Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bebas Visa Kunjungan 159 Negara Disetop, Ekonom Ungkap Dampaknya

Ekonom Indef, Nailul Huda, mengungkapkan dampak ekonomi terhadap disetopnya Bebas Visa Kunjungan terhadap 159 negara.

29 Juni 2023 | 06.35 WIB

Sejumlah penumpang pesawat mengantre di loket imigrasi saat tiba di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Supadio di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis 6 Februari 2020. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menginstruksikan kepada jajaran Imigrasi, Kesehatan Pelabuhan, Bea Cukai dan Karantina setempat untuk melarang masuknya turis dari negara China, tidak memperbolehkan pekerja asing untuk kembali ke negara mereka yang sedang terjadi kasus virus Corona dan melarang warga untuk berkunjung ke China guna mengantisipasi masuknya virus Corona di wilayah Kalimantan Barat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Perbesar
Sejumlah penumpang pesawat mengantre di loket imigrasi saat tiba di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Supadio di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis 6 Februari 2020. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menginstruksikan kepada jajaran Imigrasi, Kesehatan Pelabuhan, Bea Cukai dan Karantina setempat untuk melarang masuknya turis dari negara China, tidak memperbolehkan pekerja asing untuk kembali ke negara mereka yang sedang terjadi kasus virus Corona dan melarang warga untuk berkunjung ke China guna mengantisipasi masuknya virus Corona di wilayah Kalimantan Barat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengungkapkan dampak ekonomi terhadap disetopnya Bebas Visa Kunjungan (BVK) terhadap 159 negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Jadi secara ekonomi, hal tersebut tentu ada dampak negatif karena turis asing akan sulit untuk masuk ke Indonesia," ujar Nailul lewat keterangannya, Rabu, 28 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampaknya, kata dia, bisa ke perlambatan sektor pariwisata dimana akan terjadi penurunan jumlah wisatawan mancanegara atau wisman. "Hotel, restoran, dan penunjang pariwisata akan terkena dampak negatif," ungkap Nailul.

Namun, Nailul menilai kebijakan pencabutan bebas visa kunjungan itu juga bisa menyortir wisman yang bermasalah. "Kan akhir-akhir ini sering ada masalah dengan wisman, maka tindakan evaluasi pencabutan bebas visa perlu dikaji," tutur dia.

Berbeda dengan Nailul, pengamat pariwisata, Azril Azahari, menilai disetopnya bebas visa kunjungan terhadap 159 negara tidak berdampak signifikan terhadap sektor pariwisata.

"Karena sejak 2020 telah terjadi krisis pandemi Covid-19," kata Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) itu pada Tempo secara tertulis, Rabu.

Dia pun sepakat kebijakan tersebut diberlakukan secara permanen. Menurut dia, wisman yang datang ke Indonesia banyak menimbulkan masalah sosial, ekonomi hingga kriminal.

"Wisman yang datang tidak diseleksi dengan baik," ujar Azril.

Sementara itu, kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyetop izin Bebas Visa Kunjungan bagi 159 negara dilakukan sebagai hasil evaluasi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI No. M.HH-GR.01.07 Tahun 2023 pada 7 Juni 2023.

"Pasti ada evaluasi, dulu kita buka total. Evaluasinya memberikan manfaat kepada negara, ndak? Kalau ndak mesti (dihentikan). Oh, ini ndak, negara ini perlu dibuka atau tutup? Pasti dievaluasi," kata Jokowi di Pasar Parungpung, Gunung Sindur, Jawa Barat, Rabu, 21 Juni 2023.

AMELIA RAHIMA SARI | M JULNIS FIRMANSYAH

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus