Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Sutanto Soehodho menjelaskan soal prediksi biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya jika dilaksanakan. Meski belum memiliki pengalaman dalam menghitung proyek kereta cepat, tapi dia mengacu pada proyek transportasi lain seperti mass rapid transit atau MRT Jakarta dan light rail transit atau LRT Jabodebek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Mengacu pada pembangunan MRT/ LRT, bukan kereta cepat, dalam kota, perhitungan berkisar Rp 1 triliun per kilometer,” ujar Sutanto saat dihubungi pada Senin, 9 Oktober 2023
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Artinya, Sutanto melanjutkan, jika Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dibangun di atas tanah (elevated) dan tidak dibawah tanah, maka tentu akan menelan biaya tidak kurang dari Rp 700 triliun per kilometer, atau bahkan lebih. Karena jarak antara Jakarta-Surabaya kurang lebih 779,6 kilometer jika mengaku pada data aplikasi peta daring Google Maps.
Belum lagi ditambah dengan pembangunan depo yang memerlukan luas area cukup besar. “Serta rolling stocks yang juga sangat mahal dan PT Industri Kereta Api (Persero) atau PT INKA belum memiliki teknologinya secara penuh,” kata Sutanto.
Sementara, Pengamat Transportasi Perkotaan dari Universitas Lampung Aleksander Purba mengatakan masih terlalu dini untuk memperkirakan biaya proyek tersebut karena masih minimnya informasi. Jika mengaku Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Kereta Cepat Whoosh, biayanya sekitar Rp 800 miliar per kilometer.
Namun, kata Aleksander, jika Kereta Cepat Jakarta-Surabaya mengikuti trase atau jalur jalan tol, biaya per kilometernya bisa lebih murah, apalagi lintasannya relatif datar. “Namun, kajian yang menyeluruh diperlukan untuk memperoleh perkiraan biaya,” tutur Aleksander.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya sudah masuk cetak biru atau blue print perencanaan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Pembuatan cetak biru itu merupakan perintah Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Selanjutnya: "Kami diperintahkan untuk membuat ..."
"Kami diperintahkan untuk membuat blue print dari Bandung sampai ke Surabaya. Tentu apa yang kami buat adalah satu konsep yang meneruskan apa yang sudah kami letakkan pada dasar transformasi dari kereta cepat," kata Menhub Budi Karya saat kegiatan di Surabaya, Ahad, 8 Oktober 2023
Dia mengatakan pemerintah telah membuktikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung bisa terealisasi. Untuk itu, pihaknya kemudian membuat mapping atau rancangan dengan variabel-variabel tertentu yang membuat kereta api nanti lebih efisien. "Bayangkan Jakarta-Surabaya 3,5 jam," tutur dia.
Menurut dia, variabel perhitungan itu salah satunya terkait dengan biaya. Perhitungan biaya ini memperhatikan jalur atau jalan mana saja yang akan dilalui oleh kereta cepat tersebut. "Nah, itu mempengaruhi. Terus cara, terus daya beli masyarakat, ini dihitung sebagai suatu optimalisasi," kata Budi Karya.
Menhub Budi Karya menuturkan keberadaan kereta cepat itu bukan semata-mata untuk komersial. Keberadaan transportasi itu tentu harus ada tanggung jawab bersama baik pihak swasta atau pemerintah.
"Justru yang akan mendapatkan bangkitan ekonomi itu adalah kota-kota yang dilalui. Sedangkan cost yang dikeluarkan pada kereta cepat, terbayarkan pada bangkitnya ekonomi di banyak daerah. Katakanlah Purwokerto, Cirebon, Jogja, Solo dan Surabaya, pasti akan kegiatan ekonomi bertambah," ucap Budi Karya.
MOH KHORY ALFARIZI | ANTARA