TUA-tua kelapa, makin tua makin bersantan. Tamsil itu tampaknya cocok untuk Savoy Homann Hotel. Dan hotel tua di Bandung ini, Sabtu pekan lalu, di samping merayakan ultahnya yang ke-50, juga meresmikan pengoperasian kamar-kamar baru, sekaligus menerima gelar baru sebagai hotel berbintang empat. Untuk mencapai ketiga prestasi itu -- tua, berbintang empat, dan berkamar banyak tentu bukan perkara mudah. Homann sempat tiga kali berpindah tangan. Penjualan pertama terjadi pada 1953, ketika pemiliknya, Fr. J.A. Van Es, menjual hotel itu pada R.H.M. Saddak. Dua tahun lalu, dari Saddak, Homann berpindah tangan ke H.E.K. Rukhiyat, pemilik Hotel Panghegar. Kuat dugaan, karena Saddak tak lagi mampu meneruskan proyek perluasan yang sedang digarapnya. Di tangan Rukhiyat, jumlah kamar bisa ditambah dari 85 menjadi 153. Di samping itu, Homann kini punya bar dan coffee shop. Konon, biaya yang dihabiskan tak kurang dari Rp 8,5 milyar, jumlah yang diduga bisa segera kembali. Bukankah Menparpostel Soesilo Soedarman sudah memastikan bahwa pariwisata tak kan digerogoti inflasi. Buktinya: jumlah turis yang ke Indonesia tahun lalu berada di atas target yang 1,2 juta jiwa. Sedang periode Januari-Agustus 1989, sudah datang 953 ribu turis. Maka, Menteri optimistis. "Target tahun ini, 1,44 juta, akan terlampaui," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini