Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bagaimana Bank Sentral di Berbagai Negara Meninggalkan Dolar dan Beralih ke Emas?

Pembelian emas oleh bank sentral di beberapa negara mencatatkan tren tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2022 dan 2023.

20 Maret 2025 | 16.16 WIB

Batangan emas murni 99,99 persen di pabrik Krastvetmet, di kota Krasnoyarsk Siberia, Rusia, 22 September 2017. Pabrik ini merupakan salah satu produsen terbesar logam mulia terbesar di dunia. REUTERS/Ilya Naymushin
Perbesar
Batangan emas murni 99,99 persen di pabrik Krastvetmet, di kota Krasnoyarsk Siberia, Rusia, 22 September 2017. Pabrik ini merupakan salah satu produsen terbesar logam mulia terbesar di dunia. REUTERS/Ilya Naymushin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Emas Dunia atau World Gold Council (WGC) mencatat bank sentral di berbagai negara telah memborong 1.037 ton emas pada 2023. Angka tersebut menjadi pembelian tahunan tertinggi kedua dalam sejarah, menyusul rekor tertinggi sebesar 1.082 ton pada 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir laman Asosiasi Pasar Emas Singapura (SBMA), bank sentral Cina muncul sebagai pembeli emas terbesar pada 2023, dengan menambah 155 ton ke dalam cadangannya. Bank sentral Polandia atau Narodowy Bank Polski (NBP) dan bank sentral Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) menyusul dengan masing-masing 86 ton dan 75 ton. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berdasarkan survei Cadangan Emas Bank Sentral (CBGR) yang diselenggarakan pada 19 Februari dan 30 April 2024, 29 persen responden dari total 70 bank sentral di dunia berencana meningkatkan cadangan emas dalam 12 bulan ke depan. Lantas, bagaimana bank sentral mulai meninggalkan dolar AS sebagai cadangan devisa dan memilih emas? 

Bank Sentral Cina Tambah 10 Ton Emas pada Desember 2024

Bank sentral Cina atau People’s Bank of China (PBoC) mengumumkan penambahan 10 ton emas pada Desember 2024, menjadi pembelian bulanan kedua berturut-turut sejak November. Hal tersebut mendorong kepemilikan emas seberat 2.280 ton, 5,5 persen dari total cadangan devisa, dan 44 ton lebih tinggi dari level akhir tahun 2023. 

Penambahan emas bank sentral Cina pada Desember 2024 itu sekitar 4,5 miliar yuan (US$ 635 juta), yang mendorong total aset dalam pengelolaan atau asset under management (AUM) menjadi 71 miliar yuan (US$ 9,7 miliar). Angka tersebut menjadi rekor tertinggi yang pernah tercatat. 

Permintaan investor terhadap dana yang diperdagangkan di bursa atau ETF (exchange-traded fund) emas melonjak menjadi 31 miliar yuan (US$ 4,4 miliar) pada 2024. Total AUM ETF emas Cina pun melonjak sebesar 150 persen di tahun yang sama. 

Menurut USAGold, pembelian emas kembali oleh PboC didasari oleh beberapa alasan. Pertama, komitmen Cina yang berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungannya pada dolar Amerika Serikat dan memperkuat stabilitas keuangan. Dengan meningkatkan cadangan emas, Cina ingin melindungi diri dari risiko ekonomi dan fluktuasi mata uang. 

Kedua, langkah itu berpotensi mendukung harga emas di pasar global, karena permintaan Cina terhadap logam mulia dapat mendorong bank-bank sentral dan investor lain untuk mengikuti jejaknya. 

Mengapa Bank Sentral Mengakuisisi Banyak Emas?

Menurut Kepala Asia-Pasifik (kecuali Cina) dan Kepala Bank Sentral Global WGC Shaokai Fan, tren global yang signifikan mendorong peralihan skala besar menuju emas. Pemulihan ekonomi yang lemah dan tidak merata telah menambah ketidakpastian pada prospek ekonomi makro global. 

Lanskap yang tidak pasti itu mendorong beberapa bank sentral untuk menemukan aset yang kurang berkorelasi guna mengurangi risiko portofolio secara keseluruhan. Perilaku keuangan emas yang cenderung berkinerja baik selama masa tekanan pasar, kemungkinan menjadi faktor pertimbangan bagi bank sentral. 

“Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 kembali menghidupkan kemungkinan yang dulunya jauh bagi dua negara Eropa untuk terlibat dalam konflik bersenjata,” kata Shaokai dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip dari situs SBMA. 

Menurut dia, emas telah menunjukkan ketahanannya sebagai aset safe haven selama masa-masa terendah. Emas menguat selama invasi Rusia ke Ukraina, dan setelah serangan Hamas terhadap Israel. Harga emas relatif kuat, sehingga bank sentral mulai beralih ke logam mulia, karena kenyataan mendasar bahwa dunia menjadi lebih tidak pasti.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus