Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Manajemen PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek Indonesia berupaya bertahan pada masa pandemi Covid-19 dengan variasi layanan, di luar ride hailing atau transportasi berbasis aplikasi. Chief Executive Officer (CEO) Gojek, Andre Sulistyo, mengatakan lingkup bisnis perusahaannya akan semakin besar dengan menggandeng PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel. “Kami bisa memperluas kolaborasi strategis,” kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum dikucuri modal baru senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun, Gojek mencatatkan pertumbuhan transaksi hingga US$ 12 miliar atau Rp 170 triliun. Jumlah itu terhitung naik 10 persen dari tahun lalu. Menurut Andre, transaksi meningkat karena aktivitas 38 juta pengguna aplikasi Gojek di seluruh Asia Tenggara, termasuk layanan lain, seperti Gopay.
Pendapatan mitra pengemudi Gojek anjlok akibat pembatasan mobilitas selama masa pandemi Covid-19. Namun Co-CEO Gojek, Kevin Aluwi, mengatakan konsumsi belanja dan pesan antar makanan justru naik. “Kami merespons dan beradaptasi di tengah situasi sulit,” ujarnya.
Manajemen Gojek mencatatkan lonjakan nilai transaksi layanan grocery hingga 500 persen pada tahun ini. Tambahan 400 mitra baru pun membuat ekosistem merchant GoFood tumbuh 80 persen dibanding periode 2019. Aplikasi Gojek kini dipakai di lima negara di Asia Tenggara. Hingga Juni lalu, jumlah pengunduh layanan Gojek sudah mencapai 190 juta.
Tren peralihan bisnis konvensional ke bisnis digital, menurut Kevin, sebagai peluang perusahaan untuk berkembang. "Orang memulai usaha berbasis online,” tutur dia. “Kami memberi solusi lengkap dan inklusif, khususnya untuk usaha kecil-menengah.”
Meski begitu, tahun ini perusahaan sempat memangkas dua fitur layanan non-inti, yaitu GoLife (GoMassage dan GoClean) serta GoFood Festival, karena tekanan bisnis. Hal itu disusul pemutusan hubungan kerja 430 karyawan.
Raksasa bisnis ride hailing lainnya, Grab, juga sempat memberhentikan 360 karyawan di sejumlah negara basis operasinya. Pesaing tunggal Gojek di Indonesia itu juga mengurangi bisnis non-esensial dan berfokus pada layanan kendaraan online dan pembayaran digital.
President of Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, mengatakan Grab Tech Center yang baru diresmikan di Gama Tower, Jakarta, menjadi pusat inovasi teknologi untuk UMKM. “Grab memiliki komitmen jangka panjang dan berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya lewat konferensi video, pekan lalu.
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan investasi yang dikucurkan perusahaannya akan mendukung pembangunan ekosistem digital. “Gojek memiliki rekam jejak kuat dalam industri digital,” katanya.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, pun menyebutkan penyedia transportasi online sedang mengubah model bisnis utama, dari layanan penumpang ke kuliner dan finansial. Dari catatan Indef, volume layanan antar makanan dari aplikasi naik 21 persen selama masa pandemi. Sejalan dengan itu, penggunaan dompet digital pun meningkat 17 persen, merujuk pada data Wearesocial.
"Grab gencar mendorong unit bisnis GrabMerchant untuk jaringan retail pelaku usaha mikro, sedangkan Gojek membuka Cloud Kitchen untuk sharing dapur," ujar Bhima.
CAESAR AKBAR | LARISSA HUDA | YOHANES PASKALIS
Bertahan dengan Layanan Pembayaran
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo