Baucau dan turis a'lia

TAK ada lagi desingan peluru di Timor Timur. Alam provinsi itu -- kawasan yang belum tersentuh tangan manusia -- sekarang ditawarkan untuk wisata. Di antaranya pegunungan elok Maubisse dan Tatamai Lau, dua jam perjalanan dari Dilli. Kecuali alamnya, ada budaya setempat (dari karya tenun sampai tarian) yang cukup menawan. Pada pembukaan Indo Tourism '90 di Jakarta awal pekan ini, Menteri Perhubungan Azwar Anas tampak begitu antusias dan optimistis akan bisnis wisata Timor Timur. Kata Azwar, mulai tahun depan bandar udara Baucau di provinsi itu akan dibuka sebagai bandar udara internasional. Sasaran utamanya adalah pesawat pengangkut turis dari Selandia Baru dan Australia. Diperkirakan jumlah turis meningkat pesat, hingga perlu pintu-pintu baru, agar turis tidak terhalang untuk datang. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Tim-Tim, Thomas Carreia, pemda menargetkan pendapatan sedikitnya Rp 1 milyar. Dan ini kalau jumlah turis mencapai 2.000 orang. Tapi kok Rp 1 milyar? Angka ini diperoleh dengan kalkulasi bahwa tiap turis akan tinggal selama tujuh hari di provinsi itu, dengan pengeluaran rata-rata US$ 50/ hari. Lalu, pada 1993 -- dua tahun sesudah Visit Indonesia Year 1991 -- ketika pelbagai sarana serta perlengkapan bandara sudah lebih memadai Thomas malah memperkirakan daerahnya akan mampu menyedot devisa Rp 8 milyar. Ini kalau turis yang datang bisa mencapai 20.000 orang.