Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kebut penyelesaian pembangunan 61 bendungan hingga 2024 untuk tambahan pasokan air irigasi lahan pertanian di seluruh Indonesia. Dengan tambahan suplai air tersebut, Indonesia akan memenuhi ketahanan pangan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air telah meningkatkan indeks pertanaman, sehingga hasil produksi beras secara nasional juga meningkat," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis Sabtu, 18 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam tiga tahun terakhir, kata dia, Indonesia surplus beras sekitar 3 juta ton dan tidak impor beras lagi.
“(Kehadiran bendungan) meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang sekarang ini rata-rata nasional BPS sebesar 147 persen dengan air irigasi dari 231 bendungan. Dengan adanya tambahan 61 bendungan bisa kita naikkan IP menjadi 200 persen,” ujarnya.
Menteri Basuki berharap tambahan 29 bendungan yang sudah tuntas dan 32 bendungan yang masih dalam proyek pembangunan dapat meningkatkan indeks pertanaman menjadi 200 persen.
Dengan demikian produksi beras nasional dapat mencapai 40 juta ton pada tahun 2045 dan Indonesia bisa surplus beras hingga 10 juta ton.
Salah satu bendungan yang dibangun (2015-2020) adalah Bendungan Sindangheula berlokasi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten dengan biaya Rp 458,9 miliar dan telah diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada 4 Maret 2021.
Bendungan Sindangheula memiliki kapasitas tampung 9,3 juta m3 dengan manfaat irigasi 1.289 ha, air baku 800 liter per detik, dan potensi pembangkit listrik 0,4 MW.
Kejar Indeks Tanam dengan Irigasi
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan, pemerintah melakukan dua strategi utama, yakni meningkatkan konversi padi ke beras dan meningkatkan indeks pertanaman.
"Hingga 2015, layanan air irigasi dari 231 bendungan mencapai 10,6 persen (761 ribu ha). Dengan tambahan 61 bendungan pada 2024 maka layanan air irigasi dari 292 bendungan akan mencapai 19,3 persen (1,4 juta ha sawah irigasi)," kata Endra.
Untuk meningkatkan indeks pertanaman/IP, Endra menyebutkan Kementerian PUPR juga melakukan pekerjaan rehabilitasi 3,02 juta ha jaringan irigasi dan pembangunan 1,01 juta ha jaringan irigasi baru.
Endra mengatakan untuk mengantisipasi krisis pangan global, Indonesia akan memfokuskan pada tujuh komoditas pangan utama yaitu Beras, Jagung, Kedelai, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai, dan Sorgum.
Saat ini tengah dikembangkan beberapa sentra produksi tanaman pangan melalui pengembangan Food Estate, yakni di Sumatera Utara (Humbang Hasundutan) dengan target luasan 20.000 ha dengan komoditas bawang merah dan bawang putih, dan Kalimantan Tengah (Kapuas) dengan target luasan 29 ribu ha dengan komoditas utama padi dan jagung.
Selain itu juga ada di Nusa Tenggara Timur (Sumba Tengah, Belu, Waingapu) dengan target luasan 10.000 ha dengan komoditas padi, jagung, dan sorgum khususnya di Waingapu), di Papua (Merauke dan Keerom/Jayapura) dengan target luasan 210 ribu ha di Merauke untuk komoditas padi dan 3 ribu ha di Kabupaten Keerom/Jayapura untuk komoditas jagung, dan di Sulawesi Tengah (Donggala) dengan target luasan 15.000 ha, untuk komoditas jagung dan kedelai.
HENDARTYO HANGGI
Baca: Menteri PUPR Ingatkan Masalah Enceng Gondok ke Pengelola Bendungan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini