Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Analis memproyeksi harga emas masih akan terus naik meski terbatas. Ada sejumlah catatan penting dari kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga situasi geopolitik global yang akan mempengaruhi kondisi harga emas ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Jumat, 4 Oktober 2024, harga emas PT Aneka Tambang atau emas Antam berada di level Rp1.471.000 per gram. Naik Rp2000 per gram dari hari sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Analis mata uang dan komoditas, Lukman Leongarga memproyeksi kondisi geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina masih jadi stimulus positif bagi perkembangan harga emas. Selain itu, pemangkasan suku bunga “jumbo” dari Bank Sentral AS atau The Fed beberapa waktu lalu, ditambah stimulus ekonomi dari China, diprediksi jadi indikator penguat lainnya.
“Akhir tahun emas idealnya berkisar US$2800 dengan potensi mencapai US$3000 per ons apabila situasi geopolitik memburuk,” kata Lukman kepada Tempo, Jumat, 4 Oktober 2024.
Sementara itu, analis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha menilai dari segi teknikal, emas memiliki potensi naik meski sempat bergerak melemah pada Kamis, 3 Oktober 2024. Harga emas kemarin terpantau diperdagangkan di kisaran US$2.640 per troy ons. Harga ini berada di bawah rekor tertinggi US$2.685 yang diraih minggu lalu, menunjukkan adanya tekanan jual yang masih mendominasi pasar.
Nugraha juga melihat langkah The Fed dalam menurunkan suku bunga jadi sentiment menarik bagi pasar emas. Menurutnya, dengan suku bunga yang cenderung lebih rendah secara global, emas tetap dipandang sebagai instrumen investasi yang menarik bagi mereka yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa kenaikan harga emas mungkin tetap terbatas karena pasar masih mencermati arah kebijakan moneter AS. Data ekonomi yang kuat, seperti Indeks Manajer Pembelian (IMP) Jasa ISM AS yang naik dari 51,5 pada Agustus menjadi 54,9 pada September, mengisyaratkan bahwa sektor jasa di AS terus tumbuh dan ekonomi masih dalam kondisi baik.
“Hal ini akan mempersulit The Fed untuk terus menurunkan suku bunga secara agresif, yang berarti tekanan pada emas bisa bertahan dalam jangka pendek,” kata dia.
Kendati begitu, menurutnya emas saat ini diperdagangkan dalam kisaran yang cukup sempit di tengah ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Dengan adanya support dari aliran safe haven dan tren penurunan suku bunga global, emas masih memiliki potensi untuk mempertahankan daya tariknya.