Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Alexandra Askandar, mengklaim bisnis perbankan Indonesia masih cukup prospektif meski berada di tengah gejolak ekonomi dan geopolitik global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami melihat hal ini tidak semata-mata karena ada sesuatu yang kita khawatirkan, malah karena pemulihan ekonomi deposan mulai mulai menggunakan dananya untuk konsumsi dan kebutuhan investasi,” ujar Alexandra dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, dikutip melalui CNBC TV, Kamis, 29 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dia, hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang mulai menunjukkan pemulihan ekonomi cukup baik, meski Dana Pihak Ketiga (DPK) masih di bawah ekspektasi.
Penurunan DPK, terutama valuta asing, menurutnya dipicu oleh menurunnya kinerja perdagangan. Meski begitu, pemulihan ekonomi Indonesia ini berdampak positif pada Non-Performing Loan (NPL) yang tetap rendah dan peningkatan Net Interest Margin (NIM).
"Ini tentunya memberikan optimisme termasuk harapan ke depan dengan menurunnya suku bunga yang bergeser di semester kedua tahun 2024," tuturnya. “Hal ini kami harapkan memberikan optimisme pada pelaku ekonomi yang akan memberikan prospek yang baik kepada industri perbankan.”
Lebih lanjut, Sandra mengatakan Bank Mandiri saat ini sudah lebih siap jika relaksasi kredit dikurangi. Dia mengaku perseroan terus melakukan assessment dan stress test dari berbagai aspek.
"Di Bank Mandiri sendiri, LAR (Loan to Asset Ratio) itu saat ini sudah lebih rendah dibandingkan sebelum Covid-19. Hal ini menjadi indikator utama bahkan kita sudah siap kembali ke masa sebelum pandemi, di mana relaksasi dikurangi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," katanya.
Pilihan Editor: Disebut Ikut Susun Kabinet Prabowo, Jokowi: Kok Tanya Saya