Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berbondong Ke Kor-Sel

Berbagai rombongan pengusaha melakukan lobi ke Kor-Sel. Ada pengusaha kontruksi, mebel, kopi, hotel dan biro perjalanan. Perusahaan-perusahaan Kor-Sel memindahkan pabriknya ke negara berkembang.

21 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOTTE Hotel yang termegah di Seoul, Korea Selatan, sepanjang pekan silam praktis didominasi tamu-tamu Indonesia. Pagi-pagi mereka sudah menyerbu Peninsula Coffee Shop, untuk sarapan ala bufet dengan tarif 8.000 won (sekitar Rp 20.500) per orang. Tarif makan malam yang sekitar Rp 60.000 per orang juga tak mencegah mereka untuk bersantap di hotel. Sesudah itu, sampai pukul 02.00 dini hari, mereka meramaikan arena diskotek Le Bistro sehingga memojokkan turis Jepang. Di depan Lotte Hotel, terbentang spanduk besar bertuliskan Welcome to Garuda Indonesia Sales Mission. Garuda, yang baru saja membuka rute penerbangan Jakarta-Seoul via Taipei sejak 6 Oktober lalu, pekan silam memang tengah melancarkan kampanye ke Seoul. Delegasi dipimpin manajer Traffic & Sales Garuda, Sutikno, beranggotakan 150 orang, 120 di antaranya adalah pengusaha industri pariwisata (hotel & biro perjalanan). Sebagian besar menyewa kamar Lotte dengan tarif Rp 400.000 per dua orang per malam. Terkesan sangat jor-joran. "Kita harus membuktikan bahwa Indonesia bukan negeri pengemis. Kita sanggup menjamu orang Korea dengan pelayanan istimewa," kata seorang anggota delegasi dari Bali. Misi ini memilih motto "Seoul, we are proud to serve you." Cho Young Kil, Presiden Korea National Tourism Corporation (KNTC), memastikan misi Garuda ke Seoul akan segera memetik hasil. Alasannya: arus turis dan pengusaha Kor-Sel - Indonesia bakal meningkat. Pendapat serupa dikemukakan pula oleh wartawan pariwisata terkemuka diKor-Sel, Jae P. Sho. Basa-basi? Tampaknya, tidak. Soalnya, Kor-Sel, yang berpenduduk 40 juta jiwa itu, kini sudah merupakan negara industri terbesar kedua, setelah Jepang, di Asia. Pendapatan masyarakatnya rata-rata cukup tinggi -- tahun ini diperkirakan sekitar US$ 4.000 per orang. Dan volume ekspornya mulai dari sedotan plastik sampai mobil dan kapal laut -- terus meningkat. Transaksi berjalan (neraca ekspor -- impor barang dan jasa) Kor-Sel sejak 1986 mengalami surplus luar biasa. Tahun silam, surplus transaksi berjalan Kor-Sel ada US$ 14 milyar. Tabungan devisa yang demikian besar. ternyata, membawa dampak lain. Beberapa organisasi buruh, misalnya, menuntut dan bahkan berhasil mendapatkan kenaikan gaji. Inflasi pun menampakkan lonjakannya. Untuk mengurangi tekanan inflasi itu, sejak awal tahun ini Pemerintah Kor-Se] mendorong ekspansi modal ke luar dan memperlonggar impor barang, khususnya dari ASEAN. Kini perusahaan-perusahaan Kor-Sel sibuk melakukan pemindahan pabrik ke negara-negara berkembang, termasuk ASEAN. Selama semester pertama 1989, kabarnya sudah 50 perusahaan yang mengurus pemindahan itu, antara lain ke Indonesia. Momentum ini rupanya dimanfaatkan oleh pengusaha Indonesia. Menurut Dubes RI di Seoul, Letjen. (Mar.) Kahpi Soeriadiredja, berbagai rombongan pengusaha sudah melakukan lobi ke Kor-Sel. Ada pengusaha konstruksi dipimpin Ciputra, ada delegasi mebel dipimpin Bob Hasan. Delegasi kopi (AEKI) juga sudah datang, di samping rombongan industri pariwisata. "Pengusaha, termasuk Garuda, datang kemari tak melapor pada saya. Tapi saya tahu transaksi mereka. Data mereka ada di Bank of Korea," tutur Dubes Kahpi, sambil memperlihatkan buku laporan hubungan ekonomi Indonesia - Kor-Sel. "Kau boleh tahu jika atasan saya di Jakarta sudah baca," kata diplomat Kahpi, yang gaya bicaranya sangat blak-blakan itu. Meningkatnya hubungan ekonomi Indonesia Kor-Sel tentu akan meningkatkan arus angkutan barang, pengusaha, serta turis antara Seoul dan Jakarta. Wajar bila Garuda merencanakan penerbangan Jakarta-Seoul menjadi dua x seminggu mulai April 1990, lalu tiga x seminggu sejak Oktober 1990. Max Wangkar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus