AYAT-ayat setan ber~edar di Indonesia? ~Benar. Tapi buku terjemahan yang belum lama ini terbit itu bukan novel Salman Rushdie, melainkan terjemahan dari buku lama, yang terbit pertama kali di Rusia, 1905, dan waktu itu segera habis secara misterius. Kontroversi isi buku itulah rupanya yang membuat buku ini menarik perhatian, dan kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, sejak pertama kali terbit itu. Isinya, tentang sikap dan keyakinan orang Yahudi, bahwa mereka dilahirkan untuk menguasai dunia dengan segala cara (mungkin karena inilah terjemahan Indonesianya berjudul Ayat-Ayat Setan Yahudi). Adapun letak kontroversinya, buku tersebut oleh sementara Yahudi dan beberapa pihak dikatakan palsu, oleh pihak-pihak lain, umpamanya oleh para cendekiawan Arab, dianggap asli. Soal asli dan palsu itu memang penting dalam hal buku yang di Indonesia dalam empat bulan terakhir laku 4.000 eksemplar -- termasuk cepat laku untuk ukuran buku Indonesia. Bila buku itu asli, benar-benar mencerminkan keyakinan Yahudi, tak bisa tidak itu membuktikan bahwa rahasia Yahudi telah bocor. Bila itu palsu, itulah cara memojokkan kaum Yahudi lewat penyebaran informasi secara luas -- dua-duanya tak menguntungkan Yahudi. Penerbitan pertamanya yang cepat habis di Rusia itu misalnya, ada yang menduga karena diborong oleh orang-orang Yahudi sendiri. Sebab, itu tadi, bila palsu, dianggap memojokkan mereka bila itu asli, dinilai membocorkan "rahasia ajaran". Penulis buku itu, Profesor Sergay Niloss, seorang pendeta Gereja Ortodoks di Rusia tentu saja berpendapat bahwa isi bukunya sesuai benar dengan keyakinan Yahudi. Kata Niloss, bukunya didasarkan atas 24 ayat pernyataan para tetua Yahudi yang bersi~dang di Basel, Swiss, pada 1897. Yakni ayat-ayat yang, sudah disebutkan, merupakan rumusan sikap dan keyakinan Yahudi terhadap dunia ini. Sementara itu, kebanyakan Yahudi membantah. Kata mereka, dokumen yang dibukukan itu hasil ciptaan orang-orang yang membenci Yaudi. Roger Garaudy, seorang filsuf Prancis yang masih hidup, dalam bukunya Israel: Dan Praktek-Praktek Zionisme, mengatakan buku itu merupakan pemalsuan besar yang dilakukan oleh polisi Rusia setelah Kongres Zionis Dunia di Basel pada 1897. Encyclopedia Britannica jelas-jelas menyebut dokumen itu palsu. Ensiklopedi yang diakui dunia itu menulis, konperensi di Basel itu dipimpin oleh Theodor Hertzl, seoran~ wartawan Austria. Disepakat bahwa hasil pertemuan hanya boleh dipegang, ditelaah, ata~u diterapkan oleh mereka yan~g dianggap bijaksana. Tapi, entah bagaimana, sebagian dokumen jatuh ke tangan seorang wanita Prancis yang juga seorang tokoh zionis. Ia kirimkan naskah itu pada seorang temannya, Alex Nikola Nivieh, ketua penyelidik Kekaisaran Rusia Timur. Dan akhirnya dokumen asli itu jatuh ke tangan Sergay Niloss yang menerbitkannya dalam bahasa Rusia pada 1905. Karya Niloss ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Italia, dan lain-lain, ~termasuk Arab. "Anehnya, buku-buku itu (terjemahannya dalam berbagai bahasa Barat) lenyap seketika dengan cara luar biasa," kata Prof. Muhammad Khalifah at-Tunsi dalam pengantar terjemahan bahasa Arabnya. Prof. Khalifah membagi 24 ayat tersebut dalam dua bagian besar. Sepuluh ayat pertama membahas kedudukan bangsa Yahudi dalam dunia sebelum tujuan mereka dirumuskan. Bagian kedua, ayat yang tersisa, membuat kedudukan ~bangsa Yahudi sesudah menjadi bangsa yang berkuasa. Masalahnya kini, apakah buku itu, yang dalam bahasa Inggris berjudul The Protocol~ of Learned Elderly of Zion, sesuai dengan hasil Kongres Yahudi Sedunia, atau tidak. Ini tak mudah dilakukan. Gerald Smith, seorang penulis, membuktikannya melalui artikelnya yang dimuat pada majalah The Dearborn Independent milik Henry Ford. Dalam buku kumpulan artikelnya ini (Yahudi-Zionis Kapitalis) Smith, misalnya, membandingkan ucapan Benjamin Disraeli dengan watak bangsa Yahudi yang tertera dalam buku itu. Disraeli (1804-1881), seorang Yahudi yang pernah menjadi Perdana Menteri Inggris, meng~atakan. "Anda tidak akan dapat melihat suatu gerakan besar kaum intelektual di Eropa tanpa orang Yahudi. Orang pertama selalu Yahudi. Diplomasi Rusia yang misterius yang telah menggemparkan Eropa Barat diorganisasikan dan dilakukan terutama oleh orang Yahudi." Sebenarnya, pembuktian Smith tak cukup kuat. Bisa jadi memang rata-rata Yahudi punya perasaan superior, sebagaimana Disraeli. Tapi itu tak secara langsung membuktikan palsu tidaknya dokumen yang dibukukan oleh Niloss. Apalagi kalau ternyata Disraeli tak mewakili kebanyakan orang Yahudi. Satu yang jelas, usaha menerbitkan buku ini di kalangan dunia Islam begitu gencar. Jauh sebelum buku ini diterbitkan di Indonesia, di Mesir atau negara-negara Timur Tengah lainnya, buku ini sangat laris, dan mengalami cetak ulang berkali-kali. Bisa jadi karena mereka melihat perkembangan dunia sepintas sama dengan yang diniatkan oleh buku itu: sepertinya Yahudi kini berkuasa di mana-mana -- di dunia film, media massa, perdagangan, perbankan, politik. Julizar Kasiri, Dja'afar Bushiri (Mesir)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini