UNTUK mengikat calon penabung, ternyata, tak hanya dengan mengiming-iming suku bunga tinggi. Bank Dagang Bali kini berusaha memikat penabung dengan serentetan hadiah rumah, mobil, motor, atau sejumlah uang dan barang menarik lainnya. Cara itu, ternyata, berhasil menarik orang-orang desa berduyun-duyun memenuhi loket bank. Hal tersebut agaknya dapat dilihat dari catatan Bank Indonesia wilayah Denpasar. Sampai September lalu, dari keseluruhan tabungan Rp 65,543 milyar (yang dihimpun 17 bank pemerintah dan 58 bank swasta), Rp 17 milyar disedot Bank Dagang Bali (BDB) tersebut. Bank swasta yang menduduki peringkat utama di Pulau Dewata itu, sejak masa awal berdirinya Februari 1971, memang sudah merintis tabungan berhadiah itu. Kala itu, ujar Dirut BDB I Gusti Made Oka, orang lagi ramai membeli undian loto, sejenis undian porkas yang mempertaruhkan nasib. Padahal, menurut Oka, mempertaruhkan uang hasil bekerja mati-matian seperti itu, "Kalau tak dapat, 'kan rugi." Karena itu, dengan maksud dapat menarik uang para buruh itu, sekalian meredam kebiasaan buruknya, Oka membuka tabungan dengan hadiah Rp 10 ribu. Undian dengan versi lain itu berlaku -- umum sampai sekarang -- bagi setiap nasabah yang memiliki simpanan minimal Rp 1.000. Misalnya si Wayan memiliki tabungan Rp 2.000, ia akan mendapat 2 nomor undian. Pada putaran tahun pertama undian berhadiah itu, BDB berhasil menyerap tabungan sampai Rp 720.000. Pada tahun berikutnya, hadiah pun secara bertahap ditingkatkan dalam bentuk radio, sepeda, mesin jahit, dan televisi. Sejak 1973 BDB menyediakan hadiah motor Honda 90 cc, dengan frekuensi penarikan empat kali dalam setahun. Selanjutnya, pada 1980, penarikan menjadi 12 kali dengan hadiah Vespa. Nilai hadiah semakin menggiurkan, ketika mobil mulai diundikan pada 1981, dengan penarikan dua kali setahun. Dan sekarang, dengan nilai tabungan yang terhimpun mencapai Rp 17 milyar dari 172.729 penabung, hadiahnya jadi semakin tinggi nilainya: rumah seharga Rp 10 juta untuk setiap penarikan enam bulan sekali. Cara BDB memikat penabung itu memang semula menimbulkan kekhawatiran akan menakibatkan biaya uang menjadi semakin tinggi. Sebab, katanya, hadiah-hadiah itu akan semakin membebani biaya perusahaan. Ternyata, walau dengan suku tabungan 1% dan bunga kredit 1,5%, BDB -- bank pertama yang mengoperasikan mesin teller otomatis (automatic teller machine) agar bisa melayani setiap nasabahnya tidak lebih dari satu menit -- tetap menjadi rebutan sekitar 4.000 pengantre untuk menabungkan uangnya sekitar Rp 100 juta lebih setiap harinya. Bahkan, bisnis hadiah tabungan itu, ternyata, bisa pula menggoda bankir lainnya untuk mencoba cara serupa. "Sejalan dengan kebijaksanaan memobilisasikan dana, tabungan berhadiah itu positif," demikian dukungan yang dilontarkan H.J. Soeprobo Soetoyo, Wakil Pemimpin Bank Indonesia di Denpasar, kepada Supriyantho Khafid dari TEMPO. Dikatakan positif, kata Soeprobo lebih lanjut, karena dana yang dihimpun dari masyarakat itu digunakan kembali untuk masyarakat sebagai kredit. Dan bila diukur antara dana yang terhimpun dengan jumlah penabung, kata pejabat BI itu, para pemilik dana itu bukan golongan hartawan. Tapi undian yang diselenggarakan dalam menabung itu setidaknya akan mampu meredam, misalnya, bentuk undian untung-untungan seperti ekses yang ditimbulkan oleh undian semacam Porkas sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini