsam dari PT Perdanas yang jadi anggota bursa, "akan bergairah bila sedikitnya ada lima macam diperdagangkan." Dirut Oey Beng To dari PT Ficorinvest, suatu lembaga keuangan non-bank mengatakan "langkah semen Cibinong pasti akan banyak diikuti perusahaan lain. Tapi itu tidak mudah. Memerlukan waktu. Mereka (asing) harus berembuk dulu dengan induk perusahaan mereka di luar negeri." Ada juga perusahaan kecil milik pengusaha nasional berminat dan mendekati PT Ficorinvest. "Sebenarnya (milik nasional) ini masih belum memenuhi persyaratan untuk go public," kata Oey lagi, "namun saya sedang selidiki kemungkinannya." Sementara menunggu pendatang baru, menjadi pertanyaan pula apakah Danareksa mampu seterusnya merem spekulasi di bursa. Menjelang pemasaran kedua dibuka I September, emisi pertama (57O dari keseluruhan 3,3 juta lembar saham Cibinong) yang diperdagangkan sudah dua-pertiga terjual. Sisanya diduga akan cepat laku dan lepas dari persediaan Danareksa. Maka ada kemungkinan kursnya menanjak keras. Lantas nasehat pialang berpengalaman minggu ini: Spekulasi sih boleh, tapi pakailah perhitungan. Sereh sendiri, yang berkantor hanya 50 meter saja jauhnya dari ruang bursa, kelihatan tetap tenang. Jika kurs naik secara wajar, diduga Danareksa akan rela. Tapi jika ada gejala spekulasi, menurut Sereh, Danareksa masih punya cadangan 81.510 (2,28% dari keseluruhan saham Cibinong) yang dibelinya langsung dari Private Investment Company for Asia (PICA) SA. Cadangan itu, katanya lagi, "akan dilepas sebagai emisi kedua" setiap waktu diperlukan. PICA menjual bagiannya dengan harga sama - pari - ketika Cibinong mulai mempublik. Karena dasar bisnisnya adalah jual-beli uang, PICA rupanya melihat, untuk meminjam ucapan Presdir K.W. Johnson dari (penjamin) PT Inter-Pacific Financial Corporation, "misinya di Cibinong sudah selesai." Bamerical International Financial Corporation, memiliki 1,96% dari keseluruhan saham Cibinong, juga sudah menyatakan niat untuk menjual bagiannya, mungkin menjelang akhir tahun ini. Kini ia menunggu kurs lebih tinggi. Maka Sereh tambah tak kuatir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus