Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA – Pemerintah terus mencari akal untuk memperkuat penyerapan hasil panen tandan buah segar (TBS) sawit di dalam negeri. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alamsyah, membenarkan penyerapan minyak sawit mentah (CPO) ke program biodiesel menjadi salah satu opsi utama untuk tujuan tersebut. Implementasi biodiesel campuran minyak sawit 35 persen (B35) membutuhkan asupan CPO, yang berarti searah dengan dorongan penyerapan TBS petani.
“Yang penting, tetap memperhitungkan pemasukan pungutan ekspor ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) agar arus kasnya terjaga,” ucapnya melalui jawaban tertulis kepada Tempo, kemarin.
Mandeknya penyerapan TBS di dalam negeri belakangan kembali mencuat karena pemberitaan soal sekelompok petani yang menjual TBS sawit ke Malaysia. Harga TBS yang anjlok di Indonesia memaksa pemanen sawit berdagang ke negeri jiran yang bisa membayar lima kali lipat lebih mahal. Di daerah perbatasan, petani bahkan kucing-kucingan menjual TBS di jalur gelap.
Harga sawit petani sudah menukik jatuh sejak penutupan keran ekspor CPO, termasuk produk turunannya, oleh pemerintah Indonesia pada akhir April 2022. Nilai TBS merosot dari sekitar Rp 3.500 per kilogram menjadi rata-rata Rp 1.000 per kilogram. Per 6 Juli lalu, data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menunjukkan harga TBS petani swadaya di 22 provinsi hanya Rp 500-900 per kilogram. Sedangkan di petani plasma sebesar Rp 800-1.250 per kilogram. Kondisi itu diperparah oleh penuhnya tangki penimbunan stok CPO sehingga pabrikan menahan pembelian baru.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo