Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Bulog sulit memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah 1,2 juta ton.
Petani menahan stok gabah hasil panen karena menunggu harga yang optimal.
India mulai melarang ekspor beras demi kebutuhan dalam negeri.
LANTARAN terjebak di posisi sulit, Budi Sultika terpaksa berakrobat. Kepala Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Kantor Cabang Cirebon ini membeli beras medium secara komersial demi memenuhi perintah menyerap hasil panen para petani ataupun mitra di tengah harga gabah yang makin tinggi dan pasokannya makin sulit didapatkan. Kini Bulog Cirebon membeli beras komersial medium yang kadar patahnya 18 persen seharga Rp 9.700 per kilogram. “Serapannya sudah mencapai 12.615 ton,” katanya pada Jumat, 2 Desember lalu.
Menurut Budi, Bulog tak bisa membeli beras dengan harga pembelian pemerintah (HPP). HPP untuk beras medium public service obligation (PSO) adalah Rp 8.300 per kilogram. Dia mengatakan terakhir kali penyerapan beras medium PSO berlangsung pada Agustus lalu. Setelah Bulog Cirebon membeli beras medium komersial, stoknya mencapai 29.506 ton. Stok tersebut tersimpan di sepuluh gudang yang tersebar di Kota dan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, serta Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Dengan stok tersebut, Budi menjamin kebutuhan beras bisa tercukupi sampai musim panen rendeng tiba, Maret-April tahun depan. Bahkan, dia menambahkan, Bulog Cirebon sudah mengirim 40 ribu ton beras ke wilayah lain, seperti Aceh, Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara, Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo