Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Eropa memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin. Kenaikan suku bunga ini untuk meredam laju inflasi dan menghadapi prospek pertumbuhan ekonomi yang kian suram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis, 8 September 2022, European Central Bank (ECB) resmi mengerek suku bunga deposito sebesar 0,75 persen menjadi 1,25 persen. Untuk suku bunga pinjaman overnight dinaikkan menjadi 1,5 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kenaikan suku bunga yang cukup besar itu adalah langkah pengetatan moneter yang pertama kali dilakukan bank sentral tersebut. Langkah itu juga makin menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran karena tekanan inflasi di zona euro yang semakin meluas.
Namun keputusan Bank Sentral Eropa itu sudah diperkirakan sejumlah analis pasar. Hal ini terlhat dari bagaimana kurs Euro melemah, berbalik usai pengumuman ECB.
Sementara investor pasar uang memperkirakan pengetatan moneter bakal terjadi lebih lanjut. Langkah agresif itu kian menunjukkan bahwa langkah ECB senada dengan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed).
Selanjutnya: "Akan memastikan inflasi turun ke target menengah 2 persen."
The Fed sebelumnya diperkirakan bakal kembali menaikkan suku bunganya dengan besaran yang sama pada bulan ini. "Langkah besar ini mendorong transisi dari tingkat kebijakan yang sangat akomodatif yang berlaku ke tingkat yang akan memastikan inflasi turun tepat waktu ke target jangka menengah 2 persen ECB," kata pejabat ECB di Frankfurt dalam sebuah pernyataan.
Kalangan analis meresponsnya dengan meningkatkan prospek inflasi tahun ini dan tahun depan. Mereka juga memangkas perkiraan ekspansi ekonomi pada tahun 2023.
Hal ini karena kebijakan ECB yang hawkish masih memiliki inisiatif di antara Dewan Kebijakan bank sentral yang beranggotakan 25 orang, didorong oleh kenaikan inflasi bulan lalu yang mencapai 9,1 persen. Laju inflasi tersebut empat kali lipat dari target.
Adapun kenaikan suku bunga acuan ini disebut-sebut tidak mungkin menekan harga energi yang melonjak. Artinya harga energi masih akan berpotensi lebih buruk pada masa yang akan datang setelah Rusia menghentikan pasokan gas alam melalui pipa Nord Stream.
BISNIS
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.